jpnn.com, MEKSIKO - Presiden Senat Australia Scott Ryan menegaskan kedaulatan Indonesia atas Papua adalah harga mati yang tak perlu dibahas lagi.
Penegasan itu disampaikan Scott Ryan dalam pertemuan bilateral dengan Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti di sela-sela sidang pimpinan parlemen MIKTA di Meksiko, kemarin.
BACA JUGA: La Nyalla Pimpin Sidang Para Ketua Parlemen MIKTA di Meksiko
Pernyataan itu ia berikan kepada delegasi DPD RI setelah mendapat pertanyaan tajam dari Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti tentang adanya oknum-oknum anti-Indonesia yang terus berkampanye dari Australia untuk merongrong kedaulatan RI khususnya tentang Papua.
La Nyalla mengatakan kelompok-kelompok ataupun okum-oknum anti-Indonesia dulu berkampanye dari Australia sampai Timor Timur sebagai provinsi ke-27 akhirnya lepas dari Indonesia. Sekarang mereka berkampanye lagi dari Australia termasuk tentang kerusuhan yang terjadi di Papua belum lama ini.
BACA JUGA: La Nyalla dan M Iriawan Tak Hadir Saat Pemaparan Visi Misi Caketum PSSI
Karena itu, Ketua DPD RI ingin mendengar sendiri dari pimpinan Senat Australia tentang sikap Australia terhadap masalah ini.
Menjawab pernyataan tegas itu, pimpinan Senat Australia kembali menegaskan bahwa sepak terjang segelintir orang di Australia tak dapat menggambarkan sikap resmi pemerintah dan rakyat Australia.
BACA JUGA: Ketua DPD RI Ajak Negara Anggota MIKTA Jalin Kerja Sama Ekonomi dengan 34 Provinsi di Indonesia
Penegasan presiden Senat Australia tersebut adalah untuk kedua kalinya disampaikan kepada DPD RI tentang Papua. Sebelumnya, pada Desember 2016 presiden Senat Australia Stephen Parry juga telah menegaskan bahwa pemerintah Australia tidak akan berubah sikap tentang Papua, sebab Papua adalah bagian integral dari NKRI.
Namun demikian, akhir-akhir ini masih terdapat banyak petualang politik yang beroperasi dari Australia untuk memancing perlawanan menuju disintegrasi wilayah NKRI di Papua. Inilah sebabnya maka dalam pertemuan dengan presiden Senat Australia kemarin, Ketua DPD RI kembali mempertanyakan sikap pemerintah, DPR, dan Senat Australia tenang hal ini.
Duta Besar Indonesia untuk Meksiko, Cheppy Wartono, yang mendampingi Ketua DPD RI menambahkan bahwa sebaiknya pemerintah Australia merepatriasi para petualang politik tersebut agar gerakan pengacau semacam ini bisa diredam aktivitasnya — dalam semangat menjaga hubungan baik antara Australia dan Indonesia.
Pihak Australia menegaskan bahwa sudah ada mekanisme kerjasama antara aparat keamanan kedua negara yang akan ditaati. Tetapi perlakuan Australia terhadap Indonesia haruslah sama dengan perlakuan Australia terhadap negara sahabat lainnya juga.
Dalam pertemuan bilateral ini, Ketua DPD RI juga mengingatkan kepada pimpinan Senat Australia bahwa di sela-sela pertemuan MIKTA di Seoul pada awal Juli 2015 pimpinan Senat kedua negara telah bersepakat untuk melanjutkan pembahasan tengan perlunya kawasan pertumbuhan baru yang mencakup Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara.
Presiden Senat Australia mengatakan bahwa ia baru saja menduduki posisi tersebut sehingga perlu melihat kembali terlebih dahulu apa saja yang sudah disepakati oleh pimpinan Senat kedua negara, setelah itu barulah ia dapat memberikan pendapatnya.
Namun demikian, tukas Scott Ryan, Januari tahun depan akan diselenggarakan pertemuan pimpinan parlemen negara-negara sahabat di Canberra; karena itu ia mengundang Ketua DPD RI untuk menghadirinya bersama Ketua DPR RI.
Pertemuan bilateral antara pimpinan Senat kedua negara itu dihadiri juga oleh Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Parlemen Richard Hamonangan Pasaribu, Wakil Ketua Komisi II DPD RI Bustami Zainudin, dan Sekjen DPD RI Reydonnyzar Moenek.
Sebelumnya, Sultan Bachtiar dan Richard Pasaribu juga ditugasi La Nyalla untuk menyampaikan pendapat Indonesia terhadap berbagai topik yang dibahas dalam persidangan MIKTA tersebut.(adv/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi