Ketika Pekerja Lajang Jalani Kehidupan di Tengah Pandemi COVID-19

Selasa, 07 April 2020 – 21:10 WIB
Ilustrasi hidup di apartemen. Foto: dokumen pribadi untuk jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Di tengah pandemi COVID-19, banyak orang memilih menghabiskan waktu di dalam rumah atau indekos. Hal itu untuk membantu memutus rantai persebaran virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut.

Para pekerja didorong untuk bekerja dari rumah, meskipun beberapa di antaranya masih diharuskan bekerja di luar rumah mereka.

BACA JUGA: ASN Polda Sumut yang Positif COVID-19 Ternyata Memiliki Riwayat Penyakit Ini

Berdasarkan data Pemerintah DKI Jakarta, dari keseluruhan pekerja berusia dewasa yang berdomisili di Jakarta, dua juta di antaranya masih berstatus sebagai lajang.

Dalam masa awal karantina, ada persoalan baru yang bakal muncul saat pekerja lajang melakukan isolasi sosial. Salah satunya kebosanan dalam kamar indekos.

BACA JUGA: Kabar Terkini Soal Ajudan Wagub Sumut yang Positif COVID-19, Oh Ternyata

Masalah pokok semasa hidup sendiri adalah ketersediaan dari satu kebutuhan: makanan. Memesan secara take-out mungkin bukan ide yang baik secara finansial, jadi, apa yang dapat Anda lakukan sebagai milenial lajang yang hidup sendirian?

Untuk beberapa orang yang tinggal sendirian di apartemen, memasak sendiri merupakan opsi yang pertama; terjangkau dan aman karena dilakukan di ruang Anda sendiri.

BACA JUGA: Terpapar dari Suami, Istri Mantan Pejabat Positif COVID-19 Ini Bikin Teman Arisan Galau

Namun bagi mereka yang tinggal di indekos, memasak di dapur umum, apalagi dengan makanan yang disimpan di dalam kulkas bersama dengan makanan penghuni-penghuni lainnya bisa jadi mengkhawatirkan.

Sementara itu, mendapatkan makanan dari toko di jalan atau rumah makan pun terasa semakin tidak aman di masa-masa seperti ini. Di luar itu, terdapat pula pilihan untuk mempelajari cara membuat makanan mudah saji yang disiapkan dengan penanak nasi di ruang indekos, tapi pilihan tersebut bukan yang paling ideal.

Pengaturan hidup menjadi solusi isu akomodasi yang terjadi di Jakarta saat ini. Tinggal di apartemen juga lebih memungkinkan keberlangsungan kegiatan memasak, khususnya dengan dapur yang hanya digunakan bersama 2-3 orang penghuni flat lainnya.

Masalah higienitas pun dapat lebih terkendali, dan pengaturan akomodasi bahan makanan untuk membatasi pemesanan sajian dari luar juga amat mungkin untuk dilakukan.

Pada awal 2020, Eko, Rulih dan Davin tinggal di indekos yang terpisah, namun baru-baru ini memutuskan pindah ke apartemen co-living yang disediakan Flokq di Setiabudi, Jakarta Selatan.

“Sedikit khawatir karena sesekali Rulih masih bekerja di luar, tapi dia langsung mandi begitu pulang. Pada akhirnya, rasanya nyaman saat Anda memiliki seseorang yang dapat diajak bicara secara langsung. Saya tidak tahu kapan bisa kembali nongkrong dengan teman-teman seperti biasanya,” jelas Eko.

CEO Flokq Anand Janardhanan dalam dalam pesan elektroniknya mengatakan, pergi dari indekos Anda saat ini untuk pindah ke apartemen bersama beberapa teman tentunya bukanlah hal yang simpel. Namun, hal tersebut tidak lagi menjadi masalah dengan bermunculannya beberapa operator co-living baru belakangan ini; salah satunya Flokq.

"Berdasarkan pembicaraan dengan beberapa anggota Flokq, mereka merasa bersyukur memutuskan pindah ke hunian bersama hanya beberapa saat sebelum pandemi korona dimulai. Salah satu dari mereka adalah Malti, yang beberapa bulan lalu pindah ke hunian co-living yang disediakan Flokq, dan saat ini sedang dalam masa karantina dengan dua teman flatnya." tutur Anand.

Ia menambahkan, Malti dan teman-teman flatnya tersebut telah sepenuhnya bekerja dari rumah selama tiga minggu terakhir, sehingga mereka merasa aman akibat jaminan tidak adanya salah seorang dari mereka yang mengangkut virus dari luar.

BACA JUGA: Oknum PNS Ini Benar-Benar Bikin Malu

"Apa yang Malti, Eko, Rulih, dan Davin sedang lakukan tentunya sejalan dengan apa yang disarankan oleh para ilmuwan. Meski tengah dihadapkan dengan konsekuensi tak terhindarkan berupa rasa kesepian, co-living bersama beberapa penghuni lain bisa menjadi pilihan yang ideal. Di masa krisis seperti ini, ditemani oleh orang lain di sekitar rumah, bahkan dalam jarak yang aman, dapat menghadirkan rasa persatuan serta dorongan yang lebih," pungkas Anand.(dkk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler