KH Zainal Mustafa Sungguh Sakti, Pembela Kaum Papa Meski Nyawa Taruhannya

Senin, 11 April 2022 – 04:00 WIB
Penulis buku-buku sejarah Islam, KH Zainul Milal Bizawie, sebagai narasumber dalam talkshow Inspirasi Ramadan, BKN PDI Perjuangan di Jakarta, Minggu (10/4/2022). (ANTARA/HO-Humas PDI Perjuangan)

jpnn.com, JAKARTA - KH Zainal Mustafa dianggap sebagai ulama pemberani yang juga pembela kaum papa meski nyawa menjadi taruhannya. Zainal selalu berpihak kepada rakyat kecil dan rela berkoban melawan kolonialisme.

"Beliau ini merupakan seorang tokoh yang saya kira sangat istimewa sekali, meskipun dikenal sebagai seorang ulama, tetapi hatinya dia juga seorang petani, seorang marhaen, sehingga ia tidak nyaman jika para petani ditindas," kata penulis buku-buku sejarah Islam KH Zainul Milal Bizawie saat menjadi narasumber dalam talkshow Inspirasi Ramadan BKN PDI Perjuangan di Jakarta, Minggu (10/4).

BACA JUGA: Menurut Ketum PBNU, Ulama Harusnya Seperti Ini, Umat Islam Jangan Terjebak

Oleh karena itu, menurut pria yang akrab disapa Gus Milal itu, tak salah bila BKN PDIP menjadikan KH Zainal Mustafa sebagai salah satu sosok teladan dan inspiratif.

Gus Milal menjelaskan Zainal Mustafa adalah pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa Barat yang melakukan pemberontakan terhadap Jepang.

BACA JUGA: Ada Ulama Sebut Yahudi Jadi Biang Konflik Rusia Vs Ukraina

Rutinitas Zainal ikut berbaur dan merasakan situasi dan kondisi masyarakat sekitar.

Sejarawan santri itu menjelaskan bahwa nama KH Zainal Mustofa dikenal semenjak ia kembali dari tanah suci Mekkah seusai menunaikan ibadah haji. Sebelumnya, beliau bernama Hudaemi. Setelah menunaikan ibadah haji pada 1927, nama Hudaemi kemudian berganti menjadi Zaenal Mustofa.

BACA JUGA: Ketum DPP Satkar Idris: Kami Menjembatani Kepentingan Ulama dan Umara

Sejak remaja, Zaenal kenyang dengan pendidikan agama. Hudaemi belajar ilmu agama di banyak pondok pesantren, khususnya di Jawa Barat.

Zainal Mustofa pernah menjadi santri di Cilengah, Tasikmalaya dan Sukamiskin serta bergaul dengan para ulama-ulama di zamannya. Ketika NU berdiri pada 1933, Zainal diamanahkan menjadi pengurus NU dan diangkat menjadi Wakil Rais Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.

"Kiai Zainal Mustofa juga saya kira pernah bertemu dengan KH Wahid Hasyim saat kunjungan beliau ke Pesantren Sukamiskin, sebab pengasuh Pesantren Sukamiskin adalah alumnus Tebuireng," ujarnya.

Sikap kritis Kiai Zainal Mustofa terhadap kebijakan penjajah kolonial menjadikannya incaran Jepang. Bukan hanya melalui mimbar, sikap kritis terhadap kebijakan kolonial juga dituangkan dalam berbagai aksi. Akibatnya, KH Zainal Mustofa ditangkap dan dipenjarakan termasuk bersama pimpinan Pesantren Cipasung KH Ruhiat.

Kiai Zainal juga dikenal sebagai pendekar yang memiliki amalan dan doa-doa dalam setiap tindakannya. Itulah yang menjadikan rakyat dan para santri tidak takut menghadapi Jepang meskipun hanya berbekal bambu runcing.

Perlawanan rakyat yang digaungkan KH Zainal Mustofa memiliki peran strategis dalam mendudukkan kembali hubungan dengan kolonial Jepang. Dia berani menjadi martir dalam upayanya melakukan perlawanan kepada Jepang.

"Meskipun perlawanan Kiai Zainal Mustofa berasal dari desa kecil, jauh dari ibu kota, namun resonansi dari perlawanan beliau inilah yang sangat berarti. Di saat kebijakan Nahdlatul Ulama menghindari terjadinya clash, namun Kiai Zainal Mustofa ini sangat berani," ungkap Gus Milal.

Gus Milal melanjutkan saat Jepang masuk ke Indonesia, memang pada awalnya ulama didekati dan jarang sekali terjadi kontak fisik. Beriringnya waktu, kondisi itu berubah.

"Perlawanan Kiai Zainal Mustofa menginspirasi para ulama lainnya untuk berani membela diri," lanjut Gus Milal.

Perlawanan rakyat Tasikmalaya yang dikomandoi Kiai Zainal Mustofa, telah menyadarkan para ulama agar menjadi garda terdepan menyerang kolonial Jepang.

"Dampak dari kejadian ini, Jepang akhirnya memiliki pandangan yang berbeda saat berhadapan dengan ulama, sehingga mereka kemudian lebih lembut saat berhadap dengan ulama kalau tidak mau terjadi seperti Kiai Mustofa ini," kata Gus Milal.

Gus Milal berpesan semua orang dapat mengambil keteladanan dari seorang KH Zainal Mustofa. Zainal berani mengambil sikap terhadap sesuatu yang menindas. Sebagaimana Kiai Zainal Mustofa yang berani melawan Jepang meskipun harus mengorbankan nyawanya. (antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebulan Penuh, BKN PDIP Bakal Isi Ramadan dengan Habaib dan Ulama Kondang


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Ramadan   Pahlawan   ulama   NU  

Terpopuler