Kiat Sukses Berbisnis di Era Revolusi Digital

Jumat, 11 Mei 2018 – 23:40 WIB
Ilustrasi revolution digital. Foto: bizi

jpnn.com, JAKARTA - Jika dicermati, belakangan ini marak perusahaan besar yang tiba-tiba kolaps. Sebut saja Toys R'Us, Kodak, Disc Tara dan Payless Gymboree.

Salah satu penyebab (kolaps) yakni gelombang perubahan besar yang mendisrupt model bisnis yang ada.

BACA JUGA: Astra Honda Kian Serius Tebar Virus Keselamatan Berkendara

Hal ini ditandai dengan adanya revolusi teknologi digital atau yang lebih dikenal dengan sebutan Internet of Things (IoT).

Di samping itu, preferensi pelanggan berubah drastis, mereka ingin lebih cepat, murah dan lebih nyaman.

BACA JUGA: Servis Murah, Pastikan Mobil Toyota Prima Saat Mudik

Selain ritel, sektor industri lainnya pun terdampak, perbankan contohnya. Beberapa bank nasional telah menutup kantor cabang dan meniadakan fungsi teller, bisnis remittance. Sistem pembayaran dan kredit juga akan beralih.

BACA JUGA: Len Industri Hadirkan Internet & Sistem Pengawasan di Kapal

Bisnis transportasi pun mengalami hal sama, terutama di jenis transportasi taksi. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan menyatakan, jumlah perusahaan taksi kini turun drastis.

Dari 35 perusahaan di Jakarta, kini hanya tinggal empat yang masih aktif mengoperasikan armadanya lantaran kalah bersaing dengan transportasi online.

Pelanggan kini adalah pihak yang paling beruntung karena dimudahkan dalam memesan transportasi dengan harga lebih murah dan kenyamanan yang bertambah.

Berdasarkan serangkaian fakta-fakta di atas, praktisi SDM dari Kubik Leadership, Jamil Azzaini menilai, kunci agar dapat bertahan dan mendapatkan keuntungan besar dalam industri yakni dengan membaca situasi dengan cepat dan melakukan perubahan dengan cepat pula.

“Tahun 2000 ketika E-mail masih jaya-jayanya, Yahoo pernah merasakan valuasi USD125 miliar. Namun saat diakuisisi Verizon 17 tahun setelahnya, pasrah diharga USD5 miliar dolar. Hal ini terjadi karena momentumnya telah lewat,” ujar Jamil di Jakarta, baru-baru ini.

Jamil mengatakan, seorang leader atau pimpinan harus peka dan cepat mengambil keputusan, membuat terobosan dan tidak lupa membangun tim agar mindsetnya berubah menjadi digital mindset dan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan lantaran tanpa disadari, saat ini industri telah masuk era exponential leader.

Menurutnya hanya ada dua kemungkinan yang terjadi di era exponential ini. Pertama, untuk perusahaan yang sudah memiliki ekosistem dan teknologi besar akan merajai industrinya.

“Winner takes all. Semua akan disapu bersih. Baru kejadian di April ini, Uber di ambil Grab. Kedua, yang masih lebih baik terpaksa harus bekerjasama dengan saingan yang telah menggerogoti bisnis kita, seperti Bluebird dengan GoJek,” ucapnya.

Memahami krusialnya peran pimpinan dalam industri dan bisnis, PT Kubik Kreasi Sisi Lain (Kubik Leadership) yang merupakan perusahaan di bidang pengembangan SDM pun meluncurkan program terbarunya yakni ‘Public Training Exponential Leader-Lead to Create the Future by Transforming People’.

Dalam program ini akan dibahas secara tuntas era exponential, lengkap dengan prinsip prinsip penting yang harus dimiliki seorang leader dan senjata rahasia yang harus dijalankan agar mendapatkan keuntungan exponential yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Program ini dibawakan oleh Jamil Azzaini bersama business innovator Indrawan Nugroho. Jamil sendiri dikenal sebagai inspirator sukses yang telah menginspirasi lebih dari 1 juta orang, baik dalam dan luar negeri.

Selain inspirator, dia juga seorang penulis buku dan pengusaha. Pada tahun 2016 ia mendirikan Kubik Leadership dan saat ini menjabat sebagai CEO.

Dia juga tercatat pernah menjabat sebagai Direktur Dompet Dhuafa Republika dan sebagai komisaris di beberapa perusahaan. (mg7/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sektor Perkebunan Mampu jadi Penghasil Devisa Negara


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler