jpnn.com - JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengecam aksi penindasan yang dilakukan beberapa senior mahasiswa SMA 3 Jakarta kepada juniornya. Dia tegaskan bahwa aksi para pelajar itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
"Ini harus tegas. Kalau kamu mau berantem, mau bully adik kelas, yasudah keluar saja. Biar tempat sekolah negeri ini diisi oleh orang-orang yang membutuhkan sekolah gitu loh," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Selasa (3/5).
BACA JUGA: Pelaku Kekerasan SMAN 3 Jakarta Bisa Tidak Lulus UN
Ahok menilai, sekolah negeri yang ada di Jakarta disubsidi dengan menggunakan uang rakyat. Sehingga bagi siswa yang tidak sungguh-sungguh ingin menuntut ilmu lebih baik keluar. "Masih banyak kan orang gak bisa sekolah nih," terangnya.
Tak hanya itu, Ahok juga menekankan sudah ada tanda tangan dari setiap orangtua murid untuk mematuhi setiap peraturan yang berlaku di sekolah. Salah satunya yaitu point mengenai tindak kekerasan di lingkungan sekolahan.
BACA JUGA: Ini Pentingnya Pelajaran Sejarah Bangsa
"Itu poinnya sudah pelanggaran, pelanggaran poinnya akan dikembalikan kepada orang tua (bahasa halus) ya dikeluarin dari sekolah. Bisa sanksi dikeluarkan saya gak tau deh, nanti kamu bisa liat tata tertibnya. Sekarang kan dia kelas 3 misalnya, dikembalikan, dikeluarkan, berarti gak bisa ikut ujian, berarti gak lulus artinya," imbuhnya.
Aksi kekerasan terjadi di SMA 3 Jakarta. Kekerasan itu menimpa pelajar kelas X berinisial A (15) yang dilakukan oleh empat seniornya kelas XII.
BACA JUGA: Hanya 1 Persen Siswa Ikut UNBK, Kontribusi Pemda Dipertanyakan
Informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula pada saat korban pergi ke sebuah acara ulang tahun temannya di restoran di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan. Namun, saat itu korban sedang diantar oleh orang tuanya. Peristiwa itu dilihat oleh para senior mereka yang ikut diundang dalam acara ulang tahun tersebut.
Kejadian ini pun berlanjut pada Kamis 28 April 2016 sore seusai pulang sekolah, korban mendapatkan aksi bullying dari empat seniornya. Korban pun dibawa ke luar sekolah dan mendapatkan berbagai intimidasi seperti dimarahi, dimaki-maki sampai disiram dengan air yang berada dalam teh botol. (rmo/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Agar UN Berbasis Komputer Lancar, Pemda Harus Lakukan Ini
Redaktur : Tim Redaksi