Kericuhan Warnai Penertiban Waduk Ria Rio

Minggu, 16 November 2014 – 05:50 WIB
Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

jpnn.com - PULOGADUNG – Penertiban bangunan di bantaran Waduk Ria Rio, Sabtu (15/11) kembali diwarnai kericuhan. Warga nekat melawan ribuan petugas satpol PP dan polisi yang mengawal pembongkaran. Bentrokan pun tidak terhindarkan.

Aksi penertiban itu dimulai sekitar pukul 06.30. Namun, petugas yang berjumlah sekitar 2 ribu orang berkumpul di halte Transjakarta, Jalan Perintis Kemerdekaan, pukul 04.00. Mereka terdiri atas 1.250 petugas gabungan dari satpol PP, sudin kebersihan, sudin damkar, sudin perhubungan, serta sudin perindustrian dan energi. Semuanya berasal dari Pemkot Jakarta Timur. Ada juga 600 polisi dan 150 personel TNI.

BACA JUGA: Siapkan Paripurna Tandingan, KMP Bantah Halangi Ahok jadi Gubernur

Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto memimpin apel pukul 05.00 hingga 06.30. Setelah itu, petugas langsung bergerak serentak. Polisi menutup Jalan Perintis Kemerdekaan sejak pukul 06.30. PLN dan sudin perindustrian dan energi juga bersinergi memadamkan listrik mulai pukul 4.30.

Sasaran pembongkaran tersebut adalah puluhan bangunan di RT 6 dan 7, RW 15, Kampung Pedongkelan. Petugas menyiapkan empat backhoe untuk merobohkan rumah. Saat hendak dimulai, tiba-tiba terdengar berkali-kali suara ledakan. Ternyata, suara itu berasal dari petasan yang dilempar warga ke arah petugas.

BACA JUGA: Wali Kota Ingin Penghematan, DPRD Malah Pelesiran

Belum reda suara petasan, belasan bom molotov meluncur ke kerumunan petugas. Lemparan bom-bom rakitan tersebut diiringi dengan lemparan batu. Petugas satpol PP tidak menyangka mendapat serangan mendadak. Mereka akhirnya kocar-kacir. Kasatpol PP Jaktim Syahdonan yang memimpin anak buahnya di barisan depan pun terluka karena terkena lemparan batu. ’’Mundur.. Mundur,’’ teriak Syahdonan kepada anak buahnya.

Serangan tersebut akhirnya berhasil memukul mundur petugas satpol PP. Namun, petugas tidak menyerah. Sekitar 10 menit kemudian mereka kembali maju. Kali ini ratusan polisi ikut membantu.

BACA JUGA: Lembaga Kebudayaan Betawi Tak Persoalkan Ahok Jadi Gubernur

Melihat satpol PP maju, warga siap melawan lagi. Batu dan bom molotov kembali dilemparkan. Namun, petugas tetap maju. Di tengah kekacauan, seorang warga mengeluarkan pistol dari balik bajunya. Senjata api itu ditodongkan ke arah petugas.

Karena situasi semakin tidak kondusif, polisi akhirnya menembakkan gas air mata. Asap yang memedihkan mata tersebut langsung menyebar ke arah kerumunan warga. Saat itulah polisi berhasil membekuk pria yang menodongkan senpi tadi.

Tembakan gas air mata itu membuat barisan warga tercerai-berai. ’’Ayo lari..lari…semua lari!’’ teriak seorang warga sambil menutup matanya dengan kain basah. Beberapa pria pun tampak menyelamatkan barang-barangnya di dalam rumah. Ada pula seorang ibu yang tergopoh-gopoh menggendong anaknya agar menjauh dari gas air mata.

Setelah satu jam bentrok, satpol PP dan polisi akhirnya bisa merangsek masuk permukiman. Melihat pertahanan jebol, seorang warga nekat membakar rumahnya sendiri. Untungnya, api dapat dipadamkan sebelum membakar bangunan lain. Sekitar pukul 07.30, kericuhan mereda. Warga yang semula menyerang petugas akhirnya mundur. Pembongkaran pun bisa dimulai. Empat backhoe langsung merobohkan bangunan milik warga.

Penertiban permukiman seluas 1,1 hektare tersebut merupakan bagian dari penataan bantaran Waduk Ria Rio. Penertiban itu pun dilakukan ketiga kalinya. Sesuai target, 26 hektare lahan di area waduk harus dibebaskan karena waduk akan diperluas. Selain itu, pemkot berencana menambah ruang terbuka hijau (RTH) di sekitar waduk.

Sementara itu, Nanggala, 39, Warga RT 6, RW 15, kecewa dengan aparat. Sebab, dia tidak diberi kesempatan untuk menyelamatkan barang-barangnya. ’’Rumah saya dekat dengan tanah milik almarhum Adam Malik (mantan wakil presiden, Red). Gimana mau selamatin barang kalau petugas langsung melepaskan tembakan gas air mata,’’ katanya.

Dia juga menyesalkan bentrokan tersebut. Menurut dia, seharusnya petugas bisa menempuh langkah persuasif. ’’Percuma dong ada banyak Brimob kalau langsung lepas tembakan gas air mata,’’ katanya.

Seharusnya aparat bisa menenangkan warga yang tidak bisa mengontrol emosi. Kemudian mediasi bersama warga lain dilakukan. Dia pun merugi sekitar Rp 30 juta. Sebab, barang-barangnya hancur. ’’Kalau begini terus, gimana dong? Buku anak saya, baju, alat elektronik, semuanya hancur bersama rumah,’’ keluhnya.

Karena itu, dia meminta pemerintah mengganti seluruh kerugian. ’’Bangunan, tanah, barang-barang yang hancur harus diganti,’’ katanya. Namun, Nanggala menolak jika tanah dan bangunannya hanya dihargai sebesar nilai jual objek pajak (NJOP). ’’Kami mau ganti rugi yang sesuai supaya bisa membangun rumah lagi. Mana ada yang mau NJOP,’’ lanjutnya.

Karyawan perusahaan otomotif itu memiliki tujuh bangunan permanen di bantaran waduk. Menurut dia, semuanya bersertifikat lengkap. Dia dan keluarganya tinggal di tempat tersebut sejak 1965. ’’Setelah kebakaran dulu, saya langsung bangun permanen. Sekarang mau dipindahkan ke mana juga enggak jelas,’’ ucapnya.

Lain lagi dengan pengakuan Husnian, 28, warga RT 7, RW 15. Dia bukan warga asli Jakarta. Husnian menyewa rumah milik Togap dengan tarif Rp 200 ribu per bulan. ’’Semua berhasil saya selamatkan. Hanya handphone yang ketinggalan. Makanya, saya mau mencarinya,’’ katanya.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Jakarta Timur Syahdonan mengatakan, penertiban itu sesuai prosedur. Sebelum menertibkan, pemkot Jaktim sudah mengirim surat peringatan (SP) pertama, kedua, ketiga, serta surat perintah bongkar.

Dia menjelaskan, warga yang memiliki sertifikat bisa mendapat ganti rugi sebesar 100 persen. Jika hanya surat girik, warga mendapat 80 persen. Yang tidak mempunyai bukti surat kepemilikan sama sekali mendapat Rp 5 juta. ’’Kami menyediakan flat,’’ katanya. Totalnya 260 unit. Perinciannya, 200 di Flat Jatinegara Kaum dan 60 di Flat Komarudin.

Dia pun sangat menyangkan sikap warga yang melawan. Apalagi sosialisasi dilakukan sejak 9 September. Dia berharap masyarakat segera masuk flat. Selain itu, pihaknya siap mengantar barang-barang warga secara gratis ke mana pun di wilayah Jabodetabek. ’’Kami menyediakan 32 truk,’’ katanya.

Wali Kota Jaktim Krisdianto mengatakan, ada 86 bangunan yang ditertibkan. Semuanya dihuni 300 kepala keluarga (KK). Yakni, 58 bangunan di RT 6, RW 15, dan 28 unit di RT 7, RW 15.

’’Kami sudah melakukan sosialisasi. Tetapi, mereka meminta Rp 6 juta per meter persegi. Permintaan itu tidak sesuai NJOP,’’ terangnya.

Menurut dia, semua ganti rugi akan ditanggung PT Pulomas. Menurut dia, penertiban itu bertujuan memperluas ruang terbuka hijau. Dengan demikan, dia yakin titik-titik banjir di Jakarta Timur bakal berkurang.

Untuk mengkondusifkan penertiban, pihak kepolisian juga menutup jalan perintis kemerdekaan sejak pukul 06.30 WIB hingga Pukul 09.00 WIB. Jalan tersebut kembali dibuka setelah kericuhan berhasil diredakan. Selain itu, PLN dan sudin perindustrian dan energi bersinergi memadamkan lampu dan lampu penerangan jalan umum (PJU) mulai pukul 4.30 WIB. (rya/co2/oni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Langgar KITAS, 30 WNA Digelandang Petugas Imigrasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler