Ketum FPI Langsung Balik ke Jakarta, Tabligh Akbar Tetap Damai

Minggu, 07 Mei 2017 – 06:39 WIB
Antusiasme peserta Tabligh Akbar di Masjid Agung Al-Falah, Mempawah, Sabtu pagi (6/5). Foto: ARI SANDY/Rakyat Kalbar/JPNN.com

jpnn.com, MEMPAWAH - Tabligh Akbar memperingati Isra Mi'raj 1438 H yang dilaksanakan di Masjid Agung Al-Falah, Mempawah, Kalbar, Sabtu pagi (6/5), berjalan lancar.

Tabligh akbar dipadati ribuan muslim dari berbagai daerah se-Kalbar, meski tak dihadiri Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ustaz Ahmad Sobri Lubis, yang kembali ke Jakarta sesampainya di Bandara Internasional Supadio Pontianak pada Jumat (5/5) malam.

BACA JUGA: Massa FPI Jemput Sobri Lubis dan Bachtiar Nasir, Bandara Tegang

Antusiasme umat Islam luar biasa. Sejak pagi, masjid terbesar di Kabupaten Mempawah tersebut sudah ramai walaupun kegiatan baru dimulai pada pukul 09.00.

Usai tabligh akbar, tokoh Islam nasional, Ustad Alfian Tanjung membantah kekhawatiran yang timbul akan adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Kata dia, ketidakpahaman sebagian masyarakat yang membuat kekhawatiran berlebihan itu.

BACA JUGA: Habib Rizieq Merasa Diintimidasi? Ini Saran Polisi

“Kita memang tidak ada masalah, karena dari dulu kita mempunyai mental persatuan umat dan persatuan bangsa yang kuat,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, sekitar tahun 1951, setelah Belanda pergi dari Indonesia, sempat terbentuk negara Indonesia Serikat, Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur.

BACA JUGA: Air Asia Sanggupi Penambahan Armada di Bandara Supadio

Di tengah-tengah pengkotakkan muncul ahli politik Islam, Dr. Muhammad Nasir, yang menawarkan konsep mosi integral, yang saat ini dikenal dengan sebutan Proklamasi kedua.

“Artinya, tokoh, politisi, dan ahli politik Islam dari dulu selalu mengarahkan keutuhan dan kesatuan NKRI,” tutur Alfian.

Ia menyinggung isu yang mengarahkan bahwa Islam akan memecah belah negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, orang yang menghembuskan rumor tersebut tidak mengetahui sejarah terbentuknya NKRI.

“Jadi bohong kalau ada orang yang menggembar-gemborkan kita (umat Islam) menginginkan pecahnya NKRI. Itu semua tidak ada. Mungkin yang pertama, mereka tidak mengetahui sejarah. Dan kedua, mungkin mereka orang yang tidak cukup percaya diri bahwa memang umat Islam merupakan variabel signifikan dan mayoritas di Indonesia,” paparnya.

Dikatakannya, ada baiknya Habib Rieziq Shihab dan Ustad Ahmad Sobri Lubis diagendakan ulang untuk datang ke Kalbar.

Alfian menuturkan, pemerintah tidak boleh terkesan terkena sindrom Islamophobia. Dalam beberapa referensi, Islamophobia berarti ketakutan terhadap segala sesuatu tentang Islam.

“Pemerintah tidak boleh bersikap seperti itu, kita tidak pernah melarang pendeta datang ke Jakarta, ke Sumatera Barat atau kemana pun. Silakan saja datang. Toh pendeta saja bisa datang ke mana-mana, kenapa tokoh Islam gak boleh datang? Itu tidak adil,” terangnya.

Timpal dia, “Jangan teriak-teriak toleransi, malah beraksi intoleran”.

Ia berpesan kepada seluruh umat Islam di Kalbar untuk menyatukan barisan dan saling mengingatkan untuk tidak saling membenci. Semua yang saat ini dihadapi adalah ujian bagi keimanan yang harus dilewati bersama-sama.

“Kalimantan Barat mayoritas muslim. Tanya kepada Alquran, tanya kepada hadist, kita satukan barisan agar kita tetap kuat dalam melewati ujian yang sedang melanda,” pungkas Alfian.

Ketua DPW FPI Kalbar, Habib Muhammad Iskandar Alkadrie mengungkapkan rasa syukurnya atas kelangsungan acara. Tidak terjadi hambatan sedikitpun, seperti yang banyak diisukan sebelumnya akan terjadi gesekan-gesekan.

“Faktanya, apa yang ditebarkan para mereka-mereka yang berbau provokasi itu nihil. Masya Allah, umat muslim hadir dengan itikad baik,” ungkapnya.

Ia mengecam penolakan yang dilakukan beberapa pihak yang tidak menginginkan tokoh-tokoh Islam hadir di Kalbar.

“Kita meminta kepada Bapak Kapolda, sebelum bertindak, ada baiknya untuk mengambil kebijakan yang lebih serius. Apalagi terkait umat Islam. Pencegatan ulama itu sangat menciderai hati umat Islam,” tutur Iskandar, seperti diberitakan Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group).

Menurut dia, penolakan yang dilakukan sedikit banyak imbas dari kekalahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada Jakarta belum lama ini yang terbawa hingga ke Kalbar.

“Mereka menyadari peran para habib, ulama, dan ustad, yang telah menyatu sangat besar,” pungkasnya.

Di sisi lain, tabligh akbar tersebut dikawal ketat kepolisian dan TNI. Kapolres Mempawah, AKBP Dedi Agustono, SIK, melalui Paur Humas, Ipda Imam Widhiatmoko mengatakan, total keseluruhan pengamanan yang dilakukan berjumlah 835 personel.

Mulai dari anggota Polres Mempawah yang berjumlah 384 personel, Polda Kalbar 90 personel, Brimob Polda Kalbar 90 Personel, Kodim Mempawah 50 personel, dan masing-masing fungsi yang dipencar pada saat pelaksanaan kegiatan. (ari/man/moh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasa Diincar Sniper, Habib Rizieq Mengungsi ke Luar Negeri


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler