Kiat Sunarso Memimpin Bank Rakyat Menghasilkan Laba Berlipat-lipat

Kamis, 02 Maret 2023 – 11:55 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso pada acara Jabat Erat BRI & Media di Jakarta, Rabu (1/3). Foto: JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan laba Rp 51,4 triliun pada 2022. Perolehan laba yang melebihi target itu tidak terlepas dari nyali direksinya.

BRI membukukan laba bersih sebesar Rp 32,22 triliun sepanjang 2021. Pada 13 Mei 2022, Direktur Utama BRI Sunarso berkelakar soal target laba.

BACA JUGA: Sederet Capaian BRI untuk Tebarkan Social Values

Saat itu, BRI manargetkan laba pada 2022 sebesar Rp 40 triliun. “Kalau meleset, ya, paling Rp 45 triliun,” kelakar Sunarso pada saat itu.

Ternyata target itu tidak hanya tercapai, tetapi terlampaui dengan angka fantastis. Dari target laba Rp 40 triliun, realisasinya mencapai Rp 51,4 triliun. Wow.

BACA JUGA: Peringkat BRI Jadi BBB dan AAA (idn) dalam Penilaian Fitch Ratings

“Laba itu sudah diaudit KAP (kantor akuntan publik, red),” ujar Sunarso dalam acara Jabat Erat BRI & Media di Jakarta, Rabu (1/3).

Sunarso pun membeber kiatnya melambungkan laba BRI. Menurut dia, laba yang bejibun itu diraih dari asset spread yang ditempatkan dalam bentuk kredit.

BACA JUGA: Memelesat di 2022, BRI Danareksa Punya Target Baru Tahun Ini

Pada 2022, total aset BRI mencapai Rp 1.750,99 triliun. Jumlah itu meningkat dari aset pada 2021 sebesar Rp 1.572,76 triliun.

Total kredit yang disalurkan BRI pada 2022 sebesar Rp 1.029,8 triliun. Adapun total deposit di BRI selama setahun lalu sebesar Rp 1.300,77 triliun.

Sunarso menjelaskan sebagian besar laba BRI diperoleh dari current account saving account (CASA). Porsinya mencapai 66,92 persen.

Namun, bukan itu saja yang membuat laba BRI terkerek. Sunarso mentransformasikan liabilities untuk menurunkan cost of fund.

“Dari memangkas cost of fund saja bisa dapat laba Rp 20 triliun,” tutur Sunarso.

Penerima penghargaan The Best SME Banker 2013 versi The Asset Magazine Hong Kong itu mengaku tidak mau BRI mengopeni dana yang membutuhkan biaya besar. Oleh karena itu, yang dibutuhkan bank BUMN tersebut ialah keberanian.

Bankir senior itu mengaku tidak suka membesarkan aset demi mendongkrak laba.

“Itu butuh nyali, bernyali untuk tidak memelihara dana-dana mahal,” ujar Sunarso.

Ikhtiar lain Sunarso dan jajarannya di BRI demi memperbesar laba ialah melalui digitalisasi proses kredit tanpa menyisihkan sentuhan personal.

Menurut Sunarso, digital memang cocok untuk nasabah muda dan masyarakat perkotaan. Namun, bagi nasabah BRI yang di pelosok, tidak serta-merta percaya pada digitalisasi perbankan.

Agen-agen BRI di berbagai daerah pun punya peran sentral untuk menggarap nasabah yang belum sepenuhnya percaya pada proses digital.

“Mak-mak di kampung masih butuh human touching,” ucapnya.

Oleh karena itu, BRI memiliki hybrid bank untuk menjembatani tuntutan digitalisasi dengan nasabah yang belum sepenuhnya siap memanfaatkan kemajuan teknologi.

Prinsip utamanya ialah mendorong produktivitas dan melancarkan potensi. “Nah, prosesnya yang kami digitalkan,” kata Sunarso.(ara/jpnn.com)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler