jpnn.com, JAKARTA - Penggemar Film Charlie and the Chocolate Factory bisa menyaksikan kisah tersebut di Taman Ismail Marzuki (TIM). Namun, bukan dalam bentuk film tapi teater drama musikal yang dibawakan anak-anak usia enam sampai 11 tahun.
Uniknya, tidak hanya anak normal yang tampil, penderita autis pun ikut berbaur. Teman-temannya yang normal bisa menerima kekurangan anak autis, sehingga drama musikal berbahasa Inggris dengan level tertinggi itu sangat menarik.
BACA JUGA: Haji Lulung Berurusan dengan Bareskrim Polri Lagi
Ratusan penonton yang memadati teater besar TIM pun tak henti-henti memberikan pujian penampilan anak-anak SD Global Sevilla Pulomas.
"Bagus banget penampilannya, cerita Charlie and The Chocolate Factory diarensemen ulang sehingga lebih menarik," kata Fatimah Bona, salah satu penonton blaster Indonesia-Portugis yang terkesima melihat penampilan para bocah tersebut, Rabu (24/5).
BACA JUGA: Ha Ha Ha... Pak Jokowi Ikut Melawak di Depan Bu Mega
Sementara itu, Direktur Global Sevilla School Robertus Budi Setiono mengatakan penampilan para siswa ini hanya butuh persiapan enam bulan. Materi dan pengajarnya dari internal sekolah. Bahkan untuk mengajari anak autis yang ikut drama musikal, pihak sekolah tidak mendatangkan guru khusus.
"Kami tidak menyiapkan guru khusus untuk anak autis. Kami biarkan anak autis dan normal berbaur. Di sini mereka saling memberikan support, bersatu dalam keanekaragaman. Tidak memandang SARA, anak pejabat atau bukan," tuturnya.
BACA JUGA: Kemuliaan Seorang Ibu, Lindungi Anak Autis dari Suami
Dia menambahkan, setiap tahun, pihaknya menerima lima sampai delapan persen anak autis ringan. Tidak ada perbedaan perlakuan. Cara ini ternyata cukup membantu proses penyembuhan anak autis ringan.
"Anak autis ringan bisa sembuh total saat dia SMP. Dengan catatan, ortu mendukung. Di sekolah kami diciptakan suasana menyenangkan sehingga anak autis ringan perlahan-lahan bisa sembuh," tuturnya.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad