Masa keemasan Fabio Cannavaro, Marco Materazzi, Robert Pires, Edgar Davids, Denilson, dan Djalminha memang telah berlalu. Namun, mereka masih punya skill bermain bola yang mumpuni.
MUHAMMAD AMJAD, Jakarta
PADA masa jayanya, siapa tidak kenal dengan Fabio Cannavaro? Dialah il capitano timnas Italia saat menjadi jawara Piala Dunia 2006. Cannavaro adalah salah seorang pemain belakang paling tangguh pada zamannya.
Materazzi? Meski dikenal bengal, pemain ini boleh dibilang sebagai "bintang kemenangan" Italia saat mengalahkan Prancis pada final Piala Dunia 2006 di Jerman. Berkat Materazzi-lah Prancis harus kehilangan sang maestro Zinedine Zidane. Zizou "sapaan akrab Zidane" diusir keluar dari lapangan setelah terprovokasi ucapan Materazzi dan menanduk dada bek Italia itu.
Bagaimana Pires, Davids, Denilson, dan Djalminha? Mereka pernah menggapai sukses di era masing-masing. Pires menorehkan prestasi manis bersama Prancis di Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Denilson bahkan pernah mencatatkan diri sebagai pemain termahal dunia.
Karena itu, sungguh beruntung anak-anak yang Jumat (24/2) lalu mengikuti football clinic bersama para bintang tersebut di Gelora Bung Karno Jakarta. Mereka mendapatkan kesempatan langsung belajar bermain bola dari ahlinya.
"Saya senang bisa main dengan mereka. Saya pernah tahu pemain-pemain itu walaupun sekarang sudah tidak ngetop lagi," kata Kinnara, salah seorang peserta klinik sepak bola asal SMP Global Mandiri Cibubur, Jakarta Timur.
Latihan bersama para bintang tersebut dimulai tepat pukul 17.00. Suasananya rileks. Anak-anak peserta klinik tidak canggung menghadapi para bintang itu. Satu per satu materi yang diberikan pun dilahap dengan cepat.
Sesi tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Di sisi utara, Pires menjadi mentor bersama Materazzi. Di tengah, Djalminha dan Denilson bekerja sama memberikan arahan. Sedangkan sisi selatan menjadi ruang latih untuk Davids (eks gelandang timnas Belanda) dan Cannavaro.
Rangkaian kegiatan itu rupanya tidak bisa dijalani dengan serius oleh para mantan bintang sepak bola dunia tersebut. Terbukti, saat masa klinik memasuki menit ke-20, Djalminha dan Denilson mulai membiarkan anak didik yang dilatihnya berlatih sendiri.
Dua pemain asal Brazil itu malah asyik bermain sepak bola sendiri. Mereka berkali-kali mempertontonkan keahliannya dalam melakukan juggling dan passing.
Yang dilakukan Denilson dan Djalminha ternyata menarik Pires. Mantan bintang Arsenal itu pun tergoda. Dia meninggalkan anak didiknya untuk bergabung dengan Denilson dan Djalminha. Tak pelak, agenda klinik "terganggu". Anak-anak peserta berhenti berlatih. Mereka menonton para mentor pamer keahlian sambil sesekali meniru-niru gerakan yang diperagakan Denilson, Djalminha, dan Pires.
Suasananya benar-benar cair. Dalam sebuah momen, Materazzi tampak kesulitan untuk memberikan instruksi. Beberapa kali dia harus mengulang arahan karena anak-anak tersebut tak mendengarkan instruksinya. Mereka malah sibuk melihat tato yang ada di tangan Matrix, julukan Materazzi. Tidak hanya melihat, beberapa di antara mereka bahkan juga sempat menunjuk-nunjuk.
M. Farrel, salah seorang anak yang berlatih bersama Materazzi, mengaku bingung melihat gambar yang ada di tangan eks pemain Inter Milan tersebut. "Tangan om yang tinggi itu digambarin dan ditulisin. Banyak lagi," ucap bocah sembilan tahun itu dengan polosnya.
Tepat pukul 18.00, sesi klinik sepak bola rampung. Acara ditutup dengan foto bersama. Setelah itu, Cannavaro menendang bola untuk diberikan kepada penonton. Sayang, tak ada satu pun komentar yang bisa diberikan para pemain tersebut. Pihak promotor, Morstar, tidak memberikan kesempatan kepada media untuk mewawancarai para bintang itu. Hanya Materazzi yang meneriakkan kata-kata dalam bahasa Italia kepada wartawan.
Aksi sesungguhnya Cannavaro dkk adalah malam ini. Mereka akan melakoni pertandingan dengan konsep showbol di Istora Senayan Jakarta. Dalam pertandingan tersebut, tim akan terbagi dalam dua kelompok. Setiap tim diperkuat bintang-bintang itu. Dua tim yang akan berhadapan tersebut bernama European & Friends dan Samba & Friends.
"Nanti ada pemain lokal yang ikut bergabung dengan tim ini. Itu untuk mencukupi kuota enam pemain di tiap tim," terang Ferdinand Momor, wakil panitia. (*/c9/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mandek Setelah Berkasus, Pekerjanya Menghilang
Redaktur : Tim Redaksi