jpnn.com, KOPENHAGEN - Hampir dua tahun tinggal di Kopenhagen, Denmark, membuat Arfa Darojati Hadiyanto sudah beradaptasi dengan durasi puasa yang lebih lama saat Ramadan. Tapi, kejutan lain muncul tahun ini. Idul Fitri datang lebih cepat satu hari dari jadwal. Berikut cerita yang dia bagikan kepada Jawa Pos melalui surat elektronik.
Arfa Darojati Hadiyanto, Kopenhagen
BACA JUGA: H+2 Lebaran, Ancol Dibanjiri Puluhan Ribu Orang
Penanggalan Denmark menandai 5 Juni dengan warna yang tidak sama dengan hari lain. Denmark memperingati Grundlovsdag alias Constitution Day hari itu. Artinya, sekolah dan perkantoran libur. Maka, saat Islamic Centre Kopenhagen mengumumkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada 5 Juni, saya lega. Pasti salat Id akan ramai. Akan banyak yang ikut. Sebab, bertepatan dengan hari libur nasional.
Tapi, di luar dugaan, Islamic Centre Kopenhagen merevisi pengumuman tersebut. Pada Senin malam (3/6), lembaga itu mengumumkan bahwa Idul Fitri jatuh pada 4 Juni, esok harinya. Kelabakanlah WNI yang ada di Kopenhagen. Termasuk, saya dan suami. Teman-teman dan kenalan saya yang tercatat sebagai karyawan banyak yang kadung tidak mengajukan cuti karena berdasar pengumuman sebelumnya, Idul Fitri jatuh pada hari libur.
BACA JUGA: Tidak Ada Lagi Kesibukan Membuat Kue Apem Jelang Lebaran
Suami saya yang sedang mengejar gelar PhD pun lantas minta izin kepada supervisornya hari itu. Demikian juga anak-anak saya. Mereka minta izin tidak masuk sekolah. Meskipun pemeluk Islam sedikit, toleransi masyarakat Denmark terhadap muslim patut diapresiasi. Hari itu anak-anak saya diizinkan untuk menunaikan salat Id dan berlebaran. Bahkan, guru-guru mereka memberikan ucapan selamat hari raya.
KBRI Kopenhagen menggelar salat Id untuk WNI. Selasa itu. Seperti tahun lalu, salat berlangsung di Wisma Duta yang merupakan kediaman Duta Besar RI untuk Kerajaan Denmark dan Republik Lithuania M. Ibnu Said. Hari itu banyak WNI yang terpaksa absen salat. Pasalnya, mereka tidak mendapatkan izin untuk cuti atau datang terlambat hari itu karena pengajuannya mendadak.
BACA JUGA: Demi Tugas Jaga Jalur Kereta Api, Tiga Kali Lebaran Tak Pulang Rumah
Ada kisah lucu juga yang saya alami terkait dengan perubahan hari raya kali ini. Ceritanya, keluarga saya membelikan baju Lebaran untuk saya, suami, dan anak-anak. Baju tersebut dititipkan kepada teman yang akan dolan ke Kopenhagen. Rencananya, teman saya itu tiba 4 Juni malam. Esoknya, dia bakal ikut berlebaran bersama kami.
Tapi, manusia memang hanya bisa berencana. Karena perubahan jadwal hari raya, baju Lebaran kami masih terdampar di Paris saat Kopenhagen merayakan Idul Fitri. Tentu hal tersebut bukan masalah bagi kami. Yang kepikiran justru teman saya. Dia merasa sangat bersalah karena keluarga kami gagal pakai baju baru kiriman dari Indonesia.
Oh iya, usai salat Id, kami berbaris dan bersalaman. Setelah itu, kami mencicipi jamuan yang telah disediakan oleh Pak Ibnu dan istrinya, Ari Sri Lestari. Sesuai tradisi, Pak dan Bu Dubes menyajikan masakan Indonesia. Selasa itu, menu yang ada di atas meja cukup beragam. Mulai rawon, soto mi, opor ayam, sambal goreng hati, sampai es cincau.
Alhamdulillah. Sungguh kami bersyukur, meski jauh di perantauan, Lebaran kami kali ini sangat berkesan. Selamat Lebaran dari Kopenhagen. Mohon maaf lahir dan batin. Vi ses og ønsker dig glædelig Eid! (*/c11/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Shireen Sungkar Lebaran Pakai Produk Sendiri
Redaktur & Reporter : Adil