Ketahuan Bawa Narkoba Bisa Langsung Ditembak Mati Death Squad

Minggu, 28 Agustus 2016 – 21:27 WIB
Sabu-sabu. Foto: dok. Jawa Pos

MANILA—Presiden Filipina, Rodrigo Duterte alias The Punisher alias Duterte Harry sudah mulai membuktikan janjinya selama dua bulan menjabat. Dia pernah berjanji dalam kampanyenya, yakni melibas 100.000 pelaku kriminal dan penjahat narkoba dalam semester pertama pemerintahannya. Kini, pemimpin 71 tahun itu sudah mengirim sekitar 2.000 tersangka kejahatan ke liang lahat.

Dari jumlah tersebut, kepolisian Filipina mengaku hanya menembak mati 756 tersangka kejahatan yang sebagian besar adalah bandar atau pengedar narkoba. Maka, sisanya yang berjumlah lebih dari 1.000 orang tewas di tangan death squad.

Aksi koboi pasukan elite yang terdiri atas orang-orang sipil itu membuat Duterte bersitegang dengan Senat Filipina dan beberapa lembaga internasional. Termasuk PBB.

Pekan lalu senat menggelar hearing khusus tentang death squad. Kepala Polisi Nasional Filipina Ronald Dela Rosa hadir dalam pertemuan itu. Demikian juga sejumlah polisi dan beberapa kerabat atau keluarga korban death squad.

BACA JUGA: Menghamili Bu Guru Laura, Siswa SMA Diberi Kompensasi USD 6 Juta

Duterte memang tidak hadir dalam hearing yang berlangsung selama beberapa hari tersebut. Tapi, dia mengikuti jalannya hearing yang digagas senator Leila de Lima itu.

Dalam sebuah kesempatan, Duterte sempat mengkritik De Lima. Dia menuding perempuan 57 tahun itu sengaja ingin menjatuhkan dirinya. Apalagi, De Lima menyelidiki keterlibatan Duterte dalam death squad sejak dia masih menjadi wali kota Davao.

 ''Anda sendiri yang memulai segala kegaduhan ini. Anda sengaja menumpang tenar lewat program yang saya gagas ini,'' keluhnya.

De Lima, menurut Duterte, juga bukan orang bersih. Kabarnya, dia mendapat banyak upeti dari para bandar narkoba Fi­lipina. Para bandar itu setor upeti kepada sopir pribadi atau pengawal De Lima yang kemudian meneruskannya kepada sang senator.

BACA JUGA: Kisah Perempuan Pembunuh Bayaran, Tarifnya Murah!

Maka, Duterte tidak terima jika De Lima menyelidiki death squad dengan menempatkan dirinya sebagai orang bersih. Padahal, dia mengambil keuntungan dari sana.

Tidak hanya menarget para bandar dan pengedar narkoba, Duterte juga membidik para pejabat dan aparat yang menjadi pelindung sindikat narkoba. Sejauh ini, dia sudah dua kali menerbitkan daftar hitam berisi nama-nama para pejabat yang diduga terlibat sindikat narkoba.

Selain sekitar 2.000 tersangka kejahatan yang tewas, program Duterte itu membuat 576.146 pengedar dan pengguna narkoba menyerahkan diri.

Mereka yang menyerahkan diri itu mengaku takut kepada death squad. Mereka tidak mau mati konyol hanya karena di­yakini sebagai bandar dan pengedar narkoba. Khususnya sabu-sabu. Kisah Restituto Castro yang tewas setelah timah pa­nas bersarang di kepala bagian belakangnya membuat mereka yang berdekatan dengan narkoba gemetar. Mereka tidak mau menjadi Castro berikutnya yang tewas di tangan death squad.

Castro memang sering memegang sabu-sabu. Tapi, dia bukan pengguna, apalagi bandar. Dia hanyalah kurir yang dipekerjakan paksa sindikat narkoba di Kota Manila. Karena sering terlihat membawa sabu-sabu, pada 25 Juli lalu dia menjadi sasaran death squad.

Sejumlah pria dengan mengendarai sepeda motor mendekati Castro yang lebih dulu dikirimi pesan pendek lewat telepon. Bapak empat anak itu diminta meninggalkan rumahnya di Distrik Caloocan dan menunggu di McArthur Highway. Saat itulah sang eksekutor merenggut nyawa Castro.

Meski fakta berbicara tentang keberadaan death squad dan Duterte pun tidak menyangkalnya, membuktikan keberadaan kelompok elite itu sangat sulit.

BACA JUGA: Wanita Asal Vietnam Melahirkan Bayi Setelah Masa Menopause

''Tidak pernah ada bukti konkret tentang eksistensi mereka,'' kata Senior Superintendent Fausto Manzanilla Jr yang menjabat eksekutif pada Directorate for Investigative and Detective Management.

Tidak hanya kontroversial, death squad ternyata juga misterius. Tidak pernah ada yang mengabadikan sepak terjang kelompok tersebut. Sebab, kehadiran mereka memang tiba-tiba dan tak terduga.

 Konon, mereka juga dilindungi polisi dan pemerintah setempat. Maka, melacak jejak mereka sangatlah sulit. Apalagi mendapatkan kesaksian langsung dari mulut mereka tentang pembunuhan yang dilakukan.

Sebagai pemimpin, Duterte mengaku bukan hanya dirinya yang ''semena-mena'' terhadap para penjahat narkoba. Dia menyebut mantan Perdana Menteri (PM) Thailand Thaksin Shinawatra sebagai pemimpin lain yang juga tegas terhadap penjahat narkoba.

 ''Dia pernah punya program yang sama dan merenggut 3.000 nyawa. Tapi, tidak pernah ada yang me­nanyakan hal itu kepadanya,'' keluh Duterte.

Di Filipina, menurut dia, ada tiga juta pecandu narkoba. Jika tidak dilawan dengan program supertegas seperti yang digagas, dia yakin jumlah pecandu terus melonjak.

 ''Sebagai presiden, saya harus bagaimana? Saya harus melindungi mereka yang lemah dan tidak berdosa. Hukum menyebutkan demikian. Bukan malah melindungi para pelaku kejahatan,'' tandasnya. (time/AFP/asiatimes/hep/c19/any/flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wali Kota Chicago Setuju 7 Polisi Penembak Laquan Dipecat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler