Kimberly McCarthy, Orang Ke-500 yang Dieksekusi di Texas

Kamis, 27 Juni 2013 – 08:23 WIB
TEXAS merupakan negara bagian yang paling rajin menjatuhkan dan mempraktikkan hukuman mati di Amerika Serikat (AS). Rabu petang waktu setempat (26/6), adalah giliran Kimberly McCarthy. Perempuan 52 tahun itu menjadi orang ke-500 yang menjalani eksekusi mati sejak 1982, sekaligus perempuan pertama yang dieksekusi sejak 2010.

JANUARI lalu, McCarthy pindah ke sel yang lebih kecil dan hanya berjarak beberapa langkah dari kamar kematian. Menjelang eksekusinya kemarin, dia menolak berbicara kepada media. Sebelumnya, dia juga tidak banyak buka suara soal hukuman mati tersebut. Jaksa wilayah Dallas County, Craig Watkins, menyatakan bahwa terpidana kasus pembunuhan itu bakal disuntik mati. Eksekusi berlangsung di Walls Unit, Kota Huntsville, Walker County.

’’Jika ada celah untuk naik banding, saya pasti akan melakukannya,’’ kata Maurie Levin, pengacara McCarthy. Dia mengaku sudah lelah mengupayakan banding untuk kliennya. Apalagi, Pengadilan Banding Kriminal Texas tidak hanya sekali menolak banding yang dia ajukan. Sementara itu, pengadilan beralasan bahwa Levin terlalu mepet mengajukan banding. Akibatnya, pengacara perempuan tersebut tidak bisa menyelamatkan McCarthy dari hukuman mati.

Kemarin Levin mengeluhkan penolakan Pengadilan Banding Kriminal Texas atas banding yang dia ajukan. Menurut dia, pengadilan terlalu berfokus pada hal-hal yang prosedural dan bukan substansial. Karena itu, dia tidak bisa mengajukan banding ke tingkat pengadilan yang lebih tinggi, yakni Mahkamah Agung (MA). ’’Kematian (McCarthy) yang akan menandai eksekusi ke-500 di Texas adalah sesuatu yang seharusnya membuat seluruh warga Texas malu,’’ ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Levin juga menuding bahwa pengadilan rasis dalam menangani kasus McCarthy. Itu dilakukan karena sebagian besar juri dalam sidang kliennya adalah warga kulit hitam. Padahal, McCarthy berkulit hitam dan korban yang dia bunuh pada 1997 lalu adalah seorang kulit putih. ’’Kesalahan terbesar dalam sidang kasus tersebut adalah munculnya sentimen rasis, tidak berfungsinya perlindungan hukum, dan kekakuan aparat penegak hukum dalam menyikapi kasus ini,’’ urainya.

Polisi mengamankan McCarthy setelah dia membunuh Dorothy Booth pada 1997. Pembunuhan itu, kabarnya, berawal dari perampokan. McCarthy yang seorang pecandu itu berusaha merampok Booth karena butuh uang untuk membeli kokain. Semula, mantan terapis pada sebuah panti jompo tersebut pura-pura minta gula pada Booth. Tanpa curiga, pensiunan dosen psikologi tersebut pun menurut. Saat Booth mengambilkan gula, McCarthy langsung menikam korbannya dengan pisau daging.

Tikaman McCarthy itu langsung membuat Booth terkapar di rumahnya yang terletak di Kota Lancaster, Dallas County. Setelah korban tidak berdaya, McCarthy pun langsung mengiris jari manis Booth dan mengambil cincin kawin yang melingkar di sana. Dia kemudian melarikan diri dengan membawa cincin Booth dan lantas menjualnya. Uang hasil penjualan cincin itu digunakan untuk membeli kokain. Konon, McCarthy tidak hanya sekali itu saja membunuh demi kokain.

Sedikitnya ada dua kasus pembunuhan lain yang lantas dikaitkan dengan McCarthy. Tapi, dia membantah keterlibatannya. Pengadilan juga tidak memproses lebih lanjut dugaan tersebut. Januari lalu, pengadilan menjadwalkan eksekusi McCarthy pada April. Namun, Watkins lantas menjadwal ulang pelaksanaan suntik mati untuk McCarthy karena berkas eksekusi belum lengkap. Dia lantas menetapkan eksekusi pada Juni. (AP/hep/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Thailand Perangi Perusahaan Rokok

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler