Kisah Keluarga Ajaib, 25 Tahun Suami-Istri Tak Bertegur Sapa, Anak Jadi Alat

Sabtu, 12 September 2015 – 07:32 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - Anak biasanya sangat bahagia bila kedua orang tuanya bersatu. Tapi, yang ini nyeleneh. Namanya, sebut saja Mira, 25. Gadis yang tinggal di kawasan Menanggal, Surabaya ini justru sangat ingin kedua orang tuanya berpisah. Bahkan, dialah penggagas pendaftaran gugatan cerai ayah-ibunya, sebut saja Donjuan, 59 dan Sephia, 50.

 

BACA JUGA: Ajaib! Terombang-ambing 4 Hari di Laut, Pria Ini Selamat

UMI HANY AKASAH, Radar Surabaya
--------------------------------


KEKECEWAAN Mira sudah tak bisa dibendung lagi.Ia sudah bosan hidup di keluarga yang aneh bin ajaib ini. 

BACA JUGA: Inilah Pengakuan Terbaru Anggita Sari setelah Muncikari Tertangkap

Ya, sejak kelahirannya pada 1990 silam (berarti sudah selama 25 tahun alias seperempat abad), Mira tidak pernah sekali pun menemui ayah-ibunya bertegur sapa. 

’’Saya ndak tahu Mama dan Bapak itu bermasalah apa. Mereka tidak pernah saling menyapa sajak saya lahir,’’ kata Mira di ruang konsultasi Pengadilam Agama (PA), Jalan Ketintang Madya, Kamis (10/9)  untuk proses pendaftaran gugatan cerai orang tuanya.  

BACA JUGA: Tak Ada Plus-Plus, Panti Pijat Terancam Bangkrut, Ayok Bang..Ke Kamar

Kondisi ini tentu membuat dia serba salah, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Untung saja Mira tidak melarikan diri ke hal-hal negatif, seperti minum minuman keras, narkoba, nyabu, atau yang lain. 

Alumnus Universitas Airlangga ini lebih memilih cangkruk di kafe-kafe atau nginap dari rumah ke rumah sahabatnya. 

Dalam seminggu, hanya satu atau dua hari saja ia tinggal di rumah. Baginya, tinggal nomaden dari satu rumah ke rumah sahabatnya yang lain, lebih menyenangkan dibandingkan tinggal di rumah yang dia ibaratkan sebagai neraka. 

Setiap kali ada di rumah, bukannya ketenangan yang dia rasakan, atau tidur nyenyak, Mira malah dijadikan sebagai ’’alat’’ oleh kedua orang tuanya. 

Pernah suatu hari orang tuanya dapat undangan manten di Masjid Agung Al Akbar yang tak jauh dari rumah.

Pertama, ibunya minta diantar naik motor. Begitu kembali ke rumah, giliran ayahnya yang minta diantar ke tempat yang sama. ’’Biasanya Mama pergi ke mana pun selalu naik taksi. Berhubung tempat undangan dekat, Mama minta diantar naik motor. Bapak juga minta diantar, karena sudah tidak punya kendaraan,’’ kata  Mira.

Menurut anak dua bersaudara ini, ayahnya sudah tidak punya barang-barang berharga karena habis terjual untuk memenuhi kebutuhan hobinya: merawat burung. Satu-satunya harta yang tersisa hanyalah rumah, itu pun hasil urunan dengan sang mama.

Tak hanya itu yang membuat Mira lebih nyaman nomaden ketimbang di rumah. Ia seringkali dijadikan objek penderita dalam menghadapi apa pun. Contohnya jika ada pengajian atau pertemuan keluarga.

Donjuan maupun Sephia memilih tidak hadir. Sebagai wakil keluarga, Mira-lah yang dipaksa datang. ’’Makanya saya pilih kabur. Kok enak Mama dan Bapak leyeh-leyeh di rumah, aku yang susah disuruh klayapan. Kabur saja,’’ cetusnya. 

Mira makin tidak betah hidup di antara keduanya pascalulus kuliah. Sebab, Mira yang mendalami bisnis buku online selalu digangguin. Ibunya yang ke mana-mana selalu naik taksi, jadi ajeg minta duit setiap bepergian. 

’’Saya yang barusan merintis bisnis sering kehabisan modal karena diminta Mama. Kalau ditegur kenapa tidak minta Bapak, jawabannya pasti tidak dikasih. Lha bagaimana mau dikasih, wong ngomong aja tidak pernah,’’ ketusnya.

Bapaknya tak kalah menyakitkan. Keasyikannya memelihara aneka burung, seperti kakatua, perkutut, dadali, dan lain-lain tidak dibarengi kerajinan untuk membersihkan kotoran mereka. Mira lah yang malah disuruh membersihkannya. 

Kekesalannya mencapai puncak ketika ibunya menyuruh menjual motornya. Alasannya, ibunya butuh uang untuk ongkos naik taksi ke kantor. ’’Lho, Mama kan gajian. Lha gajinya ke mana? Sejak saya bekerja, sepertinya Mama memanfaatkanku,’’ keluhnya.

Merasa orang tuanya makin menjadi-jadi dengan sikapnya masing-masing dan tak mungkin dipersatukan, Mira mendorong orang tuanya untuk berpisah saja. 

’’Yang penting pisah dulu supaya tidak sama-sama menumpuk dosa. Karena tidak bisa disatukan lagi, hanya inilah cara saya memberikan bakti kepada orang tua,’’ kata Mira. Pembaca, kira-kira si Mira ini anak yang durhaka atau bukan ya. Silahkan disimpulkan sendiri. (*/opi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pagi Gelisah, Pegang Perut, Wajah Menguning, Siang Tak Bernyawa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler