Kiai Ma'ruf Amin Paparkan Islam Moderat ke Masyarakat Samarinda

Kamis, 21 Maret 2019 – 23:30 WIB
Ketua Umum Majelis Ulama indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan inisiasi Kemenag di Samarinda, Kaltim, Kamis (21/3). Fathan Sinaga/JPNN.com

jpnn.com, SAMARINDA - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan yang diselenggarakan Kementerian Agama (Kemenag) di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (21/3). Dalam kesempatan ini, KH Ma'ruf menjelaskan tentang Islam wasathiyah.

Kiai Ma'ruf mengatakan, Islam washatiyah sebenarnya Islam moderat yang banyak dianut mayoritas penduduk di Indonesia. Pemahaman Islam yang menyangkut cara berpikir dan cara bergerak.

BACA JUGA: Jokowi: Ini Energi Besar

"Dalam berpikir wasathiyah itu sifatnya moderat atau disebut tawassuthiyah. Moderat dalam arti tidak tekstual dan tidak liberal," kata Kiai Ma'ruf.

Setiap peristiwa-peristiwa dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari, lanjut Kiai Ma'ruf, tak lepas dari usaha untuk memperbaiki secara sungguh-sungguh. Baik yang menyangkut kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya maupun perkembangan teknologi. Karenanya dibutuhkan ijtihad.

BACA JUGA: Paslon 02 Menang Bakal Hilangkan Zikir dan Tahlilan? Sandiaga: Itu Hoaks

Menurut Kiai Ma'ruf, berbagai persoalan kehidupan termasuk cara penyelesaiannya telah ditulis dalam kitab-kitab terdahulu, namun ada juga yang belum ditulis. Dengan demikian, masalah-masalah tersebut perlu direspons kalangan para ulama dan kaum cerdik cendikiawan.

"Karena itu, MUI punya Komisi Fatwa, NU punya Bahtsul Masail dan Muhammadiyah juga punya Majelis Tarjih untuk menyikapi masalah-masalah yang baru," ujar dia.

BACA JUGA: Abah: Pak Jokowi Harus Menang, Kalau Tidak, Mulai dari Awal Lagi

Selanjutnya, kata calom wakil presiden nomor urut 01 itu mengatakan, dalam upaya menempatkan islam washatiyah yang dianut di Indonesia, maka pendekatannya bukan dengan metode tekstual maupun liberal yang menyebabkan penafsiran berlebihan. Namun pendekatan yang harus dilakukan dengan cara dinamis.

"Karena itu cara berpikir yang moderat itu tawassuthiyah, dinamis tetapi bermanhaj atau ada metodenya. Walaupun begitu para ulama membolehkan ijtihad tapi harus yang ahli ijtihad. Tapi sekarang tidak ada yang ahli ijtihad yang bisa memenuhi secara mutlak, sehingga ijtihadnya bersama-sama," tandas KH Ma'ruf. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli: Banyak Lembaga Survei Merangkap Konsultan, Dibayar, Diam-Diam jadi Predator


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler