Ketua MPR: NKRI Harga Mati, Tak Ada Tempat untuk Radikalisme

Selasa, 16 Agustus 2016 – 17:55 WIB
Zulkifli Hasan. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi pelaku tindak radikalisme dan terorisme di Indonesia. Apalagi, tujuan mereka adalah mendirikan negara sendiri dengan menggunakan segala macam cara, terutama kekerasan.

"Tidak ada tempat untuk terorisme dan radikalisme. NKRI harga mati. Siapa pun yang melakukan tindakan terorisme dan radikalisme harus ditindak tegas. Tembak atau tangkap," ujar Zulkifli Hasan di Gedung MPR/DPR RI, Selasa (16/8).

BACA JUGA: Heboh! Doa Sindiran di Hadapan Jokowi Saat Rapat Paripurna dengan DPR

Menurut Zulkifli, tindakan itu harus dilakukan karena Indonesia adalah negara Pancasila dan negara demokrasi. Jadi siapa pun yang menentang Pancasila dan mencederasi demokrasi dengan memaksakan kehendaknya apalagi dengan kekerasan, maka mereka berarti melawan negara.

"Siapa pun yang melawan negara maka mereka akan berhadapan dengan hukum negara," tukasnya.

BACA JUGA: Beginilah Jawaban Terbaik Archandra Saat Ditanya Rencana Selanjutnya

Untuk itu, mantan Menteri Kehutanan ini meminta kepada seluruh bangsa Indonesia untuk selalu mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila dan ke-Indonesiaan dalam memerangi kaum radikalisme dan terorisme.

Ia yakin bila bangsa Indonesia bersatu dan terus meningkatkan pengamalan Pancasila dan nila ke-Indonesiaan itu, faham sesat radikalisme dan terorisme tak akan mampu 'mengganggu' keutuhan NKRI.

BACA JUGA: Fadli Zon Bingung, Pidato Presiden Bagus, Tapi kok Rakyat Susah?

"Kalau ada perbedaan ada caranya namanya demokrasi. Menggalang kekuatan boleh saja seperti mau maju jadi anggota DPR, presiden, gubernur, bupati, semua boleh dan seluruh WNI memiliki hak yang sama. Tapi kalau memaksakan kehendak, apalagi sampai membunuh, tembak mati saja. Tidak ada tempat untuk memaksakan kehendak di bumi Indonesia," tegas Zulkifli.

Dalam rangka HUT ke-71 Republik Indonesia ini, Zulkifli mengimbau kepada seluruh bangsa Indonesia meningkatkan nasionalisme dan jiwa kebangsaan dalam mencegah ancaman terorisme.

Ia berharap di usia 71 tahun ini, Indonesia akan lebih dewasa lagi dan lebih baik lagi di segala hal. Sementara itu, aktivis Gerakan Indonesia Bersih dan mantan juru bicara Gus Dur, Adhie M. Massardi memaknai nasionalisme pada zaman kini adalah nasionalisme baru dimana orang mencintai bangsanya dengan cara baru dan lebih terbuka.

Pemerintah juga harus berperan memberi stimulus kegiatan yang mendekatkan generasi muda kepada nasionalisme baru yang bisa menjauhkan mereka dari hal yang destruktif, termasuk radikalisme dan terorisme.

“Kini yang berkembang adalah nasionalisme baru di mana generasi baru itu mencintai bangsanya dengan berbagai cara, terbuka dan dengan menjangkau banyak bidang semisal ekonomi kreatif, pendidikan sampai olahraga,” katanya.

Di negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat masih membutuhkan berbagai rangsangan atau stimulus untuk menciptakan nasionalisme dikalangan generasi muda.

Situasi di negara berkembang memang agak berbeda dengan negara-negara maju untuk membangun sesuatu.

Menurutnya, nasionalisme dan menghindari radikalisme itu bisa diciptakan melalui dunia pendidikan dengan menciptakan kompetisi-kompetisi. Dengan begitu, generasi muda tidak sempat untuk berpikir ke hal yang negatif semisal radikalisme dan terorisme.

“Dulu di sekolah ada kompetisi-kompetisi antarkelas, misalnya untuk cerdas cermat, kemudian antarsekolah, antarkecamatan, antarkabupaten. Pemerintah harus terus menerus menciptakan kompetisi sehingga masyarakat dan negara terbiasa dengan kompetisi sehingga bisa membuka kesempatan dan komunikasi baru. Dengan begitu kita tidak sempat berpikir hal-hal negatif dan merusak,” ungkap Adhie. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejarah pun Mencatat, Jokowi Pernah Lantik Warga AS jadi Menteri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler