jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menilai kerugian yang dialami Pertamina pada semester I 2020 sebesar Rp11 triliun tak sebesar perusahaan minyak multi nasional lainnya.
Jika dihitung secara berdasarkan rasio utang terhadap aset, hanya sekitar 0,011.
BACA JUGA: Bersikap Bijak Atas Kerugian Pertamina
“Fakta kerugian Pertamina tak sedalam operator-operator yang lain, justru kita musti bersyukur tak sedalam itu. Pertamina rugi Rp11 triliun. Padahal Shell, Exxon, British Petroleum (BP) semuanya rugi,” kata Sugeng, Rabu (2/9).
Sugeng menyebut selama pandemi Virus COVID-19 perusahaan migas asing yang mengalami kerugian secara signifikan adalah BP hingga USD21 miliar.
BACA JUGA: Faisal Basri Beber Penyebab Pertamina Merugi
Demikian juga Shell dengan total kerugian sebesar USD18,4 miliar dengan rasio utang terhadap aset sebesar 0,049 persen.
“Komisi VII memaklumi kerugian yang terjadi di Pertamina karena disebabkan force majeure,” ucap Sugeng.
BACA JUGA: Mohon Doa, Istri Indra Bekti Hari ini Jalani Pengangkatan Cairan di Paru-paru
Tak hanya faktor pandemi, pada sektor hulu dan sektor hilir Pertamina juga ikut mengalami penurunan. Padahal, sekitar 80 persen laba Pertamina diperoleh dari sektor hulu.
“Tetapi sekali lagi bukan berarti kami menghalalkan kerugian. Tapi karena ini tidak diduga bahwa tiba-tiba akan terjadi keadaan ekonomi yang ekstrim sehingga berdampak terhadap seluruh sektor ekonomi, termasuk Pertamina sebagai korporasi,” jelas Sugeng.
Di sisi lain, Sugeng memberikan apresiasi karena Pertamina tak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga mengurangi hak para pegawainya kala terjadinya pandemi.
Bahkan, pada saat rapat para anggota komisi yang salah satunya membidangi persoalan migas ini memberikan apresiasinya kepada Pertamina.
“Saya secara pribadi mengapresiasi Pertamina. Terbukti tak ada guncangan-guncangan ketersediaan BBM dan gas elpiji. So far sampai hari ini tak ada masalah yang subtansial mendasar, sehingga sampai terjadi kelangkaan BBM. Tapi biar bagaimana pun tugas Pertamina sangat berat karena harus melakukan eksplorasi juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tandas Sugeng.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy