Kesaksian Penambang Ilegal Selamat dari Maut saat Terjadi Banjir dan Longsor

Jumat, 10 Januari 2020 – 21:47 WIB
Pengungsi korban banjir dan longsor di Posko Pengungsian Desa Banjar Irigasi, Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak, Jumat (10/1). Foto: ANTARA/Masyur Suryana

jpnn.com, LEBAK - Penambang emas ilegal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) selamat dari bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi Rabu (1/1). Saat itu, para penambang ilegal sedang libur Tahun Baru.

"Jika hari itu tidak libur dipastikan banyak penambang emas ilegal menjadi korban bencana banjir bandang dan tanah longsor," kata Hendar (22), seorang penambang emas ilegal saat ditemui di Posko Pengungsian GOR Desa Banjar Irigasi Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak, Banten, Jumat (10/1).

BACA JUGA: Infrastruktur di Lebak Hancur, Kerugian Mencapai Rp 56,2 Miliar

Hendar beruntung saat terjadi bencana itu, dirinya sedang berada di rumah. Setiap pergantian tahun, kata Hendar, semua penambang emas ilegal di kawasan TNGHS tidak bekerja.

"Kami tidak bisa membayangkan jika kejadian itu bukan hari libur, dipastikan banyak penambang emas ilegal menjadi korban jiwa," kata warga Cinyiru Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong itu.

BACA JUGA: Terungkap Penyebab Banjir Bandang di Lebak

Ia mengaku bekerja sebagai buruh penambang emas ilegal di Blok Cisoka kawasan TNGHS dengan menggali lubang sampai kedalaman antara 100-200 meter untuk mencari bongkahan bebatuan emas.

Penggalian lubang hanya masuk sekujur tubuh dengan dilengkapi lampu penerang, kipas angin dan pahat serta palu.

Bebatuan emas itu dimasukkan dalam karung dan diangkut ke atas menggunakan tali untuk diambil oleh pekerja lainnya.

Bongkahan emas itu, kata dia, nantinya diolah menggunakan alat untuk menjadi butiran emas oleh pemilik modal atau bos.

"Kami sebagai buruh penambang hanya mendapatkan upah dari pemilik modal Rp200 ribu per hari," kata Hendar.

Penambang ilegal lainnya, Udin (25) mengaku bahwa pekerjaan penambang cukup berat dan berisiko tinggi jika terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor.

Meski pekerjaan itu mengundang risiko jiwa, namun tetap dikerjakan karena Udin tidak memiliki pekerjaan lain.

"Kami jika tidak bekerja buruh penambang dipastikan keluarga tidak makan," kata Udin. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler