jpnn.com, LAMPUNG TENGAH - Ketua Perkumpulan Poktan Gapsera Sukarlin menjadi sosok inspiratif bagi para warga yang ada di Desa Rejosari, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Pasalnya, Poktan Gapsera selama ini telah mengangkat perekonomian warga dengan memproduksi beras sehat.
Sukarlin menerangkan, budidaya padi secara sehat tak hanya membuat lahan pertanian menjadi sehat, tetapi juga kesejahteraan petani meningkat. Sebab, harga beras sehat lebih tinggi dibandingkan beras yang dibudidayakan secara konvensional menggunakan sarana produksi baik, pupuk dan pestisida kimia.
BACA JUGA: Kementan Jamin Ketersediaan Pupuk Bersubsidi Tetap Aman Sepanjang 2020
“Padi sehat ini lebih menguntungkan karena harga di pasaran sangat beda jauh dengan padi biasa," ujar Sukarlin saat bertemu dengan wartawan dan tim fati Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) di Lampung Tengah, Kamis (5/3).
Sukarlin menuturkan, dari sisi biaya budidaya padi sehat lebih murah hanya sekitar Rp 4 juta per hektare. Sementara budidaya padi konvensional mencapai Rp 7 juta per hektare.
BACA JUGA: Berita Duka, Siti Baniyah Meninggal Dunia di Kamar Hotel, Kondisinya Bersimbah Darah
Selain itu, produk padi sehat harganya juga lebih tinggi Rp 500 per kilogram dari harga beras biasa. “Beberapa petani ternyata bisa menghasilkan produktivitas lebih tinggi dari yang konvensional," sambung Sukarlin.
Penghematan biaya produksi itu karena tidak menggunakan pestisida kimia dan mengganti dengan pestisida alami untuk menangani hama penyakit tanaman. Pestisida alami dibuat sendiri oleh petani.
BACA JUGA: Pemuda Ini Tepergok Berbuat Terlarang di Kandang Kambing
“Petani memang masih menggunakan pupuk kimia, tapi takarannya sudah berkurang karena diganti dengan pupuk organik. Perbandingan pupuk organik 60 persen dan 40 persennya pupuk kimia," tandas Sukarlin. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan