Ketika Presiden Diguncang Stroke

Rabu, 27 April 2011 – 10:39 WIB

BERBAHAGIALAH rakyat di suatu negara apabila pemimpinnya mengalami strokeSebab stroke atau strok, adalah suatu kondisi terganggunya pasokan darah ke otak

BACA JUGA: Teologi Koalisi: Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Intinya otak yang bekerja terlalu keras, perlu pasokan darah yang juga deras.

Jadi bila pemimpin mengalami strok, ada dua hal yang harus disyukuri
Pertama, terbukti sang pemimpin punya otak

BACA JUGA: Menunggu Album Baru SBY

Kedua, otaknya dipakai bekerja (keras) untuk memikirkan persoalan rakyatnya
Otak yang sama juga dipakai buat mencari solusi penderitaan panjang rakyatnya.

Mayoritas rakyat Indonesia tampaknya memahami logika ini

BACA JUGA: Pembohong Kecil Sudah Masuk Bui

Makanya, ketika pekan lalu ada kabar Presiden strok, dengan suka-cita dan suka-rela, berita ini diteruskan para pemilik alat komunikasi elektronik dengan berbagai versinya (SMS, BBM, twitter, FB, dll) ke semua teman dan handai taulan.

Tapi di tengah santernya arus berita Presiden strok, dari Istana muncul pernyataan: "Itu SMS hoax dan sebaiknya hindari penyebaran informasi yang bisa membuat gaduh," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi AriefSedang jubir Presiden Julian Aldrin Pasha dengan tegas membantah Presiden terserang stroke"Tidak benar," katanya.

Yang tidak nyaman dengan bantahan ini, tentu saja, kaum Nahdliyin, yang memiliki kebanggaan karena pemimpin besarnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pernah mengalami strok dua kali, sebelum jadi Presiden RIBahkan setelah lengser, sempat mengalami strok ringan beberapa kali.

Kita tahu, di zaman Orde Baru, Gus Dur memang termasuk salah seorang intelektual yang memilih jalan oposisi terhadap rezim Soeharto, dan tak pernah berhenti memikirkan nasib dan masa depan bangsanyaSekarang, setelah beliau wafat, banyak orang, khususnya di kalangan Nahdliyin, mengakui Gus Dur adalah pemikir besar.

Jadi Presiden Yudhoyono tidak strok to…?

Beruntung, di tengah simpang-siurnya kabar Presiden strok, beberapa hari kemudian yang bersangkutan muncul di hadapan wartawanMemang ada keterangan lisan yang mengatakan, “Alhamdulillah saya sehat…” Lalu Presiden menceritakan rangkaian kegiatan yang dilakukannya selama kabar strok itu beredar.

Namun dari penampilannya yang tampak kurus dan pucat itu, kita tahu, Presiden sedang tidak sehatAda yang kemudian yakin kabar strok ituTapi soal penyakit, hanya yang bersangkutan dan dokternya yang tahu persis.

Kita hanya bisa menerka presiden pastinya sedang banyak pikiranTepatnya, banyak yang dipikirkan oleh presidenMisalnya, kenyataan betapa sejak pertama kali menjabat (2004-2009) hingga periode terakhir, belum juga memberikan hasil yang bisa diingat rakyat, kecuali sejumlah kegagalan dan kebohongannya.

Di sisi lain, perlawanan terhadap kekuasaanya semakin masifBukan saja dari para aktivis pergerakan dan mahasiswa, tapi juga dari lingkaran dalamKejaksaan Agung sudah membuka tabir Istana menghambat proses pemberantasan korupsi.

KPK bahkan sudah menangkap sekretaris Menegpora saat menerima suap dari pemenang tenderPadahal Andi Malarangeng selain menteri, juga sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat pimpinan Yudhoyono.

Sedangkan Komisi Yudisial terus menyelidiki para hakim yang mengadili Antasari Azhar, untuk membongkar kemungkinan rekayasa kasus guna menghentikan penyelidikan skandal besar yang diduga melibatkan pusat kekuasaan yang sedang dilakukan KPK pimpinan Antasari.

Jadi memang berat persoalan yang dihadapi YudhoyonoBelum lagi “serangan udara” dari luar negeri (Wikileaks,dll) yang mengikis kredibilitasnya.

Padahal bila terjadi sesuatu, siapa mau membela? Sebab Yudhoyono tak punya basis sosial sebagaimana presiden sebelumnya: Soekarno (nasionalis), Soeharto (loyalis orba), Habibie (intelektual Muslim), Gus Dur (Nahdliyin) dan Megawati (nasionalis)[***]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemimpin yang Menipu Rakyat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler