Kini Saatnya Ketum PSSI Baru Sikat Mafia Sepakbola

Jumat, 11 November 2016 – 10:55 WIB
Edy Rahmayadi. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - PONTIANAK - Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2016-2020 pada Kongres Luar Biasa PSSI di Jakarta, Kamis (10/11).

Terpilihnya Pangkostrad Letnan Jenderal TNI itu sebagai pucuk pimpinan organiasi sepak bola Indonesia tersebut diharapkan dapat membawa harapan baru.

BACA JUGA: Brasil Permalukan Messi Cs Tiga Gol Tanpa Balas

Ketua Statuta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyambut baik terpilihnya 
Edy Rahmayadi. 

Ia berharap PSSI ditangan Edy Rahmayadi dapat bangkit dan berjaya hingga dapat diakui dunia. 

BACA JUGA: Misi Bangkit Semen Padang tanpa Dua Andalan

Menurut Edi Kamtono, PSSI merupakan organisasi olahraga terbesar di Indonesia. Sudah sepatutnya diperlukan seorang pemimpin yang layak mengatur PSSI sesuai Statuta FIFA.

“Ketua PSSI, harus tahu bagaimana me-manage organisasi sebesar PSSI sesuai dengan statuta," katanya seperti diberitakan Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group) hari ini.

BACA JUGA: Biasa Main Bola, Ternyata Bepe Aktif Peran Wayang Orang

Pria yang juga menjabat Wakil Wali Kota Pontianak ini cukup yakin, di bawah kepemimpinan Edy nasib persepakbolaan Indonesia bakal cerah.

Edi Kamtono tidak menginginkan kisruh yang sempat terjadi antara PSSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berlanjut. 

Sudah banyak yang dirugikan dari kisruh tersebut dan kesalahpahaman seperti itu tidak perlu lagi terjadi ke depannya.

"Saya memandang siapapun yang jadi ketua PSSI tidak ada masalah, tapi yang paling penting bisa mengkomunikasikan dengan pemerintah dalam hal ini Kemenpora," ujarnya.

Latar bekang Edy Rahmayadi yang masih menjabat TNI aktif, diharapkan berdampak terhadap kedisiplinan, transparansi dan profesional di dalam tubuh PSSI. 

Karena sejauh ini diakui Edi Kamtono prestasi sepakbola Indonesia cukup jauh tertinggal dengan negara-negara lain di dunia. Bahkan di kancah Asia Tenggara.

Salah satu penyebab Indonesia tertinggal, karena kompetisi yang dijalankan tidak sesuai dengan keinginan melahirkan pemain sepakbola handal. Bahkan diperparah dengan adanya mafia-mafia sepakbola yang justru menghancurkan jalannya kompetisi tersebut.

"PSSI harus bisa memberantas mafia sepakbola, karena sepakbola Indonesia ini harusnya bisa maju dan berbicara di kancah dunia," lugas Edi. (fik/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gawat! Arema Tampil Tanpa Kekuatan Inti di Serui


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler