Khatib Singgung Soal Ahok, Jemaah Walk Out

Selasa, 27 Juni 2017 – 13:08 WIB
Masyarakat sedang melaksanakan salat id. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, GUNUNGKIDUL - Kekhusyukan umat muslim saat pelaksanaan Salat Idul Fitri di Alun-Alun Wonosari pada Minggu (25/6) lalu buyar.

Sejurus kemudian, jemaah bubar. Pemicunya, materi khotbah yang disampaikan khatib dinilai sensitif.

BACA JUGA: Pasukan TNI Gelar Salat Idulfitri di Sudan

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Jogja, pelaksanaan Salat Idul Fitri yang dihadiri Bupati Gunungkidul Badingah tersebut awalnya berlangsung baik. Tidak ada keanehan.

Ribuan umat muslim berdatangan sejak pagi untuk melaksanakan salat yang diimami Muchammad Ichsan.

BACA JUGA: JK Lebih Dahulu, Jokowi Menyusul

Setelah mengimami, dia naik ke mimbar guna memberikan ceramah. Namun, saat ceramah belum selesai, sejumlah jemaah sudah meninggalkan alun-alun.

Padahal sudah jadi kebiasaan, jemaah salat menunggu khatib selesai berceramah, lalu mengikuti ikrar syawalan.

BACA JUGA: KPAI: Jadikan Lebaran Sebagai Momentum Membimbing Anak

"Ceramahnya tentang Ahok. Seorang penista agama, kata khatib, tidak harus dibela ataupun dibantu. Kok ceramahnya begitu. Saya pulang kampung dari Jakarta ingin tenteram. Sampai di sini dengar Ahok lagi," kata Joko, seorang jemaah, sambil geleng-geleng kepala.

Jemaah Salat Idul Fitri yang menyimak ceramah saling pandang. Di antara mereka mengerutkan dahi.

Khatib terus melanjutkan materi ceramah. Namun, satu per satu jemaah berdiri dan meninggalkan lokasi salat.

Bahkan, terdengar teriakan "huu" dari jemaah.

"Separo jemaah sudah bubar meninggalkan lokasi Salat Idul Fitri," ujar Joko.

Padahal, seperti tahun-tahun sebelumnya, selesai khotbah dilanjutkan dengan ikrar halalbihalal.

Namun, konsentrasi jemaah sudah hilang. Buru-buru Kapolres Gunungkidul AKBP Muhamad Arif Sugiarto naik ke atas mimbar.

"Masalah penegakan hukum semuanya ada aturannya dan semua bisa memverifikasi apa pun itu. Jika ada yang tidak sependapat, ada sistem yang bisa dilakukan di situ," terangnya.

Bupati Gunungkidul Badingah mengaku terpukul dengan kejadian tersebut. "Saya langsung lemas begitu mendengar (ceramah). Mau berdiri waktu itu sulit," ujarnya kemarin (26/6).

Menurut dia, Gunungkidul selama ini sudah tenteram karena kerukunan antarumat beragama terjalin dengan baik.

"Saya tidak bisa berkomentar banyak mengenai kejadian kemarin," katanya.

Namun, sebagai petinggi pemerintahan, pihaknya tidak tinggal diam. Badingah langsung berkomunikasi dengan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) mengenai kejadian tersebut.

Langkah koordinasi mendesak dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.

"Ini hari baik, seharusnya saling bermaafan. Lebih banyak menebar maaf kepada siapa saja," ucapnya.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cabang Gunungkidul Iskanto AR menilai, materi ceramah kurang tepat.

"Itu merupakan hal yang terlalu sensitif. Dalam hal khotbah untuk konsumsi umat umum kurang pas," kata Iskanto saat dikonfirmasi setelah salat.

Dia menghendaki, ke depan, isi ceramah keagamaan lebih memberikan kesejukan kepada seluruh lapisan masyarakat.

"Tujuan kita bersama adalah menjaga dan meningkatkan kerukunan umat dan meningkatkan iman dan takwa," ujarnya. (gun/ila/c21/ami/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketum Pesantren Indonesia Imbau Khatib Bawa Pesan Persatuan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler