Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menjelaskan, sejak Minggu pukul 20.00 WIB tercatat tremor atau aktivitas dangkal vulkanik Gunung Tangkuban Parahu yang cukup signifikan. Dimana Tremor mengalami kenaikan dari 8 milimeter menjadi 18 milimeter, dan naik lagi hingga 30 milimeter. Dengan kata lain sudah terjadi pelepasan energi yang tinggi. "Aktivitas yang terjadi di Kawah Ratu, sudah dangkal,"kata Surono, kemarin (3/9).
Catatan lain di PVMBG yakni, gas SO2 (sulfur dioksida) dengan kandungan tinggi, sudah mencapai 3 ppm atau sudah diambang batas normal yang hanya mencapai 2 ppm. SO2 tersebut, lanjut Surono jika terhirup akan menimbulkan efek pusing bahkan efek tersebut menurut laporan PVMBG sudah dialami oleh petugas TWA, karena terlalu lama berada di kawasan Kawah.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sejak Minggu (2/9) malam, objek wisata itu sudah steril dari aktivitas warga. Untuk langkah pengawasan, saat ini ini masih ada petugas yang ditempatkan di lokasi untuk pengamat TWA. "Kami pun memerintahkan petugas lapangan untuk tidak melakukan pengukuran, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Posnya berjarak sekitar 1.5 KM dari kawah utama," tandasnya.
Terkait hal tersebut, beberapa pedagang yang khawatir sewaktu-waktu kondisi semakin buruk, mulai mengamankan barang dagangannya dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) KBB. Barang dagangan tersebut disimpan didalam kios sepanjang bibir kawah utama yakni Kawah Ratu.
"Satu unit diturunkan truk untuk berjaga-jaga apabila diperlukan untuk evakuasi warga dan barang-barang pedagang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB), Maman Sulaiman kepada Bandung Ekspres di Pos pemantauan Vulkanologi sekitar empat kilometer dari pusat kawah.
Disinggung soal langkah teknis evakuasi pedagang dari kawasan TWA, Maman dengan tegas membantah sudah melakukan evakuasi. Yang ada, BPBD hanya menutup akses masuk dari aktivitas pengunjung. Namun demikian, mereka tetap mengupayakan jika sewaktu-waktu evakuasi memang diperlukan.
"Kalau evakuasi belum ada. Tapi untuk jaga-jaga memang kami diminta untuk menyiapkan kendaraan terutama truk untuk mengangkut warga atau petugas jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Intinya sekarang kita terus meningkatkan kewaspadaan," jelas Maman.
Jika keadaan semakin memburuk, dan status gunung menjadi siaga atau level 1, menurut dia, BPBD juga telah menyiapkan jalur evakuasi pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 atau dalam radius 1,5 kilometer dari areal kawah. Serta menyiagakan tujuh lokasi evakuasi dan pengungsian untuk menampung belasan ribu warga yang terancam letusan Gunung Tangkuban Parahu.
Tujuh posko evakuasi tersebut akan menggunakan puskesmas-puskesmas yang berada di luar lingkaran zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3. Di antaranya posko Cikole, Cibodas, Lembang, Jayagiri Parongpong, Pasirlangu dan Cisarua. "Kita lakukan koordinasi dengan para aparat desa di sekitar Tangkubanparahu untuk menginventarisir jumlah penduduk di masing-masing desa," jelasnya.
Ia menambahkan, jika nantinya terjadi keadaan darurat, yang akan menjadi prioritas utama penanganan dari pihak BPBD KBB adalah untuk para penduduk yang lemah seperti ibu hamil, anak-anak dan para manula. Untuk itu, kata dia, input data dari pihak desa mengenai data penduduk sangat diperlukan guna memudahkan BPBD melakukan pemetaan dan menyiapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan.
Dengan mempertimbangkan data-data dan temuan di lapangan tersebut, kata Maman, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak pengelola yakni PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) untuk meminta agar pihak pengelola menutup sementara kawasan Tangkuban Parahu bagi para wisatawan maupun pedagang. Apalagi sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, areal kawah dalam radius 1,5 kilometer itu harus steril dari keberadaan manusia karena dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan manusia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pengamat Gunung Api PVMBG Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Johan Kusuma. Menurut dia, berdasarkan pemantauan yang dilakukan tim PVMBG hingga Senin dini hari, peningkatan aktivitas di areal kawah ini merupakan yang tertinggi sejak Tangkubanparahu dinyatakan berstatus waspada pada 23 Agustus lalu.
"Aktivitasnya tinggi jika dibanding sebelumnya. Peningkatan aktivitas ini dapat dikatakan sebagai yang tertinggi sejak statusnya waspada. Kemarin-kemarin tidak pernah seperti ini," jelas Johan saat ditemui di Posko Pengamatan Tangkuban Parahu, kemarin.
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu itu, kata dia, dapat terlihat dari peningkatan sejumlah aktvitas vulkanik seperti seperti jumlah kegempaan. Dalam rentang waktu pukul 24.00 hingga 06.00, dan terjadi 3 kali gempa vulkanik dangkal. Selain itu, amplitudo pun mengalami peningkatan hebat menjadi 5-20 dengan durasi yang lebih lama yakni lima jam.
"Sebelumnya amplitudonya tidak sampai seperti sekarang. Durasinya pun lebih singkat. Waktu pertama kali waspada, paling tinggi durasinya hanya empat jam. Ini yang paling tinggi hingga 6 jam," ungkap dia.
Selain itu, kata dia, berdasarkan pemantauan terakhir pada Senin dini hari, akibat adanya peningkatan aktivitas, areal kawah juga mengeluarkan gas-gas yang cukup berbahaya seperti asap sulfatara. Asap sulfatara ini keluar dari pusat kawah dan membumbung tinggi sekitar 400 meter ke arah perbukitan. "Statusnya bisa naik bisa juga turun. Tidak bisa diprediksi. Fifty-fifty lah. Tapi dari PVMBG hingga saat ini, statusnya masih waspada. Tapi secepatnya akan ada evaluasi mengenai status ini," ungkap Johan.
Sementara itu, dikatakan Direktur PT.GRPP Putra Kaban membantah jika pihaknya selaku pengelola tak mengindahkan arahan badan terkait untuk melakukan penutupan. Pasalnya sesuai rekomendasi yang diterima pihaknya hanya melarang pengunjung melewati radius 1,5 Kilometer dari Kawah Ratu.
"Kemarin kita terima surat pemberitahuan yang didalamnya berisi masyarakat dilarang mendekat dengan batas 1,5km, dan itu kami lakukan,mengenai tutup toh kita juga masih menunggu perintah,"ujarnya.
Kendati tak ada arahan untuk menutup TWA, sejak Senin pagi,lanjut ia,pihaknya berinisiatif untuk menutup sementara TWA setelah adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait, begitu juga pedagang yang jumlahnya mencapai kurang lebih 600 pedagang diperintahkan untuk tak berjualan.
Terpisah Kades Cikole Jajang mengatakan dari 13 ribu jiwa jumlah penduduk Cikole, sekitar enam ribu jiwa yang tersebar di enam RW diprediksi akan terkena dampak dari letusan gunung. Enam RW tersebut merupakan wilayah yang paling dekat dengan gunung Tangkuban Parahu. "Enam RW ini paling dekat ke kawah sekitar kurang lebih lima kilometer, dan kita sudah inventarisir dengan terus berkoodinasi dengan pihak-pihak terkait," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Udjwalaprana Sigit mengatakan bahwa untuk memasuki area, petugas sekalipun tidak sembangan bisa masuk. Bahkan harus menggunakan masker.
Menurutnya, peningkatan aktivitas gunung itu seiring dengan naiknya status dari aktif normal menjadi waspada dalam dua pekan terakhir. Untuk itu pihaknya meningkatkan langkah antisipasi pengamanan terutama untuk jalur masuk kawasan tersebut. "Pintu utama kami jaga ketat. Bahkan pintu jalur dari Jayagiri pun kami jaga,"ujar Sigit.
Dia menuturkan bahwa sejak kemarin, atau setelah terjadi peningkatan aktivitas, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG), para pedagang, termasuk pihak pengelola wisata. Alhasil mereka memahami dan sepakat untuk turun gunung dengan kesadaran sendiri. (jnr/lin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pekerja Seks Jalanan Marak di Sorong
Redaktur : Tim Redaksi