Kisah Dimas Kanjeng Mendapatkan Warisan Ilmu Gandakan Uang

Sabtu, 01 Oktober 2016 – 08:10 WIB
Kisah Dimas Kanjeng yang Mendapatkan Warisan Ilmu Gandakan Uang. IST

jpnn.com - JPNN.com SURABAYA - Sosok muda Dimas Kanjeng adalah orang yang penurut. Meski bukanlah murid yang tergolong pandai, namun sikap tak pernah membantah dan bertanya ketika diperintah menjadi alasan dia yang terpilih sebagai orang kesayangan gurunya. 

Pengakuan itu disampaikan Ibrahim Taju, salah seorang pentolan Padepokan Dimas Kanjeng kepada Jawa Pos (Jawa Pos Group). 

BACA JUGA: Sadis, Pengikut Dimas Kanjeng Ditelanjangi, Wajahnya Dilakban lalu Dibuang

Ibrahim mengatakan Dimas Kanjeng sejatinya menempuh bangku kuliah kala itu. Hanya saja, dia terdaftar sebagai mahasiswa semester VII di Malang, Jawa Timur lalu keluar. 

Entah mengapa Dimas Kanjeng keluar. Namun menurut Ibrahim, Dimas Kanjeng saat menempuh studinya juga dijalani biasa-biasa saja. 

BACA JUGA: Tuh! Penayang Video Mesum Videotron Terancam 12 Tahun Bui

Ibrahim menceritakan, selama menempuh pendidikan baik formal maupun nonformal, di antara sekian banyak guru, ada sosok yang memengaruhi dalam diri Dimas Kanjeng.

Yang paling membekas adalah almarhum Abah Ilyas asal Mojokerto yang wafat pada 10 Juli 2009. 

BACA JUGA: 4 Modus Penipuan Dimas Kanjeng Perdaya Pengikutnya

"Dan menurut penuturan Yang Mulia (sebutan Dimas Kanjeng, Red), dia bukanlah yang terpandai," ujarnya. 

"Namun yang paling manut. Jika disuruh apa saja tak pernah bertanya atau membantah. Langsung dilakukan," imbuhnya. 

Itulah yang kemudian membuat Ilyas sayang dan konon mewariskan ilmu menggandakan uang atau barang secara gaib tersebut. 

Dari Ilyas itulah Dimas Kanjeng mendapatkan jodoh. 

Pada 1994 dia menikahi istri pertamanya, Rahma Hidayati, sesama murid Ilyas yang juga tetangganya sendiri di Probolinggo.

Mereka kemudian mempunyai tiga anak, yakni Sariwatul Wahida serta dua anak kembar Radery dan Radeni. 

Rahma juga bukan orang sembarangan. Dia anak orang kaya. 

Tanah yang ditempati padepokan sekarang konon milik Rahma. Saat awal membangun pada 2006, tanahnya seluas 2 hektare. 

Dalam waktu setahun, pengikut yang semula hanya sekitar 50 orang berkembang menjadi kira-kira 2 ribu. 

Hingga saat terakhir sebelum Dimas Kanjeng ditangkap polisi, pengikutnya mencapai 23 ribu orang.

Luas tanah yang ditempati padepokan juga berkembang menjadi 7 hektare. 

Menurut sejumlah murid Dimas Kanjeng, Rahma menjadi pendukung kuat yang membesarkan Padepokan Dimas Kanjeng dalam sepuluh tahun terakhir. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Dimas Kanjeng terlahir dengan nama Taat Pribadi pada 28 April 1970. Lelaki itu sejak kecil sudah kerap menjadi perhatian.

"Rumahnya itu lho, di timur Pasar Wangkal," kata Sriatun, warga setempat yang mengaku adiknya teman main Dimas Kanjeng sejak kecil 

Dimas Kanjeng lahir dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahnya, jelas Sriatun, bernama Mustain, pernah menjabat Kapolsek Gading. 

Istri Mustain, Ngatri, adalah ibu rumah tangga biasa. Mustain meninggal pada 1992, sedangkan Ngatri menyusul pada 2002. 

Pria yang dipanggil Mas Kanjeng oleh lingkaran terdekatnya tersebut adalah anak kelima di antara enam bersaudara. 

"Anaknya aktif dan banyak kegiatan," ucap perempuan 50 tahun tersebut. "Juga baik," imbuhnya. (ano/c9/nw) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Ini Alasan Kapolda Riau Dimutasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler