Kisah Guru Honorer yang Diusir Suami dan hanya Dimodali 5 Baju

Selasa, 14 Juli 2015 – 09:58 WIB
Ilustrasi.

jpnn.com - SURABAYA - Benar-benar malang nasib Karin, 45. Warga Medokan Ayu, Surabaya  yang baru ditalak cerai suaminya, Donjuan, 50, tersebut harus berjuang dari nol. Dia diusir dari rumahnya dengan hanya membawa lima baju, baju yang dipakainya, baju tidur, dan dua baju dinas sebagai guru honorer.

Dunia tidak pernah adil pada perempuan baik. Begitulah kata yang berkali-kali diucapkan Karin. Dengan wajah dan ekspresi yang tidak berdaya, ibu dua anak tersebut hanya bisa bersabar saat menunggu keputusan majelis hakim di Pengadilan Agama Surabaya, Jalan Ketintang Madya, ke­marin (13/7). 

BACA JUGA: Datangi Posko Kesehatan, Mayoritas Pemudik Alami Muntah-muntah

”Saya hanya bisa mengembalikannya ke Tuhan. Saya pasrah. Sekarang saya harus berpikir dan menata lagi hidup saya yang sudah hancur lebur," tuturnya dengan nada pelan.

Meski sudah mengalami proses talak yang panjang, Karin belum puas pada putusan majelis hakim PA. Selain alasan talak yang tidak jelas, yakni Donjuan mengaku sudah tidak mencintainya, dia sangat sakit hati pada perubahan sikap Donjuan.

BACA JUGA: Tengah Malam Berduaan dengan Wanita Bukan Istrinya, ya Begini jadinya

Suaminya yang dinikahi 17 tahun lalu tersebut mak bedunduk alias tiba-­tiba berubah sikap. Di balik diamnya, ternyata Donjuan memindahkan seluruh harta atas namanya. Ya rumah, mobil, dan beberapa tanah di Mojokerto. Semua pakai nama Donjuan. Entah bagaimana seluruh sertifikat itu bisa berubah nama.

Karin baru mengetahui hal tersebut setelah proses perceraian. Di situ baru terkuak bahwa dia tidak mendapatkan harta gono­gini apa pun. Yang membuat dia lebih sakit hati, lewat pengacaranya, Donjuan juga berhasil mendapatkan hak asuh anak. Sebab, memang dua anak kembar mereka memilih hidup dengan Donjuan. Alasannya, rumah yang ditempati adalah hak Donjuan.

BACA JUGA: Digerebek, Kelompok Din Minimi Melawan, Dor! Dor!

”Saya itu salah apa? Anak­anak kok ndak mau ketemu lagi. Padahal, dulu anak­anak tidak bisa jauh dari saya,” jelas guru honorer tersebut. Ironisnya, dia hanya bisa pasrah. Sebab, Donjuan dan dua anaknya telah mengusir dia dengan sangat tragis. ”Semua barang saya disita. Saya hanya boleh membawa lima

baju, termasuk baju yang saya pakai ini,” lanjut wanita yang kini indekos di kawasan Wonokromo itu.

Menurut Karin, suami dan anaknya merasa bahwa dirinya sudah tidak pantas jadi seorang istri dan ibu. ”Saya tidak pernah selingkuh dan merawat mereka dengan baik,” ujarnya. 

Sementara itu, Donjuan tampak tenang dan puas dengan putusan tersebut. ”Istri sudah tidak bisa merawat diri. Saya kan cowok, bisa sesuka hati mencari istri lagi. Toh, dua anak saya juga setuju,” tandas pria yang bekerja di perusahaan baja itu. (*/c1/jee)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalur Pantura Cirebon Masih Didominasi Pemudik Motor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler