Keren! Warga Bayar Rekening Listrik, PBB, PDAM, dari Hasil Sampah

Kamis, 25 Februari 2016 – 00:05 WIB
Bank sampah di Kelurahan Heledulaa Utara (Helut), Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo. Foto: Gorontalo Post/JPG

jpnn.com - PATUT diacungi jempol kreatifitas warga Kelurahan Heledulaa Utara (Helut), Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo. Di kelurahan tersebut, sampah menjadi salah satu barang primadona masyarakat. Bahkan dengan sampah, masyarakat di Helut bisa membayar tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), rekening PDAM dan listrik.

Rudini, Heledulaa Utara

BACA JUGA: Terpidana Teroris Bisikkan Kalimat Begini ke Kalapas, Keringat Dingin Langsung Mengucur

Rumah berdinding anyaman bambu (pitate) itu tak pernah sepi dari kunjungan warga. Setiap pagi, siang maupun sore para warga silih berganti datang. Menariknya, kedatangan warga di rumah yang beralaskan lantai semen itu bukan untuk bertamu. Melainkan membawa sampah.

Ya, begitulah aktivitas keseharian di Bank Sampah Mutiara Posko Heledulaa Utara. Setiap hari, ada saja warga yang datang untuk menyetorkan sampah dari rumah. Ada yang datang membawa setumpuk kertas, botol bekas air mineral hingga berbagai benda yang terbuat dari plastik.

BACA JUGA: Seperti tidak Punya Biji, Manis, Empuk

Beragam sampah yang awalnya hanya terbuang itu dihargai bervariasi. Untuk sampah kertas HVS dihargai Rp 750 per kilogram. Sampah kardus Rp 1.500 per kilogram, plastik campuran Rp 2.500 per kilogram serta sampah botol bekas air mineral Rp 3.500 per kilogram.

Sebelumnya, banyak warga di Kelurahan Heledulaa Utara yang membuang sampah begitu saja. Padahal sampah-sampah yang didominasi sampah rumah tangga itu masih bernilai dan memberikan manfaat.

BACA JUGA: Tantan Buka Warung di Lembang, Louis van Gaal pun Tahu

Pada 26 Desember 2015 lalu, Pemerintah Kelurahan Heledulaa menggulirkan program Bank Sampah. Awalnya masyarakat belum menaruh perhatian. Bahkan banyak warga yang belum tahu apa itu program bank sampah. Praktis hal itu membuat Lurah Heledulaa Utara Arifin Gawa,SE bersama Ketua Posdaya Mandiri Sejahtera Heledulaa Utara Salim Aguli bekerja ekstra untuk memberikan penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat.

“Pada awalnya hanya pemerintah kelurahan yang menjual sampah ke Bank Sampah. Dari masyarakat belum banyak yang tertarik untuk menjual sampah,” ungkap Salim Aguli kepada Gorontalo Post (Jawa Pos Group).

Minimnya ketertarikan masyarakat untuk menjual sampah membuat pihak Pemerintah Kelurahan dan Posdaya Mandiri Sejahtera Heledulaa Utara memutar otak. Hingga akhirnya ditemukan strategi cukup jitu. Yakni membayar tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), rekening listrik dan air PDAM dengan sampah.

“Kami sengaja menerapkan strategi untuk membayar PBB dengan sampah, karena tingkat kontribusi masyarakat untuk membayar PBB hanya berkisar 70 persen,” ungkap Lurah Heledulaa Utara Arifin Gawa.

Strategi membayar tagihan PBB, listrik dan air dengan sampah ternyata cukup efektif. Pertengahan Januari 2016, aktivitas bank sampah yang sebelumnya sepi mendadak ramai. Banyak warga yang datang untuk menjual sampah untuk menutupi tagihan PBB. Terutama warga yang termasuk dalam kategori rumah tangga miskin.

“Jumlah penduduk Kelurahan Heledulaa Utara sebanyak 4.340 jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 269 Kepala Keluarga (KK) masuk dalam kategori miskin. Alhamdulillah dengan program bayar pajak, listrik dan PDAM dengan sampah, para KK miskin itu mengikuti program tersebut. Bahkan ada KK yang mampu juga mengikuti program tersebut,” tutur Arifin Gawa.

Saat ini jumlah peserta bank sampah di Kelurahan Heledulaa Utara sebanyak 349 KK. Dengan jumlah peserta tersebut, dalam seminggu sampah yang tertampung di bank sampah mencapai 900 kilogram. Sampah-sampah itu selanjutnya dikirim ke Surabaya.

“Dulu masyarakat bingung bagaimana bisa membayar pajak namun sekarang masyarakat bisa membayar pajak melalui penjualanya sampahnya setiap harinya,” ungkap Arifin Gawa dengan senyum lebar.

Sementara itu menurut Salim Aguli, program bank sampah ini bukan berarti mengubah masyarakat menjadi pemulung. Melainkan bagaimana menggerakkan masyarakat untuk mengelola sampah di tingkat rumah tangga.

Dalam artian, di tingkat rumah tangga masyarakat sudah melakukan pemilihan dan pemilahan sampah-sampah mana yang bisa digunakan kembali atau masih memiliki nilai. “Sehingga sampah yang ada tidak lantas dibuang ke tong sampah,” ucap Salim Aguli.

Terpisah salah seorang warga Lisa Suripati mengaku sangat senang dengan adanya program bank sampah. Lisa pun tak malu-malu mengumpulkan sampah di lingkungannya untuk kemudian dijual ke bank sampah.

“Dengan adanya bank sampah ini saya tak lagi pusing untuk membayar PBB, karena sudah ditutupi dengan tabungan saya di bank sampah,” tandas Lisa.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Suwarti, Bidan Desa Kini jadi Wakil Bupati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler