Kisah Istri Bos Pusat Perbelanjaan, Awalnya Bergelimang Harta, Lama-lama Bak Pembantu

Minggu, 13 Desember 2015 – 18:06 WIB
Ilustrasi. FOTO: JAWA POS GROUP

jpnn.com - HIDUP Karin, 33, begitu lengkap setelah menikah dengan Donlesi, 37. Tinggalnya di rumah mewah,  hartanya bergelimang dan semua serba ada. Tapi, ada satu yang membuat Karin tidak betah. Sebab oleh ibu mertuanya sebut Maya, 52, ia diperlakukan bak pembantu.

Karin, yang tinggal di kawasan Darmo Permai, Surabaya, ini mulanya mengaku sangat senang dinikahi oleh Donlesi. 

BACA JUGA: DPP PPP Ternyata tak Pernah Rekomendasi Ujang-Jawawi

Bahkan, ia sampai merasa mabuk harta di awal masa pernikahannya. Bagaimana tidak, ia menikah dengan seorang konglomerat pemilik salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. 

Ia bak dibuai awan karena Donlesi kerap membawanya keliling dunia dan menaburinya dengan banyak perhiasan. Baru lima tahun belakangan, Karin diboyong ke Surabaya. Sebelumnya, ia tinggal bersama suaminya di Jakarta. 

BACA JUGA: Keren Euy! Kota Bandung Resmi Jadi An‎ggota UNESCO

Sejak ayah mertuanya meninggal, Karin diboyong ke Surabaya untuk menemani ibu mertua yang kini tinggal sendirian. 

Maklum, Donlesi adalah anak tunggal yang kerap pergi keluar pulau atau luar negeri untuk mengurus bisnisnya. 

BACA JUGA: Gubernur NTB Dicalonkan Jadi Presidium ICMI Pusat

Selain itu, dia adalah istri kedua yang dinikahi Donlesi setelah mereka bertemu dalam sebuah acara di Jakarta. Sementara istri pertama memilih tetap tinggal di Semarang dekat dengan rumah orang tuanya. 

“Saya ini istri kedua yang sebelumnya sengaja disimpan Donlesi. Istri yang pertama tinggal di Jawa Tengah. Tapi, Donlesi jarang membawa istri pertamanya karena anak­anaknya semua sekolah di sana,” tutur Karin. 

Seminggu sekali, Donlesi selalu bertolak ke Jawa Tengah untuk menjenguk istri pertama dan ketiga anaknya. Sedang Karin ditinggal sendirian bersama ibu mertua yang 

menurut Karin tak ubahnya seperti nenek lampir. Sebab oleh ibu mertuanya, Karin diperlakukan seperti pembantu. Tentu saja tanpa sepengetahuan Donlesi. 

“Ada saja pokoknya kalau mas Lesi tidak ada, saya selalu jadi sasaran. Disuruh pekerjaan rumah, masak, sampai mindah­mindahin barang yang nggak seharusnya dipindah, saya disuruh yang mengerjakan. Padahal di rumah juga ada pembantu,” keluh perempuan yang dulunya bekerja sebagai SPG produk otomotif ini. 

Sebagai istri kedua, Karin mengaku sebenarnya tidak menuntut banyak. Ia tidak minta dikenalkan ke keluarga besar Donlesi. Namun, ibu mertunya selalu menjelek­jelekkan dirinya ke seluruh keluarga besar. 

“Saya sering dipermalukan di depan keluarganya. Yang katanya penggoda suami orang lah, cewek ganjen lah, sampai perempuan nakal,” cerita Karin. 

Terlebih dengan kondisinya yang tak kunjung diberi keturunan dari Donlesi, membuat posisi Karin kian terpojok. Ibu mertuanya bahkan menebar rumor di lingkungan keluarganya bahwa niat Karin untuk menikah dengan Donlesi hanya untuk memoroti harta kekayaannya. 

Tak terima diperlakukan demikian, perempuan yang sempat mengenyam pendidikan psikologi di sebuah kampus ternama di Jakarta ini memilih untuk mengundurkan diri dari statusnya sebagai istri konglomerat. Ia mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA) Surabaya, awal bulan lalu. 

Apalagi, dia tahu bahwa tindakan mertuanya yang selalu memojokkan dirinya itu adalah bentuk kekecewaan pada anaknya yang memutuskan untuk kawin lagi. 

Sebab sejak Donlesi memutuskan untuk menikahinya, istri pertama Donlesi tidak mau berkunjung ke Surabaya meskipun dia akhirnya menerima suaminya menikah lagi. (fatimatuz/*/jay) 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jual Obat Ilegal, Izin Cafe Terancam Dicabut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler