jpnn.com - Siapa bilang sekolah di Satuan Pendidikan Kerja sama (SPK) harus dari kalangan berduit?
Dari masyarakat ekonomi lemah pun ternyata bisa, bahkan tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Seperti yang dialami Divia, Cici Pratiwi, dan Rolista.
BACA JUGA: Siswa Global Sevilla School Antusias Dengar Paparan Yunarto Wijaya tentang Passion
Mereka adalah 3 dari 20 penerima beasiswa Global Sevilla School. Sejak 2017, Global Sevilla sudah memberikan beasiswa kepada 20 siswa-siswi berprestasi untuk studi di SPK tersebut.
Divia, salah satu siswi lulusan Sekolah Global Sevilla dari program beasiswa 100 persen bagi siswa berprestasi mengungkapkan rasa syukurnya.
BACA JUGA: Ribuan Siswa Penerima Beasiswa ILF Lolos Masuk PTN
Terlahir dari keluarga kurang mampu tidak membuat gadis cantik ini patah semangat.
Di tengah keterbatasan, Divia getol belajar karena ingin mengubah nasib.
BACA JUGA: Massa FPI Berpakaian Loreng Mencoba Menghalangi, Kolonel Luqman Arief Tegas
"Saya pengin hidup lebih baik dan saya percaya kuncinya ada di pendidikan. Setiap hari waktu saya habiskan untuk belajar karena ingin mendapatkan beasiswa," tutur Divia di Jakarta, Jumat (27/11).
Harapannya hampir pupus ketika Divia lulus SMP, orang tuanya tidak memiliki biaya.
Namun, kesabaran dan ketekunan Divia membuahkan hasil. Di saat ketiadaan biaya, Global Sevilla membuka program beasiswa untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
Divia yang tidak pernah membayangkan bisa sekolah di Global Sevilla pun mencoba peruntungannya dan berhasil meraih 100 persen beasiswa.
"Alhamdulillah, saya berhasil meraih beasiswa 100 persen di tahun 2017. Saya angkatan pertama penerima beasiswa Global Sevilla School," terangnya.
Hal yang sangat terasa bagi Divia saat sekolah di Global Sevilla, dia merasa lebih menghargai dan memanajemen waktu, mengaplikasikan kedisiplinan, mengenali karakter diri, dan merencanakan masa depan.
“Semua itu tidak luput dari nilai-nilai yang telah Global Sevilla tanamkan kepada kami, terutama nilai karakter yang mendasarinya” katanya.
Kini Divia tercatat sebagai mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan sosiologi.
Lain lagi kisah Rolista. Gadis berumur 19 tahun ini tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.
Rolista juga penerima beasiswa Global Sevilla. Sebelumnya dia bersekolah di Rumah Belajar Duri Kepa.
Rolista sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi di sekolah seperti Paskibra, Rohis dan juga menjadi ketua OSIS.
Rolista juga aktif dalam vocational training rumah jahit Rumah Belajar.
"Sebelum dapat beasiswa Global Sevilla, saya sekolah di Rumah Belajar. Di sana saya mendapat pelatihan entrepreneurship dan memiliki pengalaman menjadi pemilik online shop yang menjual kerajinan tangan," terangnya.
Saat masih di Rumah Belajar, dia mencoba mengikuti seleksi mendapatkan beasiswa di Global Sevilla. Setelah melewati beberapa tahapan dia diterima di Global Sevilla.
Awalnya Rolista harus beradaptasi dari segi bahasa dan kebiasaan. Karena di Sekolah Global Sevilla lebih dominan berbahasa Inggris dan juga ada pelajaran Bahasa Mandarin.
Yang membuat Rolista happy, dia bisa mempelajari hal-hal yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.
Dia bisa masuk kelas music and art. Rolista juga mendapat pelajaran mindfulness yang mengajarkan tentang ketenangan jiwa, duduk tenang menikmati hembusan napas dan lainnya.
“Pelajaran ini sampai sekarang saya terapkan setiap hari. Membuat jiwa saya tenang dan lebih menyayangi jiwa dan raga saya," terangnya.
Saat ini Rolista sudah lulus dari Sekolah Global Sevilla dan sedang melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi.
Kisah lainnya dari Cici Pratiwi. Gadis kelahiran Kebumen, 18 Desember 2001 ini merupakan siswa berprestasi.
Ayahnya hanyalah tukang ojek pangkalan dan ibunya pedagang kaki lima di Jakarta.
Diceritakan Cici setelah lulus dari bangku SMP, antara bimbang melanjutkan pendidikan atau tidak, tiba-tiba ada jalan untuk melanjutkan pendidikan SMA di rumah belajar Yayasan Cinta Anak Bangsa.
Setelah dua tahun, Cici mendapat kesempatan bersekolah di Global Sevilla.
Baik Cici maupun orang tuanya tidak menyangka bisa mendapatkan beasiswa di SPK tersebut.
Selama menempuh pendidikan kurang lebih satu tahun, Cici belajar untuk lebih percaya diri.
Di Global Sevilla, Cici bertemu dengan teman-teman yang welcoming, dan guru-guru yang sabar.
"Saat pertama kali masuk Global Sevilla, saya sedikit stres karena saya merasa tidak mampu mengejar pelajaran di sini," tuturnya.
Namun, berkat semangat Cici dan tidak ingin mengecewakan pihak sekolah yang memberikan kesempatan belajar, akhirnya dia bisa menyelesaikan pendidikannya pada 2019.
“Dulu saya sangat pemalu setelah melalui semua pengalaman di Global Sevilla, rasa percaya diri itu muncul walau belum sepenuhnya tetapi hal itu sangat berefek bagi saya yang introvert. Skill berbicara saya juga lumayan bagus kata orang orang di luar sana,” ungkap Cici.
Anak ke-3 dari 4 saudara ini kini sudah bekerja.
Yang membuat Divia, Cici, dan Rolista nyaman, selama bersekolah di Global Sevilla, tidak ada kasus bullying di antara murid-muridnya.
"Walaupun kami dari keluarga kurang mampu, tidak ada yang menghina kami. Semua siswa diperlakukan sama, tidak ada bedanya satu sama lainnya," tandas Cici. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad