jpnn.com - MEMASUKI era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sejumlah kekhawatiran muncul, terutama terkait masuknya tenaga profesional ASEAN yang akan ikut meramaikan pasar tenaga kerja Indonesia.
Lalu seperti apa langkah antisipasi Indonesia agar sumber daya manusia di bumi nusantara tak tergerus persaingan dengan tenaga kerja ASEAN?
BACA JUGA: Auman Harimau Sumatera Tidak Lagi Menakutkan
TOMMY AQUINODA, Kupang
Rendahnya daya saing nasional dibanding dengan negara ASEAN lainnya, membuat sejumlah pihak di Tanah Air ketar-ketir seiring dengan ancaman membanjirnya tenaga kerja dari negara-negara ASEAN pasca pemberlakuan MEA.
BACA JUGA: Merinding! Cerita Pembuat Batu Nisan saat di Kuburan Preman yang Mati Terbunuh
Meski demikian, kita tak perlu cemas. Pasalnya negara telah berpikir bagaimana kesiapan menghadapi tantangan di era MEA. Salah satu yang menjadi perhatian adalah terkait peran guru profesional sebagai pencetak sumber daya manusia yang kelak akan menjadi pelaku di era MEA.
Untuk itu, Pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan kerja sama dengan negara-negara lain untuk pertukaran guru.
BACA JUGA: Bidan Tangguh Itu Naik Turun Gunung Demi Pasien
Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang, juga Kabupaten Kupang sangat beruntung bisa mendapat jatah dari program ini. Sebab ada beberapa guru dari Amerika Serikat (AS) yang telah tiba di Kupang. Para guru dari AS itu akan mengajar di beberapa sekolah. Baik di tingkat SMA/SMK maupun di tingkat SMP/Mts.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang, Jerhans Ledoh, kepada Timor Express (JPNN Group), Jumat (5/8), membenarkan kedatangan guru-guru dari AS tersebut.
Menurut Jerhans, program pertukaran guru merupakan program pemerintah pusat dengan negara-negara luar. Yang mana semua guru dari luar negeri akan ditempatkan di beberapa provinsi, termasuk NTT.
Di Kota Kupang sendiri, jelas Jerhans, sudah ada tiga guru dari luar negeri yang datang melapor diri ke Dinas Pendidikan. Tiga guru tersebut, saat ini mengajar di SMK 4 Kupang, SMA Negeri 7 Kupang dan MTs Kupang.
“Yang lapor baru tiga. Guru-guru yang datang lapor ini berasal dari Amerika. Mereka mengajar Bahasa Inggris,” sebutnya.
Selain tiga guru tersebut, lanjut Jerhans, kemungkinan masih ada guru-guru dari luar negeri yang datang untuk mengajar di beberapa sekolah lain.
Sebab kedatangan mereka secara bertahap. Dan mereka akan mengajar selama setahun. “Begitu juga guru-guru dari Indonesia akan mengajar di luar negeri selama setahun,” katanya.
Jerhans menambahkan, program pertukaran guru, dampaknya sangat positif. Kedatangan guru-guru dari luar negeri memberi motivasi dan penguatan yang luar biasa kepada para siswa dimana mereka mengajar.
Sebab setiap harinya, para siswa ramai-ramai mencari guru-guru itu dan berusaha membangun komunikasi dengan berbahasa Inggris. Oleh karena itu, kesempatan yang baik ini harus ditangkap dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Khususnya oleh peserta didik.
“Ini kesempatan yang baik bagi anak-anak kita yang punya kompetensi dan kemampuan di bidang sains dan manajemen dalam rangka menjawab tantangan AFTA (ASEAN Free Trade Area, Red) dan MEA. Kesempatan ini harus kita tangkap,” ungkap mantan Kepala SMA Negeri 1 Kupang itu.(JPG/aln/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Hanya ke Pulau Komodo, Bawalah Roti, Tebar ke Kolam Tuhan
Redaktur : Tim Redaksi