Kisah Kusdrajat, Pegawai Setia PT INKA

Senin, 25 Maret 2013 – 06:25 WIB
Kusdrajat, pegawai setia PT Inka. Foto: Yessy/JPNN
MATAHARI mulai menyapa, Kusdrajat sudah bergegas menuju tempat kerjanya di Jalan Yos Sudarso, Madiun, Jawa Timur. Dia tak ingin sampai telat masuk kerja, yakni pukul 07.00 WIB.

Mengawali perjalanannya dari bawah, pria lulusan STM di Bandung ini awalnya mendaftar di PJK dan akhirnya ditugaskan di Madiun, Jawa Timur. Bahkan, siapa sangka dia kini masih bertahan hingga waktu berganti selama 32 tahun bekerja di PT Industri Kereta Api (INKA). Waktu 32 tahun, bukanlah waktu yang singkat bagi seseorang untuk menapaki karier.

Bisa dibilang Kusdrajat adalah satu-satunya orang yang paling lama mengabdi pada PT INKA. Di usia menginjak masa pensiun, Kusdrajat terlihat selalu bersemangat dan masih memiliki daya ingat yang bagus.

Sebelum INKA berdiri, ternyata Kusdrajat lebih dulu sudah bergabung. Tepat bulan Januari 1981 Kusdrajat mulai mengais rejeki di INKA, dan baru sekitar tanggal 29 Agustus 1981, INKA mulai berdiri.

"Umur 22 tahun saya masuk ke INKA, masih bujang dan Madiun saat itu masih sepi," ujar Kusdrajat saat ditemui JPNN di Kantor Pusat PT INKA, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (23/3).

Berbagai jabatanpun telah dipercayakan padanya, dari mulai bagian pengelasan, manager supoting finising, manager finising interior, bonding (pengeleman), bagian kisay (pemeriksaan) spot welding, sampai saat ini diangkat menjadi manager asembling yang mengurusi bagian konstruksi dan pengelasan.

"Awal perjalanan perakitan gerbong. Saat itu merintis bengkel di sini, dulu ceritanya mau dijadikan industri kereta api. Dan untuk meyakinkan pihak yang mau kerja sama, itu dulu masih menggunakan alat yang sangat sederhana sekali. Dulu pakai alat pres dongkrak, dibolak balik sendiri," kisah Kus sembari mencontohkan cara menbolak balikkan alat pres dengan tangannya.

Dari hanya bermodalkan dongkrak, akhirnya menjadi rangka dasar. Untuk mengembangkan PT INKA, Kus akhirnya mulai ditraining selama tiga bulan. Tujuan training ini adalah agar mengetahui teknik yang benar serta mampu membuat kontruksi dan sebagainya terkait pengelasan. "Saya di kirim ke Jepang untuk belajar tahun 1983. Pulang dari sana, diterapkan disini, Alhamdulillah jadi juga. Dari situ saya mulai belajar banyak hal dan mulai training karyawan di sini," paparnya.

Saat di training, diakui Kus tak selalu berjalan mulus. Kus harus belajar lebih keras lagi. "Saya sempat minder, harus belajar buku sangat tebal. Saya mikir apa saya bisa, tapi akhirnya saya berusaha. Nah dari situ pertama kali, saya punya sertifikat," tuturnya dengan nada gembira.

Dari training, Kus menyadari bahwa dunia pengelasan itu sangat luas, dan ternyata pengelasan mempunya ciri khas masing-masing. Seperti tata cara menerima pengelasan, area luasnya. "Saya sebagai karyawan dan wakil pembeli di sini (PT INKA), untuk mengecek apakah layak jual atau tidak. Kalau cacat ya gagal. Sangking lamanya di bagian pengelasan, saya bisa tahu kalau lihat hasil pengelasan. Di las kemana, miring atau pakai apa, berapa ketebalannya, itu saya bisa tahu," ungkapnya.

Pria kelahiran Bandung, Taman sari 19 Juli 1959 ini sudah merasakan pasang surut perusahaan. PT INKA dulu sudah hampir tiga kali mengalami pasang surut. "Tahun 1987 sempat pernah tidak ada orederan sama sekali, sempat nganggur dan sempat dipulangkan beberapa karyawan setengah hari kerja. Tapi akhirnya bisa bangkit, setelah PT INKA diharuskan membuat 20 gerbong ekonomi per tahun. Setidaknya itu bisa mengebulkan dapur kami," kisah bapak empat anak ini.

Di lain pihak, Kusdrajat menyesalkan sikap pemerintah yang kurang mensupport produk buatan anak negeri. "Kita seharusnya bangga punya industri seperti ini di wilayah Indonesia paling timur dan itu harus kita support. Kami masih membutuhkan peranan masyarakat dan pemerintah untuk membantu agar produk dalam negeri lebih berjaya," keluh Kus.

Padahal, menurut Kusdrajat PT INKA tak kalah bagusnya dengan produk buatan dalam negeri. "Saya mengamati kita ini punya industri kok malah pemerintah sering ambil dari luar. Kalau ada kekurangan, pasti ada, kekurangan itu wajar. INKA itu punya potensi, lihat saja kita mampu memproduksi lokomotif lebih bagus," aku pria yang menikahi tetangga kosnya pada umur 24 tahun.

Kalaupun pemerintah mempermasalahkan uji kelayakan yang dinilai masih kurang, seharusnya pemerintah harus mensupport bukan sebaliknya. Kus khawatir bila produk Indonesia tidak didukung oleh pemerintah, maka tidak akan berkembang. "Karena generasi terus berubah, kalau itu tidak dikembangkan dan disupport. Ya gimana mau maju dengan pesat produk buatan negeri," tegas Kus.

Produk INKA, bahkan sudah di eksport ke Banglades dan Malaysia. Dimana saat eksport kereta penumpang ke negara tersebut, sangat ketat pemeriksaannya. Cacat sekecil apapun itu diprotect, bahkan bisa langsung ditolak. Itu salah satu bukti yang menunjukkan produk INKA tak kalah bersaing.

Dia pun bersyukur ketika mendengar instruksi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang mengatakan agar Indonesia bisa memanfaatkan produk perkeretaapian milik INKA. Setidaknya kata Kusdrajat, hal itu bisa memotivasi temen-teman untuk memproduksi dan menggunakan buatan dalam negeri.

Lalu apakah selama berkarier puluhan tahun di INKA, Kus pernah dihantui rasa bosan? Menurutnya rasa bosan adalah hal yang wajar, namun rasa bosen itu datang justru ketika dirinya melihat rekan kerjanya kurang semangat bekerja atau terkadang kurang peduli. Pasalnya, Kus berprinsip ingin segera menyelesaikan persoalan dalam bekerja apapun itu, agar cepat tuntas dan melanjutkan pekerjaan yang lain.

"Kalau ada masalah segera dituntaskan. Saya ini setiap hari berinteraksi sama banyak orang, saya sampai ke unti-unit lain juga saya masuki. Itu saya lakukan bukan karena ingin dikenal, prinsip saya kerja cepet selesai," saut Kus.

Tapi apapun itu, Kus sangat bersyukur atas jalan hidup yang digariskan Tuhan pada dirinya. Intinya kata Kus, selalu ingin tahu dan mau mencoba sendiri. Semua yang ingin saya kerjakan, ya saya kerjakan, karena dari situ kita bisa tahu dimana kesalahan kita setelah mencobanya dan tidak malu melakukan itu. Insya Allah ilmu akan bermanfaat untuk orang lain," pungkas pria asal Bandung ini. (chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Beri Pinjaman Dana PT INKA

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler