Mandek Setelah Berkasus, Pekerjanya Menghilang

Kamis, 23 Februari 2012 – 03:05 WIB
Wa Ode Nurhayati di dalam mobil tahanan KPK. Wa Ode ditahan setelah sebelumhya ditetapkan sebagai tersangka suap ke Badan Anggaran (Banggar) DPR. Foto : Arundono W/JPNN

WA ODE NURHAYATI (WON) rupanya punya tekad mendirikan Pondok Pesantren di Lorong Konggoasa-Lalonggida, Kelurahan Watulondo Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Sebagaian bangunan pondok pesantren telah berdiri megah di atas tanah seluas 1 hektar. Namun, pembangunannya belum tuntas dan mandek setelah WON berkasus dugaan suap pengalokasian dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID). Bagaimana kondisi bakal pondok pesantren yang didanai WON itu?

Arifuddin Mangka-Suwarjono, Kendari
===============================
   
Sejak Wa Ode Nurhayati diperiksa oleh KPK, pembangunan bakal pondok pesantren di Lalonggida juga menjadi terhambat. Saat ini, pembangunan infrastruktur bakal pondok pesantren tersebut tak berjalan mulus lagi seperti pembangunan tiga bulan yang lalu. Rumput-rumput mulai tumbuh liar menututupi sebagian tembok bangunan.
   
Situasi sekitar bangunan tampak sepi. Tak ada aktivitas yang berlangsung di lokasi yang terletak sekitar 1 kilometer dari Jalan poros Puuwatu. Hanya sebuah bangunan mewah yang berdiri di atas tanah berukuran 50 meter x 200 meter yang dikelilingi pagar tembok. Ternyata, buruh bangunan dan kontraktornya telah meninggalkan pembangunan pondok pesantren tersebut sejak 2 bulan lalu.
   
Aliran dana dari donatur diduga menjadi kendala pembangunan infrastuktur bakal pondok pesantren tersebut. Dalam perjalanan pembangunannya, kontraktornya hanya bisa menyelesaikan satu unit rumah tinggal utama, 4 unit rumah dinas calon guru santri dan 6 unit asrama santri. Masih banyak bangunan yang harus didirikan dalam master plan pembangunan pondok pesantren tersebut.
   
Warga yang dipercayakan menjaga bakal Pondok Pesantren tersebut, Daeng Suka pun bercerita soal keberadaan bakal pondok pesantren tersebut. Sepengetahuannya, tanah seluas 1 hektar tersebut dibeli oleh WON dari Imam Subagio. Tahun 2010, perencanaan pembangunan sudah dimulai, namun efektif berjalan tepatnya pada bulan September 2011.
   
"Beberapa unit bangunan berdiri dan rampung dikerjakan dalam waktu tiga bulan. Satu unit rumah utama, asrama dan rumah dinas guru santri sudah rampung. Tapi tiba-tiba WON bermasalah, pembangunannya pun akhirnya berhenti," ungkap Daeng Suka.
   
Kondisi bangunan tampak tak terurus lagi. Bahkan untuk asrama santri, belum ada daun pintu dan jendelanya. Belum tuntas 6 unit asrama santri, pekerjaan sudah tak berlanjut lagi. Semak belukar yang berada di kawasan tersebut mulai tumbuh subur lagi merambah ke bangunan yang ada. Semuanya tampak seperti bangunan tak bertuan.
   
Daeng Suka adalah orang yang dipercayakan menjaga bangunan pondok pesantren tersebut. Namun, kepercayaan tersebut bukan diberikan oleh Wa Ode Nurhayati, tapi diamahkan oleh Muslimin, kontraktor pondok pesantren itu. Ia pun menjalankan amanah itu walaupun tanpa perjanjian ada upah atas jasanya itu. "Saya yang diberi amanah sama pak Muslimin untuk menjaga bangunan ini," ujar Daeng Suka sedikit membelokkan fokus bahasan terkait kondisi bakal pondok pesantren tersebut.
   
Sepengetahuan Daeng Suka, master plan pondok pesantren masih cukup banyak. Asrama yang akan dibangun untuk santri masih ada beberapa unit. Bahkan, pembangunan masjid dalam kawasan pondok pesantren sudah mulai dirancang. "Tapi macet sejak WON berkasus di Jakarta. Semua pekerjanya sudah pergi, termasuk kontraktornya. Bahkan, gaji buruh sebagian ditanggung oleh kontraktor karena anggarannya tidak mencukupi," papar Daeng Suka diamini oleh Rajab, warga lainnya. Daeng Suka mengaku salah seorang pekerja bangunan dalam pendirian pondok pesantren tersebut.
   
Jaringan listrik juga sudah masuk ke daerah tersebut. Sejak adanya pembangunan pondok pesantren, barulah jaringan listrik masuk. Namun, hanya sampai di pondok pesantren. Sayangnya, aliran listrik belum berfungsi karena belum ada penyambungan ke rumah induk pondok pesantren. Tapi, secara tak langsung, masyarakat mendapat keuntungan dengan adanya pondok pesantren tersebut. Mereka kini dapat menikmati listrik setelah jaringan tersambung hingga di depan pondok pesantren.
   
Tak hanya itu, informasi yang diperoleh Daeng Suka, WON malah akan menambah luas area pondok pesantren. Beberapa lahan masih akan dibeli untuk memperluas area pondok pesantren hingga 6 hektar. Rencananya, pondok pesantren tersebut akan mendirikan sekolah mulai dari sekolah dasar atau sederajat, hingga sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat. Isu akan membeli 2 hektar tanah di samping lokasi pondok pesantren sudah mulai santer dibicarakan. Namun juga mandek setelah WON berkasus.
   
"Saya dengar, yang akan diambil adalah anak-anak dari keluarga yang tidak mampu untuk dibina di pondok pesantren ini. Mereka akan di-sekolah-kan secara gratis. Struktur organisasinya sudah pernah dibahas. Tapi semuanya menjadi terkendala karena musibah yang dialami oleh Wa Ode," ungkap Daeng Suka yang turut prihatin dengan kasus yang dihadapi anggota Fraksi PAN asal Sultra itu. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Encim Masnah, Sinden Pewaris Terakhir Gambang Kromong Klasik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler