Kisah Eks Anggota NII, Terpikat Ustaz Lalu Tersesat

Sabtu, 30 April 2022 – 17:25 WIB
Suparman, pria kelahiran 1970 yang namanya tercatat menjadi bagian dari gerakan NII. Foto: Fachri Hamzah/JPNN.com

jpnn.com - Kelompok Negara Islam Indonesia (NII) kembali menyita perhatian publik. Meski tergolong organisasi terlarang, NII terus menggerakkan jaringan dan anggotanya, termasuk di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

Fachri Hamzah, Dharmasraya

BACA JUGA: Andre Rosiade Puji Pendekatan Halus Densus 88 dalam Kasus NII di Sumbar

ITA punya minat tinggi belajar agama Islam. Warga Muaro Momong, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumbar, itu pun memutuskan ikut sebuah pengajian.

Perempuan berusia 43 tahun tersebut bergabung dengan sebuah kelompok pengajian yang ustaz atau penceramahnya memikat.

BACA JUGA: Polri Ultimatum Anggota NII Sumbar

"Ustaz itu sangat bagus dan baik, sehingga saya tertarik untuk belajar agama dengannya," ujar Ita kepada JPNN.com di Dharmasraya, belum lama ini.

Ita merupakan satu dari 391 anggota NII di wilayah Sumbar. Mereka semua memutuskan mencabut baiat terhadap organisasi terlarang tersebut dalam pengucapan ikrar setia kepada NKRI di Polres Dharmasraya, Rabu (27/4).

BACA JUGA: Fasilitasi 391 Anggota NII Berikrar Setia Kepada NKRI, Irjen Marthinus: Ini Jumlah Paling Besar

Menurut Ita, dirinya mengikuti pengajian itu lebih dari setahun. Sebagai pemula, dia masih tergabung dalam kelas 1 pengajian itu.

Pada tahun kedua ikut pengajian tersebut, Ita memperoleh materi berbeda. Ustaz yang mengajarnya datang langsung dari Jakarta.

"Saya mau masuk kelas dua sudah resah. Ustaznya sudah mulai menyalahkan NKRI dan Pancasila," tuturnya.

Pengakuan serupa datang dari Suparman. Warga Kenagarian VI Koto, Kecamatan Pulau Punjung, Dharmasraya itu juga terpikat oleh ceramah-ceramah pada pengajian tersebut.

"Saya sempat mengajak keluarga untuk bergabung ke dalam jemaah itu," ujarnya.

Menurut Suparman, kelompok tersebut aktif mencari anggota baru dengan menggelar pengajian dari rumah ke rumah. Namun, dia mulai merasakan keanehan pada tahun kedua di jemaah itu.

"Setelah setahun, barulah mereka membahas tentang Pancasila itu tagut," ucap Suparman.

Pria kelahiran 1970 itu juga tak pernah mengetahui nama organisasi yang menggelar pengajian tersebut. Menurut Suparman, pihak yang menyelenggarakan pengajian itu tak pernah bersikap terbuka.

"Saya tidak pernah tahu apakah mereka NII. Saya pernah tanya siapa komandannya, mereka tidak mau menyebutkannya," tuturnya.

Walakhir, Suparman tergerak untuk meninggalkan kelompok pengajian itu. Dia juga mengajak teman-temannya keluar dari kelompok pengajian yang selalu menjelek-jelekkan pemerintah tersebut.

Namun, upaya Suparman itu ditentang oleh pihak-pihak yang kadung terpikat dengan NII. Kian banyak yang dia bujuk untuk keluar, makin bejibun pula yang memintanya kembali.

"Saya keluar, banyak juga yang mau mengajak kembali," kata laki-laki asal Lampung itu.

Pada 2016, Suparman memutuskan meninggalkan kelompok itu. Dua juga berupaya melepaskan diri dari segala hal tentang organisasi tersebut.

Namun, kelompok itu tetap menganggap Suparman sebagai anggotanya.

"Saya sudah lama berhenti, tetapi nama saya masih ada," tuturnya.

Pria yang berprofesi kuli bangunan itu merasa kesal dijadikan bagian NII. Oleh karena itu, dia bersumpah setia kepada NKRI agar namanya kembali bersih dan bisa beraktivitas seperti biasa.

"Saya tidak pernah terlibat apa pun," katanya.

Keputusan Ita, Suparman, dan 389 eks anggota NII mengucap ikrar setia kepada NKRI tidak terlepas dari ikhtiar Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.

Korps dengan logo bergambar burung hantu itu menggunakan pendekatan kemanusiaan untuk mengajak para anggota NII meninggalkan organisasi terlarang tersebut.

Kepala Densus 88 Irjen Marthinus Hukom pun menyempatkan diri datang ke Dharmasraya demi menyaksikan langsung para mantan anggota NII mengucap ikrar setia kepada NKRI.

"Kami bagian anak bangsa yang mencintai negara ini," kata Marthinus.

Mantan kepala Bidang Intelijen Densus 88 itu menyatakan pendekatan persuasif lebih efesien dan berbiaya murah.

"Kami tidak ingin represif. Kami ingin duduk dan berdiskusi. Itu lebih penting dari pada penangkapan," katanya.

Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Teddy Minahasa juga ikut bahagia dengan banyaknya eks anggota NII mengucap sumpah setia kepada NKRI.

"Ini momen yang baik, di bulan Ramadan, saudara-saudara kami, melaksanakan cabut baiat," ujarnya.

Namun, alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1993 itu juga mengingatkan para anggota NII lainnya segera insaf. Teddy memberi waktu hingga 20 Mei 2022 kepada para anggota organisasi radikal tersebut.

Teddy memilih momen Hari Kebangkitan Nasional sebagai tenggat bagi para anggota NII di Sumbar. "Jika tidak juga (meninggalkan NII, red), akan kami gunakan penegakan hukum negara yang tegas," katanya. (jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Fachri Hamzah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler