Kisah Harimau Sumatera yang Lelah dengan Konflik dan Babi Hidup yang Terabaikan

Sabtu, 25 Januari 2020 – 17:18 WIB
Harimau Sumatera yang dipindahkan ke Tamling Wildlife Nature Conservation. Foto: Elfany Kurniawan/JPNN

jpnn.com, LAMPUNG - Harimau sumatera kini populasinya semakin menipis. Selain karena habitat yang sudah rusak, minimnya sumber makanan seperti rusa dan babi hutan membuat harimau sumatera nyaris punah dari tanah Sumatera.

Akibatnya, tak jarang binatang buas ini terlibat konflik dengan masyarakat hingga menyebabkan kematian. Baik itu dari harimau, maupun manusia.

BACA JUGA: Harimau Sumatera, Penghuni Baru Tamling Wildlife Nature Conservation

ELFANY KURNIAWAN, JPNN

Baru-baru ini, seekor harimau jantan terlibat konflik dan menyerang warga di kawasan Muara Enim, Sumatera Selatan. Karena itu dengan sigap, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumsel melakukan upaya evakuasi terhadap binatang dilindungi itu.

BACA JUGA: Diteror Harimau Sumatera, Warga Agam Langsung Antisipasi Begini

Hasilnya, seekor harimau berhasil ditangkap dengan perangkap yang dibuat. Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BBKSDA Sumatera Selatan Martialis Puspito mengatakan, proses evakuasi ini telah melukai harimau tersebut di bagian ekor.

“Ketika kami amankan, dia terluka di bagian ekor. Kami pun sigap dengan memasukan ke kandang dan ditutup dengan terpal,” ujar Martialis.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Jangan Siksa Honorer Lagi Hingga Revitalisasi Monas Panas

Menurut dia, harimau harus ditutup dengan terpal agar warga sekitar yang selama ini merasa diteror tak ikut melihat. Karena dikhawatirkan, apabila warga melihat, bisa mengancam keselamatan dari harimau. 

Sulit pula jika melihat posisi sang harimau. Di satu sisi, harimau merasa terancam karena kehidupan dan habitatnya diganggu manusia. Namun, di sisi lain manusia turut terganggu kehadirannya yang mengancam jiwa masyarakat sekitar. 

Demi menyelamatkan dua belah pihak BKSDA Sumsel akhirnya mengambil langkah penyelamatan.

 BKSDA langsung berkoordinasi dengan pihak Tambling Wildlif Nature Conservation (TWNC) yang ada di Lampung. Tujuannya untuk merawat harimau yang malang itu.

Proses evakuasi pun berlangsung cukup lama. Harimau harus dibawa menggunakan jalur darat dari Muara Enim ke Lampung Selatan, tepatnya di Banda Udara Internasional Radin Inten II.

Harimau tersebut harus melewati jalur darat selamat lima jam lebih. Dari bandara itu, dia diterbangkan dengan pesawat sekitar 30 menit untuk sampai di TWNC.

Selama proses ini, harimau terpantau kooperatif. Dalam artian tidak mengeluarkan suara aungan atau mencakar-cakar kandang yang bisa mengundang perhatian banyak orang.

Setibanya di kawasan TWNC, harimau tersebut disambut langsung oleh Tomy Winata yang merupakan pendiri dari TWNC itu sendiri.

Pengusaha terkenal itu tampak antusias menyambut kedatangan harimau tersebut bak seorang tamu.  Meski diduga sang harimau telah menyerang tujuh orang, dan lima di antaranya meninggal dunia.

Dalam proses pemindahan dari kandang kecil ke dalam kandang besar, barulah harimau ini menunjukan sikap buasnya.

Aungan yang membuat jantung manusia bergetar saat mendengar, hingga cakaran ke kandang tak jarang dilakukan harimau tersebut.

Dokter veteriner pembantu tim TWNC Sugeng Dwi Hastono yang mengawal proses evakuasi itu menuturkan, harimau diduga mengalami depresi berat.

Selain terlibat konflik dengan warga, proses pejalanan panjang hingga naik ke dalam pesawat diduga menjadi pemicu depresi harimau tersebut.

Selain itu, harimau tersebut diduga depresi karena kalah bersaing di hutan liar. Hal ini juga yang membuatnya menyerang terhadap warga yang bermukim di pinggiran hutan.

Dari pantauan JPNN, sekitar sepuluh orang petugas dari TWNC tampak berusaha keras untuk mengeluarkan harimau itu dari kandang kecil ke yang lebih besar.

Berbagai cara dilakukan mulai dari didorong menggunakan ranting, hingga diberi cipratan air. Namun, harimau itu tak mau beranjak dari kandang kecil hingga dua jam lamanya.

Petugas pun berinisiatif membujuk harimau dengan umpan hidup berupa seekor babi. Sekitar 30 menit, babi itu berkeliaran di kandang besar yang tepat ada di depan harimau.

Namun, sang harimau tetap tak tertarik, hingga pada akhirnya harimau itu mau masuk ke dalam kandang besar.

Meski sudah masuk ke dalam kandang besar, harimau ini tetap tak mau memangsa babi hidup. Hanya sekali dia menggigit leher babi itu,  tetap dilepas lagi.

“Mungkin dia merasa terganggu dengan babi itu,” kata Dokter Sugeng.

Sugeng menuturkan, harimau itu depresi berat hingga dua hari sejak ditangkap dan tidak mau makan. Baik itu umpan hidup dan mati, tetap tidak direspons oleh harimau.

Tim dokter pun berusaha agar bisa membuat harimau nyaman dan tak depresi. Pasalnya, apabila tetap depresi, dokter tak bisa memeriksa kesehatan hewan itu secara menyeluruh.

“Bius yang kami berikan harus kepada harimau yang sehat, kalau depresi, khawatir tidak mempan dibius. Kalau dosis kebanyakan, kami takut dia tidak bangun lagi,” urai Sugeng.

Adapun pemeriksaan kesehatan yang dilakukan berupa pengambilan sampel darah yang akan diperiksa di Jakarta. Pemeriksaan juga dilakukan dengan pengukuran panjang dan berat harimau.

Sementara ini, harimau itu akan dirawat tim dokter dari TWNC hingga kondisi benar-benar pulih. Setelah itu, barulah dia akan dilepas ke alam liar dengan kondisi yang sudah prima. (***)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler