Wartawan menemui Marsiah dan temannya lagi tidur-tiduran di rumah. Begitu tahu yang datang wartawan, Marsiah masuk ke dalam kamar.
Seorang teman Marsiah mengaku bernama Aurel mengatakan, mereka tak mau komentar lagi dan menyarankan menanyai polisi.
"No comment bang, kalau mau tanya-tanya mintaklah uang abang Rp300 ribu, biar aku bicara. Yang jelas kami udah ngasi keterangan ke polisi," ujar Aurel.
"Udahlah bang, karena berita yang ada di koran, si Marsiah disuruh pulang sama orangtuanya. Kami cuma cari nafkah, pada malam itu kami pun tak mau kejadian ini terjadi," ujar Aurel.
"Kami nggak takut seandainya keluarga korban mau menuntut, yang jelas kami merasa enggak bersalah, kalau kami memang bersalah, ngapaian kami melaporkan kejadian itu ke polisi," ujarnya.
Posmetro juga mendatangi rumah duka di Jalan Pasar 4 Barat. Di dalam rumah permanen bercat kuning dan memiliki pagar itu terlihat beberapa pelayat masih berdatangan.
Pria yang mengaku anak korban hanya bilang sama sekali tak ada firasat atas kematian bapaknya. Sedangkan sehari-hari bapaknya biasa saja tak ada kelainan.
Sekadar mengingatkan, korban tewas saat mengencani bencong yang saban hari mangkal di Jl. Marelan Raya, Pasar II, Kel. Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan, Kamis (4/4) sekira pukul 05.30 WIB.
Kematian mendadak Dumoli Manurung (54), oknum guru sejarah di SMA Negeri 16 Medan Marelan itu, nyaris juga membuat jantung Marsiah alias Setiawan (22), waria yang dibookingnya copot.
Bagaimana tidak, Dumoli tiba-tiba jatuh saat waria yang menetap di Pasar II Barat, Gang Arwana, Kel. Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan itu sedang melakukan oral seks.(gus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumat Berdarah di Belawan
Redaktur : Tim Redaksi