jpnn.com - JAKARTA - Anies Baswedan telah dikenal sebagai salah satu penggerak dan tokoh dalam bidang pendidikan nasional. Program Indonesia Mengajar yang dirintisnya telah menginspirasi anak muda dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, dia pun memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menilai hal ini karena sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan Kurikulum 2013.
BACA JUGA: Pengalihan Dukungan Parpol di Putaran Dua Transaksional
Kedua gebrakan tersebut menjadi hal yang sangat berkesan di mata kedua kakak-beradik, Arista (19) dan Aristo (18). Arista yang sedang menempuh kuliah statistika STIS mengaku sudah mengagumi sosok Anies dengan gerakan Indonesia Mengajarnya.
Sedangkan Aristo yang merupakan mahasiswa jurusan matematika UNJ merasa takjub dengan hilangnya kurikulum 2013 ketika dia masih duduk di bangku SMA. Ia merasa bahwa apa yang dilakukan Anies saat itu telah menghilangkan konflik antara guru dan murid yang bersitegang akibat penerapan kurikulum 2013.
BACA JUGA: Kembali Muncul, Hasnaeni si Wanita Emas Langsung Kritik Ahok
Karena itulah, keduanya tidak menghilangkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Anies saat dia mengunjungi kawasan dekat kediaman mereka, Jumat (23/12).
Anies, yang saat ini menjadi calon gubernur DKI Jakarta, mengadakan sosialisasi program kerja unggulannya sekaligus menjaring aspirasi warga yang terletak di kawasan Jalan Kecapi, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.
BACA JUGA: Ahok: Nanti DPR juga Bisa Rapat Bubarin KPK
Kepada Anies, Arista menanyakan secara kritis tentang fenomena sekolah favorit dan non-favorit. Baginya, inilah yang menyebabkan mutu sekolah di Jakarta tidak merata.
"Bagaimana cara bapak meningkatkan kualitas sekolah-sekolah yang non favorit ini?" tanya Arista.
Tidak jauh berbeda dengan kakaknya, Aristo kembali menanyakan permasalahan pendidikan. Aristo mengkhawatirkan janji Anies yang memberikan bantuan tunai melalui KJP Plus nantinya akan diselewengkan ketika program tersebur berjalan.
"Bagaimana caranya bapak menjamin KJP itu sesuai target, bahwa bantuan tunai itu benar-benar digunakan untuk pendidikan?" tanya Aristo.
Anies yang mengenakan kemeja putih kemudian menjawab pertanyaan dua orang bersaudara tersebut. Menurut Anies, mutu sekolah atau institusi pendidikan secara umum ditentukan oleh dua hal, yaitu kualitas gurunya dan kualitas kepala sekolahnya.
"Selama ini, benda matinya sudah bagus. Sebagian besar fasilitas, sarana-prasarananya sudah bagus. Tapi kualitas manusianya belum maksimal. Karena itu, kita akan meningkatan kualitas gurunya dan juga kepala sekolahnya," terang Anies.
Kepala sekolah, sambung Anies, sangat penting dalam menjalankan suatu institusi pendidikan.
"Setiap pemimpin akan menularkan nilai ke bawahnya. Di perusahaanpun berlaku demikian. Termasuk kepala sekolah," papar Anies.
Sedangkan untuk pertanyaan Aristo, Anies menekankan bahwa program bantuan tunai melalui KJP Plus diberikan di saat kebutuhan sekolah sedang tinggi-tingginya.
"Kami berencana memberikan bantuan tunai tersebut saat pergantian semester dalam tahun ajaran pendidikan. Sehingga uang tersebut akan dimanfaatkan betul-betul untuk pendidikan," pungkas Anies. (ipk/rmol)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawaslu Bantah Disebut Tidak Siap Terima Pengaduan
Redaktur : Tim Redaksi