jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan masyarakat terhadap risiko besar peningkatan kematian akibat Covid-19 yang menanti jika memaksakan mudik.
Baik mudik ke luar Jabodetabek, maupun mudik di sekitaran Jabodetabek.
BACA JUGA: Ketua MPR RI: Kalau Urusan Perut Saja Bergantung Kepada Negara Lain, Celakalah Hidup Kita
Hal ini mengingat penyebaran virus Covid-19 masih belum terkendali.
Sehingga siapa pun rentan menjadi penyebar dan terpapar.
BACA JUGA: Ahmad Basarah: Kebangkitan Nasional 2020 Momentum Bersatu Atasi Corona
"Jika sayang dengan keluarga dan orang tua, tunda mudik. Kasihan orang tua, khususnya yang sudah lanjut usia. Anda mungkin terlihat sehat dan bugar, tetapi bisa jadi sebetulnya sedang terpapar Covid-19,"ujar Bamsoet dalam diskusi virtual bersama Relawan Muda Jakarta, Relawan Tunda Mudik FH UNPAD 07, dan pengurus BPP HIPMI FH UNPAD 07, di Jakarta, Rabu (20/5).
"Memaksakan mudik, sama dengan menyebarkan virus Covid-19 ke anggota keluarga lainnya," imbuhnya.
BACA JUGA: Apresiasi Kinerja Wartawan Parlemen, Bamsoet Bagikan Paket Sembako dan Ratusan Ayam Beku
Mantan Ketua DPR RI itu menambahkan, sesuai anjuran Presiden Joko Widodo, masyarakat bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mudik virtual.
Esensinya juga tak berkurang. Allah akan tetap mencatatnya sebagai silaturahim yang dapat memperluas rezeki dan membuat hidup menjadi berkah.
"Walaupun fisik tak bisa berjumpa, tetapi hati tetap tertautkan. Tunda mudik bukanlah untuk selamanya, hanya sementara hingga Covid-19 pergi. Jika masyarakat memaksakan mudik, penyebaran Covid-19 semakin tak terkendali, rumah sakit bisa kewalahan menangani pasien. Akibatnya, bukan hanya tingkat kematian akibat Covid-19 semakin tinggi, namun Indonesia akan terus menerus berada dalam krisis Covid-19," tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini memaparkan, Korlantas Polri selama dua puluh hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2020 pada 24 April 2020 hingga 18 Mei 2020, tercatat sudah 52.076 kendaraan yang dihalau oleh petugas kepolisian agar putar balik, tak melanjutkan perjalanan mudik.
Data tersebut terkumpul dari tujuh Polda, dari mulai Lampung hingga Jawa Tengah.
"Masih lemahnya kesadaran masyarakat mematuhi kebijakan pemerintah, pada akhirnya akan menyulitkan masyarakat sendiri. Malah tak sedikit masih ada yang berusaha mengakali mudik dengan cara menggunakan truk, towing, hingga kontainer. Padahalah pelarangan mudik ini dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan kita bersama," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini menambahkan, semakin masyarakat disiplin ikut terlibat dalam peperangan melawan Covid-19, akan semakin cepat bangsa Indonesia kembali ke kehidupan normal. Seperti halnya yang sudah dilakukan rakyat Vietnam, Selandia Baru, Korea Selatan maupun Hong Kong.
Mereka kini sudah bisa beraktivitas di luar rumah, karena beberapa bulan terakhir disiplin mengikuti saran dan anjuran pemerintahnya.
"Namun, jika masyarakat abai, pengendalian Covid-19 malah akan makin semrawut. Akibatnya, angka kematian makin tinggi, perekonomian hancur tak bisa digerakan, kondisi sosial dan psikologis masyarakatnya semakin berantakan. Pemerintah sudah bekerja keras, pilihan akhirnya ada di masyarakat. Mau mudik dengan konsekuensi maut mengintai, atau tetap di rumah dengan konsekuensi mempercepat pandemi Covid-19 berakhir, sehingga kita bisa segera bertemu keluarga dengan nyaman," pungkas Bamsoet. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi