Kertajati Adalah Masa Depan

Jumat, 01 November 2019 – 22:00 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Foto: Pemprov Jabar)

jpnn.com, BANDUNG - Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jabar membantah pemindahan rute ke BIJB Kertajati berpengaruh terhadap penurunan wisatawan, khususnya mancanegara di Kota Bandung yang tiba melalui Bandara Husein Sastranegara.

Sebelumnya, Provinsi Jabar memang mengandalkan Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung yang merupakan enclave sipil (bandara bagi sipil di kawasan militer) sebagai penyokong utama transportasi udara bagi hampir 50 juta penduduknya.

BACA JUGA: JIM 2019 Terus Digaungkan ke Masyarakat Luas

Dan untuk menata rute, Ke­menterian Perhubungan RI pun menetapkan 13 rute penerbangan domestik pesawat bermesin jet yang ada di Ban­dara Husein Sastranegara dipindah ke BIJB Kertajati mulai 1 Juli 2019.

Sebanyak 13 rute tersebut antara lain, Surabaya, Denpasar, Kualanamu, Yogyakarta, dan Lombok. Sementara penerbangan internasional termasuk Malaysia dan Singa­pura tidak turut dipindahkan.

BACA JUGA: POPNAS 2019 Targetkan Juara Umum

Kini, muncul klaim bahwa pemindahan rute ke BIJB Ker­tajati berpengaruh terhadap penurunan wisatawan khususnya mancanegara di Kota Bandung yang tiba melalui Bandara Husein Sastranegara.

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari, terdapat penurunan 150 ribu wisatawan sepanjang 2019 (hingga per­tengahan Oktober). Itu berpegaruh terhadap penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung yang 33 persennya disokong sektor pariwisata khu­susnya oleh wisatawan Malaysia dan Singapura.

BACA JUGA: West Java Specialty Coffee Festival Kembali Digelar

”Sejak diresmikan oleh Pre­siden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo pada 24 Mei 2018, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar pun terus mendorong dan mendukung fungsi BIJB Kertajati sebagai bandara utama Jabar,” tegas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jabar Hery Antasari, Kamis (31/10).

Hery Antasari menegaskan, klaim penurunan itu harus berdasarkan kajian teknokra­tis dan akademis. Sebab, Hery mengaku, data yang dia terima menyebutkan bahwa angka 150 ribu tersebut (te­patnya 155 ribu orang) meru­pakan jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan man­canegara ke Kota Bandung dalam satu tahun.

”Dan 155 ribu ini, kalau di­lihat month to month Juli-Agustus pada rentang yang sama di 2018 dan 2019, justru ada peningkatan. (Juli-Agus­tus) itu di bulan-bulan ada penerapan penataan rute,” kata Hery.

”Sementara penerbangan internasional ‘kan tidak dip­indahkan dari Husein. Jadi harus pakai data, kaji lagi. Kalau ada data, itu malah menjadi masukan bagi kami,” tambahnya.

Terlebih, data yang ada menunjukkan bahwa pener­bangan di Bandara Husein saat ini malah bertambah, baik jumlah rute tujuan maupun frekuensi per rutenya. Terakhir, ada penambahan rute ke Ba­nyuwangi.

Dishub Jabar, lanjut Hery, sangat terbuka untuk mene­rima hasil kajian jika terbukti menyebutkan adanya pengaruh Bandara Kertajati terhadap penurunan wisatawan dan PAD Kota Bandung. Hal itu penting untuk menentukan kebijakan dalam mengembangkan Ker­tajati ke depan.

”Kita semua pemerintah semua level dan warga Jabar harus memperjuangkan Ker­tajati sebagai bandara utama. Tapi jika begini, ini sudah ada pelemahan karakter dan opini tentang Bandara Ker­tajati. Kalaupun ada (penga­ruh), seberapa jauh? Saya kira bukan faktor utama. To­long kaji lagi,” tutur Hery.

Menurutnya, mungkin saja tendensi penurunan sektor pariwisata ini memang feno­mena nasional. Indikasinya, kata Hery, yakni banyaknya keluhan yang sama dari pen­gusaha sektor ini di tujuan wisata lain di Indonesia, salah satunya Bali. Termasuk, kemungkinan pengaruh ting­ginya tarif tiket penerbangan sebagai penyebab utama.

”Dan pada Juli (2019) itu, Pak Wali Kota (Oded M. Danial, Red) sangat positif terhadap penataan rute ini karena be­liau melihat jangka panjang dan menengahnya untuk Kota Bandung,” imbuhnya.

Hery pun menegaskan, ke­beradaan BIJB Kertajati mer­upakan wujud konektivitas di Jawa Barat antara pusat-pusat ekonomi untuk perce­patan pembangunan dan pemerataan pembangunan.

”Keunggulan Kertajati mam­pu menjadi hub maskapai besar, mengkoneksikan ke global dan nasional jauh lebih baik dari Bandara Husein,” ujarnya.

Selain itu, Hery berujar ke­beradaan BIJB Kertajati mem­buat warga Ciayumajakuning, Priangan Timur, dan lain-lain, akan lebih bisa menjangkau transportasi udara dengan lebih dekat. ”Imbauan kami, mari kita bersabar, jangan khawatir, semua akan indah pada waktunya,” ucapnya.

Dishub Jabar sendiri, kata dia, mendukung keberadaan BIJB Kertajati mulai dari mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, memaksimalkan fungsi fasi­litasi dan koordinatif, mem­bantu realisasi penyertaan modal, menyediakan rambu-rambu, marka, dan sebagainya di sekitar Kertajati melalui anggaran Dishub, hingga mendorong realisasi pener­bangan umroh dan haji mu­lai 2020 di Kertajati termasuk embarkasi haji.

Hery mengingatkan kem­bali fungsi enclave sipil Ban­dara Husein Sastranegara milik TNI AU ini. Menurutnya, wajar jika secara parsial mau­pun total bandara di kawasan padat penduduk itu akan dikembalikan fungsinya se­bagai landasan udara militer.

”Kertajati adalah masa depan Jawa Barat, kemudian demi anak-cucu yang nanti mera­sakan, saya mohon dengan sangat kita ibaratnya mundur setengah langkah untuk melompat jauh lima langkah ke depan,” tandasnya.

Bagi Peran Antara BIJB Ker­tajati dan Husein Sastranegara

Demi mendukung optima­lisasi BIJB Kertajati sebagai bandara utama Provinsi Jabar, PT Angkasa Pura II (Persero) selaku operator atau BUBU (Badan Usaha Bandar Udara) BIJB Kertajati dan Bandara Husein Sastranegara mem­bagi peran kedua bandara itu.

Tujuannya, sektor pener­bangan dan transportasi udara dapat lebih maksimal dan optimal dalam mendukung pertumbuhan perekonomian serta pariwisata di Jabar.

PT Angkasa Pura II pun memutuskan, Bandara Hu­sein Sastranegara akan dija­dikan bandara hub bagi pe­nerbangan pesawat baling-baling (propeller) seperti ATR 72 dan sejenisnya untuk rute-rute dalam dan keluar Jawa.

Adapun maskapai yang saat ini mengoperasikan propeller di Bandung adalah Wings Air, Garuda Indonesia, NAM Air dan Citilink, dengan berbagai rute tujuan antara lain Sura­baya, Bengkulu, Yogyakarta, Tanjung Karang, Halim Per­danakusuma, Solo, hingga Pangkal Pinang.

Menurut President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, infrastruktur dan lokasi Bandara Husein Sastra­negara sangat tepat untuk men­jadi hub pesawat propeller.

”Saat ini sudah ada 68 pe­nerbangan propeller setiap hari untuk take off dan landing. Kami targetkan segera ber­tambah lagi, baik itu pembu­kaan rute baru atau penam­bahan frekwensi di rute ek­sisting. Estimasinya bisa menjadi 100 penerbangan sampai akhir tahun 2019 ini,” kata Muhammad Awaluddin dalam keterangan resminya.

Sejumlah rencana peng­embangan di Bandara Husein Sastranegara juga akan disesuai­kan menyusul keputusan men­jadikan bandara itu sebagai hub propeller, di antaranya terkait dengan bengkel pesawat atau MRO (maintenance, repair, overhaul).

Lebih lanjut, Muhammad Awaluddin mengatakan bahwa Bandara Husein Sastrane­gara yang menjadi hub propel­ler ini akan mendukung penuh operasional BIJB Kertajati di Kabupaten Majalengka.

PT Angkasa Pura II sendiri menyiapkan Bandara Kerjati untuk melayani penerbangan pesawat jet baik itu berbadan sedang (narrow body) atau berbadan lebar (wide body).

”Bandara Kertajati itu adalah masa depan dari Jawa Barat. Runway di bandara itu beru­kuran 3.000 x 60 meter sudah bisa untuk melayani pener­bangan wide body bukan saja Airbus A330 atau Boeing 777, tapi juga hingga sekelas Airbus A380,” ucap Muham­mad Awaluddin.

Bahkan, tambahnya, runway Kertajati bisa diperpanjang hingga 3.500 meter dan masih ada lahan untuk membangun runway kedua.

”Sementara, di Husein Sastra­negara ukuran runway 2.220 x 45 meter yang maksimal hanya bisa narrow body karena sudah tidak mungkin lagi melakukan pengembangan runway di sana. Belum lagi luasan gedung terminal yang hanya mampu menampung maksimal 4 juta pergerakan penumpang per tahun. Area lahan untuk per­luasan bangunan juga terbatas. Jadi, memang ada keterbatasan untuk pengembangan ban­dara,” tutur Muhammad Awaluddin. (*)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler