Kemuliaan Seorang Ibu, Lindungi Anak Autis dari Suami

Sabtu, 24 Desember 2016 – 05:55 WIB
Kemuliaan Seorang Ibu, Lindungi Anak Autis dari Suami. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - Diam-diam, Donjuan, 35, ternyata menyimpan amarah terhadap Karin, 32, dan anak bungsunya, sebut Dondon, 5.

Tiga tahun mengetahui sang anak autis, ia diam saja dan tak berucap apapun.

BACA JUGA: Pengamanan Natal, Siapkan Penembak Jitu

Tapi endingnya, kini dia malah jerit-jerit sendiri karena diduga stress tak sanggup menerima keadaan si Dondon.

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

BACA JUGA: Jual PSK Eks Dolly, Berakhir di Tangan Polisi

Sebagai istri dan ibu, Karin hanya bisa meratapi nasib anaknya. Karin tak menyangka bila anak bungsunya adalah penyebab suaminya stres.

Si suami keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai bank.

BACA JUGA: Suami Ngaku Bujang, Punya Lima Selingkuhan

Donjuan kini hanya menghabiskan hidupnya dengan nglentruk di rumah mirip dengan kuda nil yang berendam seharian di kolam di kandangnya.

Pola hidup Donjuan memang terbalik. Waktu siang jadi malam alias dia bisa tidur seharian.

Tapi malam dijadikan waktu untuk melekan, menghitung bintang gemintang sembari tertawa-tawa sendiri.

Takut dengan kondisi sang suami yang berubah 180 derajat, Karin pun mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya pada Oktober 2016 lalu.

Namun, proses cerainya masih panjang dan tampaknya belum akan selesai sampai pergantian tahun nanti.

”Saya di sini jadi serba salah. Di sisi lain saya masih cinta dia, tapi kasihan juga dengan kondisi suami saat ini,” ungkap Karin saat ditemui di halaman Pengadilan Agama, Jumat (23/12).

Karin mengaku takut bila suaminya akan menyakiti anak bungsunya yang berkebutuhan khusus.

Memang selama ini, dia belum melihat ada tanda-tanda Donjuan akan menyakiti Dondon. Tetapi, Donjuan sering terlihat sinis kepada Dondon.

Kondisi depresi Donjuan sudah dirasakan sejak tiga tahun terakhir. Setahun lalu, kondisinya malah semakin parah hingga akhirnya manajer HRD sebuah bank swasta tempatnya bekerja memecatnya.

Karin pun kini pontang-panting harus mengambil alih tugas sebagai kepala rumah tangga.

Menurut wanita yang tinggal di Medokan Ayu itu, ia baru sadar suaminya depresi ketika dibawa ke psikiater.

Sang psikiater mendeteksi Donjuan tertekan jiwanya karena memiliki anak autis. Donjuan tak berani protes sehingga rasa depresi itu ia pendam sendiri sampai stres.

”Suami tidak bisa menerima keadaan anak yang autis. Ia malah seperti menyalahkan dirinya sendiri,” kata wanita yang bekerja sebagai pegawai farmasi di rumah sakit pemerintah itu.

Padahal, sang anak selama ini dititipkan ke orangtua di sebelah rumahnya. Sehingga, tidak pernah mengganggu kehidupan Donjuan.

Selama ini dalam proses mediasi, Donjuan tak pernah hadir. Dia memang sedang terapi di rumah sakit.

Melihat kondisi psikisnya dan nasihat dari orangtua dan mediator, Karin tampaknya akan menarik gugatan cerainya.

Ia berpikir lagi karena anak pertamanya juga tidak setuju orangtuanya bercerai.

”Mungkin nanti suami saya pulangkan ke Malang saja untuk pengobatan sampai sembuh. Setelah itu, kita lihat apa kita masih bersama lagi,” ucapnya dengan nada prihatin.

(*/jay/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Saber Bekuk Pegawai Pelaku Pungli di Fly Over


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler