JPNN.com

Kisah Dai 3T asal Bogor, Terharu pada Sikap Toleransi Beragama di Pedalaman Toraja Utara

Kamis, 20 Maret 2025 – 17:42 WIB
Kisah Dai 3T asal Bogor, Terharu pada Sikap Toleransi Beragama di Pedalaman Toraja Utara - JPNN.com
Mumu Nazmudin (36), seorang pendakwah yang ikut serta dalam program Dai Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) Kementerian Agama di Toraja Utara. Foto: dok Kemenag

jpnn.com, TORAJA UTARA - Mumu Nazmudin (36), seorang pendakwah yang ikut serta dalam program Dai Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) Kementerian Agama, berbagi pengalaman dakwahnya di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Sejak 27 Februari 2025, dia bertugas di To’ Karau, Kecamatan Sesean, dan Baladatu Lembang, Kecamatan Rantebua, untuk membimbing masyarakat muslim di wilayah pedalaman tersebut.

BACA JUGA: Juru Dakwah Bakal Disertifikasi, Wantim MUI Memberi Masukan

Mumu mengikuti perjalanan panjang menuju lokasi dakwah. Dari Jakarta, Mumu terbang ke Makassar, lalu melanjutkan perjalanan darat selama 14 jam menuju Toraja Utara.

Setibanya di sana, dia disambut hangat oleh warga setempat. “Toleransi di sini luar biasa. Muslim memang tidak sebanyak kelompok lain, tetapi masyarakat, baik muslim maupun non-muslim, sangat menjunjung tinggi sikap saling menghormati. Saya benar-benar salut,” ujar pria yang berasal dari Bogor tersebut kepada wartawan, Selasa (18/3/2025).

BACA JUGA: Kemenag Gelar Ngabuburead Kepustakaan Islam, Dorong Peningkatan Literasi Generasi Z

Dua hari menjelang Ramadan, Mumu mengalami pengalaman berkesan saat mengunjungi sebuah warung makan. Dia tak sengaja mendatangi warung makan dengan menu untuk nonmuslim.

Namun, pemilik warung yang melihatnya datang bertopi peci dengan sopan mengarahkannya ke tempat makan muslim di seberang jalan.

BACA JUGA: Kemenag: 7 Calon Jemaah Haji Asal Kota Mataram Meninggal Dunia

Sikap tersebut menyentuh hatinya. Mumu menegaskan betapa kuat penghormatan terhadap keyakinan masing-masing di wilayah Toraja Utara.

Selama bulan Ramadan, Mumu menghadapi tantangan bahasa dalam berdakwah. Anak-anak masih memahami penyampaiannya, tetapi komunikasi dengan warga berusia di atas 40 tahun cukup sulit.

Hal ini, menurutnya, menjadi alasan kuat mengapa kehadiran dai di wilayah 3T perlu diperkuat agar dakwah Islam dapat berkembang secara damai dan penuh toleransi.

Mumu juga mengungkapkan minimnya sarana ibadah bagi umat Islam di Toraja Utara. Menurut Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag setempat, hanya terdapat 21 masjid dan musala di seluruh kabupaten. Kendati demikian, kehidupan harmonis antarumat beragama tetap terjaga.

Pendekatan Dakwah dan Komitmen Berkelanjutan

Dalam proses pembinaan, Mumu banyak berinteraksi dengan anak-anak melalui pendekatan sebagai teman sebaya. Hal itu dilakukan agar dakwahnya lebih mudah diterima.

Selain berdakwah secara langsung, dia juga berkomitmen untuk terus membimbing masyarakat secara daring setelah kembali ke Bogor.

Mumu bahkan membuka peluang bagi pemuda setempat yang ingin belajar agama di Jawa dengan biaya hidup dan pendidikan yang ditanggungnya.

“Saya akan tetap menjaga komunikasi dan melakukan pengajian daring setelah kembali ke Bogor. Selain itu, saya mengajak anak-anak di daerah ini untuk menempuh pendidikan agama di Jawa. Keluarga hanya perlu menanggung tiket perjalanan, selebihnya akan saya tangani,” ungkapnya.

Mumu Nazmudin merupakan salah satu dai yang mengabdi di wilayah 3T untuk berdakwah dengan damai dan toleran.

Pengalamannya di Toraja Utara bukan hanya tentang menyampaikan ajaran agama, tetapi juga membangun harmoni dalam keberagaman.

Tantangan akses dan kendala bahasa justru memperkuat tekadnya untuk terus berkontribusi bagi umat.

Melalui pendekatan inklusif, Mumu menunjukkan bahwa dakwah tak terbatas pada pertemuan langsung, tetapi juga bisa berlanjut secara daring. Upaya seperti ini perlu terus didukung agar dakwah tetap tumbuh di seluruh pelosok negeri.

Dihubungi terpisah, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad memberi apresiasi yang tinggi kepada para dai yang bertugas di daerah 3T.

Menurutnya, dedikasi mereka dalam menyebarkan ajaran Islam yang ramah, damai, dan moderat telah berkontribusi besar dalam memastikan layanan keagamaan menjangkau pelosok desa.

Abu menyebut keberadaan para dai di daerah 3T sangat strategis dalam membangun harmoni sosial dan memperkuat pemahaman keagamaan yang inklusif.

Oleh karena itu, Kemenag berkomitmen untuk terus memberi dukungan bagi mereka agar dapat menjalankan tugas dengan lebih optimal.

“Kami sangat mengapresiasi perjuangan para dai yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi memastikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin tersebar luas. Mereka juga berperan penting dalam menjaga kerukunan antarumat beragama serta menjunjung tinggi moderasi beragama,” tandas Abu.

Kemenag tahun ini mengirim 1.000 dai dan daiyah dari berbagai daerah di Indonesia ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), wilayah khusus, hingga luar negeri.

Selain itu, Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru.

Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ di tingkat nasional. (flo/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler