Ketika Tiba-tiba Terdengar Pengumuman dari Pilot Garuda

Minggu, 03 Juni 2018 – 00:12 WIB
Kondisi Merapi setelah erupsi di lihat dari Stabelan,Selo,Boyolali,Jumat (1/6).Nampak hutan di lereng tersebut terbakar. Foto: Arief budiman/Radar Solo

jpnn.com - Gunung Merapi kembali erupsi pada Jumat (1/6). Jawa Pos turut berada dalam pesawat yang mesti balik ke Jakarta akibat abu vulkanis saat sudah bersiap mendarat di Semarang.

ILHAM WANCOKO, ANGGA PURENDRA, HERU PRATOMO

BACA JUGA: Status Merapi Masih Waspada, Dirjen Udara Minta Tetap Siaga

SETELAH 40 menit terbang, pengumuman itu pun terdengar. ”Dalam beberapa menit ke depan, pesawat akan mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang,” ujar seorang pramugari lewat pengeras suara.

Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 13.55, Jumat (1/6), selama 40 menit, pesawat Garuda itu terbang dengan mulus. Jawa Pos yang ikut naik pesawat dengan nomor penerbangan GA 420 tersebut sama sekali tak merasakan gangguan apa pun.

BACA JUGA: Gunung Merapi Meletus Setinggi 6000 Meter

Penumpang pun bersiap. Yang tidur segera bangun. Menegakkan sandaran kursi. Membuka penutup jendela.

Tapi, 20 menit setelah pengumuman persiapan pendaratan itu, tiba-tiba terdengar pengumuman berikutnya dari pilot. ”Mohon maaf, Bandara Ahmad Yani, Semarang, ditutup karena abu vulkanik (Merapi). Saya memutuskan untuk kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kita akan sampai Jakarta sekitar pukul 16.40,” tuturnya.

BACA JUGA: Ini Daftar Nama 19 Gunung Berapi Status Waspada

Hampir semua penumpang diam begitu mendengar pengumuman tersebut. Semua sepertinya pasrah.

Beberapa jam sebelum take off, persisnya pada pukul 8.20, Merapi di bagian selatan Jawa, di perbatasan Jogjakarta-Jawa Tengah, memang ”batuk” kembali. Rupanya, abu vulkanisnya sampai ke Semarang, ibu kota Jawa Tengah, nun di utara.

Pada letusan pagi pukul 8.20, kolom erupsi yang dihasilkan melebihi 6.000 meter di atas permukaan laut. Dikeluarkanlah volcano observatory notice for aviation (VONA) merah. Bandara Adi Soemarmo, Solo, dan Bandara Ahmad Yani, Semarang, ditutup.

Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia menerbitkan notice to airmen (notam) nomor B3949/18 dan B3951/18 mengenai penutupan dua bandara itu. Penutupan dilakukan mulai pukul 15.30 WIB hingga pukul 18.30 WIB, Jumat.

Penutupan bandara hanyalah satu di antara sekian dampak Merapi batuk kembali pada Jumat. Di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, warga sempat panik.

Seperti dilaporkan Jawa Pos Radar Solo, warga desa yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III itu pun mengamankan diri ke balai desa setempat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten membagikan masker meski hujan abu tidak terjadi di wilayah kabupaten di Jawa Tengah tersebut.

Hari itu BPBD Klaten secara keseluruhan kembali mengirimkan 5.500 masker kepada warga di tiga desa di KRB III. Total sejak letusan pertama Merapi, sudah lebih dari 60 ribu masker dikirim ke daerah rawan erupsi.

”Pasca letusan Merapi yang terakhir, kita sudah memberikan masker di masing-masing desa sebanyak 2.000–3.000 masker. Tapi, kita akan tambahkan masker lagi ke masing-masing desa untuk bisa digunakan warga jika sewaktu-waktu terjadi hujan abu,” jelas Camat Kemalang Kusdiyono kepada Jawa Pos Radar Solo.

Lebih lanjut, Kusdiyono mengatakan, saat terjadi letusan Jumat pagi, tidak ada warga yang mengungsi. Hanya ada puluhan warga yang mengamankan diri. Sampai kemarin sore, masih terdapat 19 lansia dan balita yang bertahan di balai desa dan kantor kecamatan Kemalang.

”Ketika terjadi letusan tadi, langsung kita kirimkan petugas ke masing-masing desa untuk langsung melakukan koordinasi,” kata Kusdiyono.

Sementara itu, Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan Pemerintah Desa Balerante Jainu mengatakan, letusan Merapi kali ini yang paling terbesar jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Sebab, juga diikuti seperti getaran gempa hingga membuat kaca jendela bergetar.

Itulah yang membuat warga empat dusun di Balerante turun menuju balai desa. ”Tapi, setelah dianggap aman, berangsur-angsur kembali ke rumah. Kecuali yang lansia sampai sore sambil menunggu perkembangan Merapi selanjutnya,” jelasnya.

Bupati Klaten Sri Mulyani berkunjung langsung ke Balai Desa Balerante untuk menenangkan warga. Dia meminta mereka tidak panik meski harus tetap waspada. ”Terkait perkembangan Merapi, kita menunggu rekomendasi BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) dan BPBD seperti apa,” jelasnya.

Sementara itu, kondisi psikologis anak-anak yang ikut mengungsi bersama orang tua masing-masing menjadi perhatian tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jogjakarta. Untuk itu, buat menghibur mereka, dihelatlah humanity food truck, lomba TPA (taman pendidikan Alquran), sekaligus distribusi paket pangan.

Lokasinya dipilih di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman. Desa tersebut memang disiapkan ACT sebagai integrated community shelter (ICS).

”Peserta yang hadir ialah mereka yang beberapa tahun terakhir pernah merasakan pahit dan getirnya erupsi Merapi,” jelas Koordinator Lapangan ACT Jogjakarta Dani kepada Jawa Pos Radar Jogja.

Dani menambahkan, ICS merupakan hunian tidak tetap untuk menampung sementara para pengungsi Merapi. Sambil menunggu keadaan kondusif dan rumah mereka siap kembali ditempati.

”Setelah letusan freatik Merapi, banyak dari mereka yang harus mengungsi ketika malam dan kembali ke rumah masing-masing ketika pagi sampai sore,” tuturnya. (*/c10/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Magma di Gunung Merapi Bergerak Lambat, Encer


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler