jpnn.com, JAKARTA - Bea Cukai turut berperan aktif, baik melalui penerimaan, pengawasan, maupun fasilitasi dalam capaian kinerja APBN yang menunjukkan tren positif dan on track hingga November 2024.
Diketahui hingga November 2024, pendapatan negara mencapai Rp 2.492,7 triliun atau 89,0 persen dari target.
BACA JUGA: Bea Cukai Bogor Raih Penghargaan dari Menkeu Sri Mulyani, Budi Harjanto: Penyemangat bagi Kami
Sementara itu, belanja negara mencapai Rp 2.894,5 triliun atau 87,0 persen dari pagu anggaran.
Dalam capaian ini, Bea Cukai pun turut berperan aktif, baik melalui penerimaan, pengawasan, maupun fasilitasi.
BACA JUGA: Beri Efek Jera, Bea Cukai Nanga Badau Musnahkan Barang Hasil Penindakan Selama 2 Tahun
Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo menyebut dengan capaian APBN tersebut, tercatat masih ada defisit APBN di angka Rp 401,8 triliun atau setara dengan -1,81 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Budi mengatakan Bea Cukai turut berkontribusi menjadi salah satu pilar penting dalam pencapaian target APBN 2024.
BACA JUGA: Bea Cukai Beri Izin Fasilitas Kawasan Berikat untuk PT Super Optics Jakarta Indonesia
Hingga November 2024, kinerja penerimaan Bea Cukai mencapai Rp 257,8 triliun atau tumbuh 5,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Penerimaan tersebut terdiri dari:
- Bea masuk, dengan realisasi sebesar Rp 47,7 triliun atau 83,2 persen dari target, dengan pertumbuhan 4,0 persen (yoy). Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan nilai impor.
- Bea keluar, dengan realisasi sebesar Rp17,3 triliun atau 98,7 persen dari target, dengan pertumbuhan signifikan sebesar 47,9 persen (yoy). Pertumbuhan ini didukung kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah dan penguatan harga minyak kelapa sawit (CPO) sejak Juni 2024.
- Cukai, dengan realisasi sebesar Rp192,7 triliun atau 78,3 persen dari target, dengan pertumbuhan 2,8 persen (yoy). Kinerja ini didorong kenaikan produksi hasil tembakau (HT) Golongan II dan III.
Bea Cukai juga menunjukkan kinerja yang kuat dalam pengawasan dan fasilitasi hingga November 2024.
Di bidang pengawasan, penindakan oleh Bea Cukai telah mencapai 42.526 kasus dengan nilai potensi kerugian negara sebesar Rp 7,38 triliun.
Sementara kinerja fasilitasi telah diberikan melalui:
- Pemberian insentif kepabeanan mencapai Rp33,9 triliun atau tumbuh 18,7 persen (yoy). Peningkatan ini didukung oleh insentif untuk kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.
- Kontribusi ekspor dari kawasan berikat dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) mencapai USD 85,7 miliar atau tumbuh 2,7 persen (yoy), dan berkontribusi sebesar 37,96 persen terhadap total ekspor nasional.
- Serapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 2,01 juta orang atau tumbuh 9,7 persen (yoy).
Capaian kinerja APBN dan Bea Cukai tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan para pengguna jasa.
Pemerintah mengapresiasi kontribusi aktif seluruh lapisan masyarakat yang telah mematuhi kewajiban perpajakan dan mendukung upaya pengawasan.
Kerja sama yang baik antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
“Melalui sinergi yang terus terjaga, pemerintah optimis bahwa target APBN 2024 dapat tercapai dengan baik, sekaligus memastikan keberlanjutan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Budi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan perekonomian domestik Indonesia tetap menunjukkan ketahanan di tengah dinamika ekonomi global, baik karena ketidakpastian kebijakan moneter, tensi geopolitik seperti konflik di Ukraina, Timur Tengah, dan Laut Cina Selatan, maupun perubahan politik di berbagai negara.
Meski dalam kondisi tersebut, pertumbuhan domestik kuartal IV 2024 Indonesia diprediksi tetap terjaga kuat yang didukung konsumsi masyarakat yang kuat dan inflasi yang terjaga.(mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi