Suara lantang disertai humor kala berdakwah menjadi ciri khas yang sangat melekat pada Mamah DedehUstadah yang satu itu berhasil memadukan dakwah dan komedi lewat program acara religius Mamah dan Aa" di sebuah stasiun televisi swasta
BACA JUGA: Beri Layanan Seharga Semangkuk Bakso
Kini jamaah Mamah tersebar di seluruh Indonesia.SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta
DENGAN balutan busana muslim dan jilbab berwarna merah, Mamah Dedeh langsung menjadi pusat perhatian
BACA JUGA: Wahyu Aditya,Pemimpin Kantor Kementerian Desain Republik Indonesia
"Kalau ada salah-salah kata, saya minta maaf
BACA JUGA: Beratap Rumput Hidup, Bisa Tampung 10 Ribu Pengunjung
Sebab, saya memang bukan makhluk halus," ujar Mamah Dedeh, disambut tawa jamaah pengajian di Musala Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis lalu (26/8)Saat pengajian berakhir, jamaah tidak langsung bubarMereka justru langsung merapat ke podium, tempat ustadah bernama asli Dedeh Rosyidah itu dudukJamaah yang didominasi ibu-ibu tersebut berebut berjabat tangan dan berfoto bareng Mamah DedehTak pelak, Mamah sampai terdesak para "penggemar" ituMeski begitu, Mamah justru terhanyut dalam euforia jamaah tersebutDia ikut heboh sambil sesekali melontarkan guyonan dengan suara yang kerasSuasana musala lantas jadi riuh oleh suara jamaah itu.
Tidak hanya berfoto bareng, beberapa peserta masih belum puas kala pengajian tersebut usaiMereka ingin menumpahkan unek-unek kehidupan masing-masing di depan ustadah favorit ituApalagi, Mamah Dedeh ngetop dengan brand curhatnya setiap kali bertemu dengan jamaahNamun, permintaan beberapa orang tersebut terpaksa tidak dikabulkan"Aduh, saya buru-buruSebentar lagi ada acara pengajian lagiSaya minta maaf, nanti SMS saja, ya?" ujar Mamah kepada jamaah tersebut.
Kesibukan Mamah Dedeh memang luar biasaMirip dengan selebriti yang laris manis, jadwal Mamah Dedeh sangat padatDalam sehari, dia bisa mengisi pengajian di lima tempat yang berbedaBukan hanya sekitar wilayah Jakarta Raya, Mamah juga sering diundang mengisi taushiyah di luar kota, bahkan luar pulau"Alhamdulillah, saya diundang untuk mengisi ceramah hingga luar kota dan luar pulauSaya senang karena masyarakat menyukai taushiyah yang saya sampaikan," papar Mamah Dedeh ketika ditemui di sela-sela aktivitasnya mengisi pengajian.
Namun, khusus Ramadan, Mamah tidak melayani permintaan taushiyah di luar pulauSebab, sejak awal bulan puasa, aktivitas perempuan 59 tahun itu superpadatDia "bekerja" sejak pukul 02.00 hingga malam lagiHampir setiap hari begituSalah satu jadwal tetapnya, yang mau tidak mau harus diprioritaskan, adalah mengisi acara taushiyah bertajuk Mamah dan Aa" di Indosiar menjelang sahurAcara tersebut pada hari-hari biasa tayang pada pukul 05.00, setelah subuhNamun, khusus Ramadan, jam siar program interaktif religius itu dimajukan menjadi pukul 02.00.
"Kenapa pukul 02.00" Sebab, kami juga mempertimbangkan penonton di Indonesia TimurDengan begitu, mereka juga bisa menyaksikan acara ituSebab, permintaan dari sana banyak," urai Mamah sembari mengipasi wajah yang kepanasan.
Agar tidak terlambat, Mamah harus datang ke studio Indosiar sekitar pukul 24.00Sampai di studio, ibu lima anak itu langsung beristirahatSetengah jam sebelum syuting acara, dia harus bangun untuk sahur dan mempersiapkan diriLalu, sekitar pukul 03.30, Mamah meninggalkan studio di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, itu untuk mengisi acara ceramah subuh di tempat lainKegiatan tersebut akan berlanjut dengan sederet acara pengajian lain di berbagai tempat berbeda hingga malam.
Yang istimewa, Mamah menyatakan tidak memiliki hari liburBagi istri almarhum Syarifuddin itu, tiada hari tanpa berdakwahNamun, putri satu-satunya yang bernama Nazmia, yang juga merangkap manajer Mamah, tidak rela jika ibunya terus berdakwah setiap hari tanpa libur untuk istirahatUntuk itu, Mia "sapaan putri Mamah tersebut" selalu berupaya menyediakan waktu libur sehari dalam satu bulan bagi Mamah"Ya, hanya sehari dalam sebulan saya libur dari aktivitas berdakwahBiasanya, saya gunakan hari itu untuk berkumpul dengan anak-anak atau jalan-jalan ke Bandung," ujar perempuan asal Ciamis, Jawa Barat, tersebut.
Selain mengisi sejumlah acara ceramah, Mamah Dedeh kerap menerima curhat lewat SMSBahkan, dia menuturkan bisa menerima seratusan SMS dalam sehari dari jamaah di seluruh IndonesiaPermasalahan yang dicurhatkan beragam, mulai persoalan akidah agama, rumah tangga, hingga karir dan perjodohan.
Nenek lima cucu itu selalu berusaha membalas semua SMS yang masuk ke handphone-nya tersebutSelain itu, ada jamaah yang mendatangi rumah Mamah kala ingin curhat secara langsungMamah pun heran, dari mana jamaah tersebut mengetahui rumahnya yang berlokasi di sebuah perumnas di Depok, Jawa Barat, itu"Tiba-tiba mereka datang saja ke rumahSaya nggak tahu, mereka tahu dari mana alamat rumah saya," ujarnya.
Seperti memperlakukan SMS curhat, Mamah selalu berusaha menampung semua unek-unek langsung jamaahnya serta memberikan solusi terbaikNamun, adakalanya Mamah memilih tidak menerima jamaahnya yang ingin cuhat di rumah jika lelah luar biasaDia mengisahkan, pernah ada jamaah yang datang ke rumah sembari menangisJamaah itu ingin menyampaikan curhat seputar permasalahan rumah tangganya kepada Mamah.
"Tapi, waktu itu saya capek bangetSaya benar-benar sudah nggak kuatAkhirnya, saya bilang kepada Mia untuk kasih tahu dia (jamaah) bahwa saya nggak ada di rumah," kenangnya
Meski begitu, Mamah menyatakan selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada jamaahnya"Ya, saya kan juga punya hak untuk beristirahatAllah saja tahu, kok," imbuhnya.
Mamah tidak memungkiri bahwa jadwal yang padat membuatnya lelahKarena itu, dia paling tidak suka jika panitia acara menjemputnya dengan mobil yang sudah terisi penuhMamah mengakui tidak suka duduk berdesak-desakan dalam mobil, apalagi saat lelah"Waktu di mobil biasanya saya gunakan untuk tiduran, beristirahat sebentarMaka, saya paling sebal kalau lihat mobil jemputan sudah dipenuhi panitia," ungkap dia.
Soal ciri khas suara yang keras dan perkataan yang lugas, Mamah mengungkapkan bahwa karakter tersebut terbentuk sejak kecilDia memang dididik dengan disiplin yang tinggi oleh kedua orang tuanyaSelain itu, meski orang tuanya memiliki sejumlah usaha, seperti penggilingan padi, bengkel, sawah, hingga kebun, Mamah dan lima saudaranya dididik untuk bekerja kerasBahkan, dia menyatakan terbiasa menunggui sejumlah usaha kedua orang tuanya itu.
Suaranya yang keras dan lantang terbentuk karena dia terbiasa menyuruh makan sekitar 50 buruh tani di sawahAgar bisa terdengar, Mamah harus menggunakan suara kerasSelain itu, bisingnya suara penggilingan padi mengharuskan dia bersuara keras jika ingin berbicara dengan orang lain. "Karena itu, suara saya keras dan terlatih sampai sekarang," imbuhnya seraya terbahak.
Ketika ditanya kapan kali pertama berdakwah, Mamah mengatakan menjalani kegiatan tersebut kala duduk di bangku SDHal itu dia laksanakan karena kedua orang tuanya sangat agamis"Saat siang, orang tua saya jadi petaniMalam, mereka jadi guru mengaji," ujar dia
Kedua orang tua Mamah juga gemar berdakwahKarena itu, Mamah dan saudara-saudaranya terbiasa mengajar mengaji dan berceramah."Kebiasaan berdakwah sejak SD tersebut terus melekat pada diaApalagi, setelah lulus SD Mamah melanjutkan studi di pendidikan guru agama (PGA)Setamat PGA, Mamah melanjutkan pendidikan di IAIN Jakarta yang kini bernama UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Banten.
Hingga menikah pada 1970, Mamah tidak pernah menghentikan aktivitas berdakwahBahkan, pada 1980 Mamah dan temannya yang juga pendakwah malah memiliki ratusan anak asuhSalah seorang anak asuh itu kemudian menjadi penyiar di Bens RadioKebetulan, waktu itu Bens Radio membutuhkan pendakwah perempuanMamah pun diajak bergabung oleh anak asuhnya tersebutMamah lantas mulai berdakwah lewat radio
Dari situlah Indosiar mengenal MamahMulai tiga tahun lalu, Mamah pun resmi penjadi pengisi acara siraman rohani bertajuk Mamah dan Aa" di stasiun televisi swasta tersebut dengan didampingi pelawak Abdel"Alhamdulillah, sampai sekarang semakin banyak jamaah Mamah dan Aa" di seluruh Indonesia," ucap Mamah Dedeh(*/c11/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Berani Melawan, Takut Todongan Senjata
Redaktur : Tim Redaksi