Ketika Masalah Sepele Terjadi di Tengah Masyarakat Intoleran

Sabtu, 30 Juli 2016 – 22:19 WIB
Sebanyak 6 vihara dan klenteng dibakar massa di Tanjungbalai. Foto: Sumutpos

jpnn.com - JAKARTA -  Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani menilai kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatra Utara merupakan ekspresi intoleransi dan kekerasan yang tidak semestinya terjadi.

"Memang pemicunya sederhana, yakni protes warga atas pengeras suara dari sebuah tempat ibadah," ujar Ismail, Sabtu (30/7).

BACA JUGA: Kehadiran Budi Karya Diharapkan Bisa Beri Warna Baru

Tapi soal sepele yang terjadi di tengah masyarakat yang kurang toleran, akibatnya berbalas kerusuhan. Apalagi diduga kuat terdapat sejumlah aktor yang memprovokasi. "Karena itu Setara Institute mengutuk keras tindakan pembakaran sejumlah tempat ibadah tersebut," ujar Ismail.

Ismail menilai, Polri dalam peristiwa yang terjadi telah mengambil langkah tepat. Terutama dengan mempertemukan tokoh-tokoh agama dan memulihkan situasi menjadi lebih kondusif. 

BACA JUGA: PDIP Senang Golkar Sudah Insaf

Apalagi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sumatera Utara dalam catatan Setara Institute, adalah satu FKUB berkinerja baik dalam memajukan toleransi. 

"Tapi langkah tersebut belum cukup. Polri diharapkan dapat mengungkap aktor penggerak kerusuhan tersebut. ‎ Kami juga berharap masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk melakukan aksi-aksi intoleran dan kekerasan lanjutan," ujar Ismail.‎(gir/jpnn)

BACA JUGA: Tanjungbalai Rusuh, Ini Kata Pak Tito

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gus Soleh: Fredi Budiman Santun dan Dermawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler