jpnn.com, JAKARTA - Kilang PT Pertamina (Persero) area RU V Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur dilahap api pada Jumat (4/3) sekitar pukul 10.30 WITA.
Pihak Pertamina menyebut kebakaran tersebut disebabkan flash di inlet pipa finfan cooler hydrocracker B di RU V.
BACA JUGA: Kilang Minyak Pertamina Balikpapan Terbakar, Begini Kondisi Terkini
Anggota Komisi VI DPR Mufti Anam menyesalkan kejadian itu karena kebakaran atau kecelakaan kerja lainnya bukan yang pertama kali terjadi di lingkungan BUMN migas tersebut.
“Ini bukan yang pertama. Pertamina harus melakukan evaluasi total atas kinerjanya dalam melakukan mitigasi terhadap risiko operasional yang bisa merugikan perusahaan, lingkungan, dan masyarakat," kata Mufti.
BACA JUGA: Kilang di Cilacap Terbakar, Puan Minta Pertamina Melakukan Audit
Pria kelahiran Banyuwangi berusia 34 tahun itu meminta Pertamina memperbaiki manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
"Jangan amburadul. Kok tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Kementerian BUMN harus mengevaluasi, mengaudit mitigasi keselamatan kerja di Grup Pertamina,” ujar Mufti.
BACA JUGA: Komjen Agus Membeber Fakta Baru soal Kebakaran Kilang Balongan Milik Pertamina
Dia lantas membeberkan sejumlah rangkaian kecelakaan kerja di lingkungan Pertamina yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Mulai terbakarnya kilang Pertamina di Cilacap, kebakaran di area pertangkian Pertamina Cilacap, tumpahan minyak Blok ONWJ (Offshore North West Java), hingga kebakaran di Kilang Balongan (Jabar).
Semua kecelakaan kerja itu berdampak pada kehidupan masyarakat luas, mulai dari warga sekitar kilang sampai nelayan.
“Pertamina wajib meningkatkan kualitas manajemen risiko terkait potensi kecelakaan kerja. Itu rangkaiannya banyak. Ada pemeliharaan aset, kesiapan SDM agar tidak ada potensi human error, ada pengecekan alat-alat dan sebagainya,” tutur Mufti.
Dia pun mendesak manajemen Pertamina bertanggung jawab penuh. Mufti menyebut ada kesan tidak ada perbaikan mitigasi kecelakaan kerja.
”Publik melihat manajemen Pertamina tidak serius meningkatkan kualitas manajemen risiko terkait potensi kecelakaan kerja. Terkesan tidak punya rasa memiliki terhadap aset, toh kalau kebakaran yang memperbaiki perusahaan,” imbuh Mufti.
Menurut politikus PDIP ini, Pertamina sebagai perusahaan raksasa memperhatikan aspek ESG, yaitu pengelolaan environmental (lingkungan), social (sosial), dan good governance (tata kelola yang baik).
“Prinsip investasi berkelanjutan terabaikan dengan seringnya kecelakaan kerja yang berdampak pada kehidupan sosial dan lingkungan,” ucap Mufti. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek