jpnn.com, SURABAYA - Orang tua selalu bangga jika anak-anaknya lahir dalam keadaan normal dan cerdas.
Nasib terbalik justru dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) sebut namanya Donwori, 40, dan Karin, 37.
BACA JUGA: Pergoki Istri Digandeng Mesra Nasabah, Kecurigaan Tengah Malam Terjawab
Sampai jelang masuk sekolah dasar, keduanya belum bisa menerima keadaan ketiga anaknya.
================================
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
================================
BACA JUGA: Mantan Istri Makin Seksi, Bekas Suami Menyesal Sampai Mati
“Mau selingkuh saya tidak bisa, marah dan meninggalkan mereka juga tidak bisa. Saya stres terlebih suami enggak bisa menerima keadaan anak-anak kami,” kata Karin dengan mata berbinar seakan ingin menumpahkan air matanya ke lesung pipinya.
Dengan mata seakan menyesal, Karin menyatakan begitu sangat sedih memiliki ketiga anak yang semuanya dinyatakan berkebutuhan khusus.
BACA JUGA: Istri Depresi Berat karena Anaknya Meninggal, Malah Digugat Cerai Suami
Untuk pola makannya, Karin harus ekstra ketat sehingga memang menguras uang dan tenaga.
Ia harus sabar mengajari anak-anaknya supaya bisa bersosialisasi, meski saat ini ia sudah menyerahkan ketiga anak-anaknya ke sekolah inklusi terbaik di Surabaya.
”Dikucilkan tetangga, dikira anakanak saya gila itu sangat sakit. Kalau disuruh memilih saya juga ingin anak normal, tapi Allah mempercayakan mereka kepada saya. Artinya, Allah percaya saya mampu,” kata Karin dengan mata menangis.
Diakui Karin, ia dan suaminya sempat shock berat ketiga harus mendapati bayi-bayi yang ia lahirkan dalam keadaan cacat mental.
Putri pertamanya, mengalami down syndrom, sedangkan putri kedua dan ketiganya mengalami autis yang sering dianggap orang lain suka bikin onar.
”Kami sempat enggak mau mengakui mereka. Anak-anak saya taruh di rumah neneknya, tapi mereka selalu telepon saya dan suami. Kami luluh terlebih mereka suka mencium saya meskipun sering saya pukul mereka,” kata Karin dengan mata menangis.
Sang suami juga merasakan dampak menelantarkan anaknya.
Saat tidak mengakui mereka anak, Donwori menyatakan sulit mendapatkan rezeki, bahkan ia sempat stres karena hidup tidak tenang.
”Ketika saya berusaha menerima anak-anak, rezeki lancar. Mungkin Allah meminta saya ikhlas dan harus berjuang demi anak-anak,” jelasnya.
Dalam bulan puasa ini, Donwori berharap Tuhan bisa memaafkan segala kesalahanya di masa lalu.
Apalagi, ia kini mulai survive dengan membangun bisnis distribusi baju dan bahan pokok di Surabaya dan sekitarnya.
”Banyak ilmuan sukses dari anak-anak berkebutuhan khusus, saya hanya berdoa Allah mengampuni saya,” pungkas Donwori dengan mata berkaca-kaca. (*/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Hamil Paling Laris, Tarifnya Lebih Mahal
Redaktur : Tim Redaksi