"Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2012 yang diperkirakan 6,3 persen ternyata bukan untuk menyejahterakan tapi mempertajam kesenjangan individu," kata Irman dalam acara "Refleksi Akhir Tahun" di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (27/12).
Senator asal Sumatera Barat itu juga menganggap pertumbuhan yang terjadi belum mampu mengurangi kesenjangan antarwilayah meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah hampir 12 tahun diterapkan. Beberapa provinsi, lanjut Irman, memang mengalami pertumbuhan tinggi. Tapi di sisi lain, sebutnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu juga menghasilkan angka kemiskinan yang tinggi.
Ia menyebut Provinsi Papua Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat yang pada tahun ini memiliki angka pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional. Papua Barat misalnya, angka pertumbuhan ekonominya mencapai 23,6 persen, sementara Sulawesi Tenggara mencapai 11,6 persen.
"Pertumbuhan ekonomi lebih didorong oleh pengolahan sumberdaya yang ekstraktif dan padat modal tapi minus penyerapan tenaga kerja. Itu sebabnya kemiskinan di Papua Barat mencapai 28,20 persen, Sulawesi Tenggara 13,71 persen dan Sulawesi Barat 13,24 persen," bebernya.
Ditegaskannya, kesenjangan pembangunan antardaerah juga semakin besar jika dihitung dari faktor kerusakan lingkungan. Pembagian hasil sumberdaya alam bagi daerah yang tidak adil malah mengakibatkan pendapatan yang diperoleh daerah tidak sebanding dengan biaya yang harus ditanggung.
Menurutnya, efek pertumbuhan ekonomi yang tidak didukung dengan daya saing ekonomi dan industri yang tinggi itu justru membawa Indonesia mengarah pada ciri-ciri negara terjajah yakni ditandai dengan dominannya ekspor dan bahan baku, menjadi pasar bagi produk-produk negara maju, serta menjadi surga bagi kapital negara maju. "Ketiga ciri tersebut sudah dipenuhi oleh Indonesia," tegasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingatkan Calon Kada Tak Mudah Terbujuk Pengacara
Redaktur : Tim Redaksi