jpnn.com, SURABAYA - Kondisi ekonomi yang belum pulih ikut menyebabkan antusiasme pembeli makanan dan barang-barang khas di bulan Ramadan tahun ini merosot tajam.
Hal ini diakui beberapa pedagang di Pasar Ampel dan pemasok barang di Pasar Bong, Jalan Slompretan.
BACA JUGA: Mau SOTR di Bekasi? Pak Walkot Bilang Begini
Menyadari hal itu, jauh-jauh hari, mereka tidak menggebu menyetok barang.
ARDIANSYAH FAJAR - Radar Surabaya
BACA JUGA: Mau Sahur on The Road? Simak Pesan Pak Menag Ini
Salah satu pedagang yang memiliki toko tertua di Pasar Ampel, Chalimah, mengaku jelang Ramadan tahun ini, dagangannya cenderung sepi.
Dia menyebut jika pada Ramadan tahun ini, semangat pembeli biasa saja bahkan nyaris tidak ada.
BACA JUGA: Ramadan Datang, Semoga Teroris Hilang dan Masyarakat Tenang
“Ini saya juga heran, kok. Biasanya tahun-tahun lalu, H-7 di sini sudah ramai orang beli sampai saya berani stok banyak,” tuturnya.
Tapi di Ramadan tahun ini, dia hanya berani mengambil stok sedikit. Untuk sarung, misalnya. Dia hanya mengambil 10 potong untuk setiap satu jenis sarung.
Padahal biasanya menjelang Ramadan, Chalimah berani ambil sampai 40 kodi dengan isi 20 sarung tiap kodi.
“Kalau tahun sebelumnya menjelang Ramadan seperti ini, toko biasanya penuh dengan kardus-kardus kulakan saya. Sekarang hanya berani ambil stok sedikit karena pembeli cenderung sepi,” ungkapnya.
Untuk pengunjung di Pasar Ampel, Chalimah mengakui jika jumlahnya memang masih banyak. Namun, pembeli cenderung surut. Sehingga jika ia memaksakan stok barang yang banyak dikhawatirkan akan menuai kerugian yang lebih besar.
“Kalau stok banyak sedangkan pembeli sepi seperti begini, takutnya malah kena bon (tagihan, Red) besar dan tambah bingung mengembalikannya. Saya lihat tahun ini memang ekonomi semakin menurun. Jadi wajar kalau pembelinya tidak antusias,” terang pedagang senior yang sudah berusia 70 tahun ini.
Hal yang sama dialami oleh Toko Sakniah dan Toko Najib yang merupakan pedagang besar sandang di Pasar Ampel. Pantauan Radar Surabaya (Jawa Pos Group), kondisi pembeli di semua toko tampak lengang.
Sampai-sampai, terdapat pemasok dari Pasar Bong yang turun langsung untuk menawarkan dagangannya ke Pasar Ampel. Seperti yang dilakukan Toyib, pedagang asal Pasar Bong.
Dia mengatakan bahwa dirinya harus ‘jemput bola’ pembeli ke Pasar Ampel yang di awal-awal Ramadan seperti ini kerap dibanjiri pengunjung dan peziarah. Kalau dia tidak ‘jemput bola,’ dia khawatir dagangannya di Pasar Bong akan menumpuk.
“Saya juga heran kok tidak ada yang kulakan ke sana (Pasar Bong, Red). Saya sampai turun ke sini (Pasar Ampel, Red) untuk menawarkan barang yang baru,” ujarnya.
Tapi kenyataan yang dihadapinya di Pasar Ampel setali tiga uang dengan dagangannya di Pasar Bong. Menurut lelaki berkumis ini, ternyata pedagang di Pasar Ampel juga mengalami kesulitan untuk menjual barang.
Sehingga, dampaknya kepada pedagang di Pasar Bong. Namun demikian, dia mengaku masih tertolong dengan akan tibanya musim haji pada bulan Agustus mendatang. Sehingga, pembeli masih berdatangan dari para calon jemaah haji yang membeli oleh-oleh untuk haji nanti.
“Kita masih lumayan, ada beberapa orang yang beli banyak barang untuk (oleh-oleh) haji,” ujarnya.
Meski musim haji masih tiga bulan lagi, Toyib mengaku pihaknya sudah menyiapkan stok barang yang cukup. Mulai dari sajadah, sarung, kopiah, Alquran, hingga tasbih. Situasi tak jauh berbeda dialami pedagang musiman buah kurma.
Seperti yang terlihat di sekitar pasar wisata religi Sunan Ampel. Penjual kurma yang tersebar di pinggir jalan mengaku pembeli tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu penjual kurma tersebut adalah Nahwiyah. Ia berjualan di sepanjang Jalan Sasak yang letaknya tak jauh dari Masjid Ampel.
Dia mengaku baru berjualan sekitar empat hari lalu. Namun pada Ramadan ini, Nahwiyah tidak berharap mendapat untung yang banyak. Sebab, dia menyadari harga kebutuhan pokok semakin mahal yang berdampak pada dagangan kurmanya. (*/jay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malam Ramadan, Arus Lalu Lintas Macet Parah
Redaktur : Tim Redaksi