jpnn.com - Sebagai pencopet, dia mungkin terbilang rajanya. Siapa sangka, dia menangis ketika ditanya tentang keluarga: istri dan anak tercintanya. Manusiawi sekali. Ilmu mencopet ulung yang dipelajari dari almarhum gurunya di Bukittinggi itu, tak mampu membuat ia dan anaknya bahagia. Malahan, mengantarkannya ke penjara, setelah ditembak pada kaki.
Laporan: Willian---Padang.
BACA JUGA: Kakek Tiga Cucu Ditangkap Nyabu
Di kantor polisi, Raja copet bertato itu menyeka air matanya sambil terisak. Suaranya terdengar bagai menahan sesak di dada. Isaknya tersendat.
"Ini yang terakhir saya berurusan dengan polisi. Keluar penjara saya akan tobat. Mungkin saya akan bekerja sebagai tukang parkir setelah keluar penjara nantinya. Saya ingin bersama anak-anak saya," katanya.
Tiba-tiba suasana terasa haru. Dan laki-laki yang menangis itu, adalah Maman, 33 tahun, dengan kaki dibalut perban, karena "mengidap" luka tembak, setelah aksinya mencopet di angkot Pengambiran Padang "dipintas" polisi. Tepatnya di kawasan Pondok oleh Tim Anti Bandit Polresta Padang.
BACA JUGA: Mahasiswa IPB Ngamuk Bawa Golok
Ia memang merasa terpukul ketika ditanya tentang keluarganya selama dalam tahanan polisi. Ternyata, ia sangat mencintai istri dan anaknya. Ia menyesali perbuatannya, karena itu, ia bertekad, sepulang dari penjara nantinya, ia akan menjadi orang baik demi istri dan si buah hati yang saat ini masih kelas III sekolah dasar. Air matanya itu, setidaknya, siratan betapa ia merasa gundah pada perbuatannya sendiri.
Roasalina Mendrofa, 21, salah seorang Mahasiswi Perguruan Tinggi di Padang yang melaporkan ke SPKT Polresta Padang, korban copetan Maman, mengakui ia tak menyadari ketika dompetnya telah tak ada lagi dalam tas yang tadinya ia peluk. Artinya, aksi Maman di angkot pengambiran, sebenarnya hari itu cukup berhasil. Namun, Roasalina cepat menyadari kehilangannya sehingga ia berteriak. Kebetulan, pada saat itu, ada seorang polisi, dan akhirnya, setelah diberi tembakan peringatan, dan Maman melawan, timah panas terpaksa menembus kaki laki-laki yang telah malang melintang sebagai "tukang copet" itu.
BACA JUGA: Ngebut, 2 Pelajar SMP Tewas
Orang-orang dekat mengenalnya dengan nama Arman Alias Rajo Maman alias Maman. Ketika Padang Ekspres mengunjunginya untuk wawancara, ia tampak baru keluar dari sel tahanan dengan langkah perlahan disangga tongkat.
Didampingi penyidik opsnal VI Briptu Febri Putra dan seorang petugas polisi lainnya, pria yang dijuluki "King of the King" oleh polisi ini memasuki ruang penyidik dengan nafas tersengal-sengal. Setiap ia gerakkan kakinya yang tertembak, pada wajahnya yang tampak pucat itu, terlihat ringisan menahan sakit.
Didampingi penyidik Briptu Febri Putra dan Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Iwan Ariyandhi didalam ruangan, Maman berkisah tentang sepak terjangnya.
Selama tahun 2007 dan 2008, ia menuntut ilmu mencopet pada seorang guru di Bukittinggi. Selama setahun, ia hanya mempelajari teknik dan teori mencopet yang benar. Setelah itu, ia langsung disuruh praktik. Dalam "praktik lapangan", Maman tentu ditemani dan diawasi oleh sang guru. Ternyata, walau teori dan teknik sudah dikuasai, praktiknya yang ketika itu pada sebuah pasar di Bukittinggi, tidak semudah yang dibayangkan. Ia gagal dan sang guru kesal, lalu marah besar.
"Guru memukul saya langsung di situ, karena saat mencopet orang-orang di sekitar memperhatikan saya," kenang Maman, sembari mengingat gurunya yang saat ini sudah meninggal dunia karena kecelakaan di Bungus, beberapa waktu lalu.
Ternyata Maman betul-betul mendapat guru yang "professional" di bidangnya. Karena selalu gagal, si guru pun menunjukkan aksi copetnya yang tidak diketahui pemilik barang dan orang sekitarnya. Tentu, ini merupakan ilmu tambahan bagi Maman. Bagi Maman, gurunya itu betul-betul hebat, tak hanya jago teori atau teknik, praktiknya pun, langsung memakan korban tanpa diketahui. Siapa nama gurunya. Maman berkilah, "Tak baik, ia sudah meninggal!"
Setelah menekuni semua ilmu dan teknik mencopet tingkat mahir, sang guru percaya melepas Maman terjung ke lapangan. Bagi Maman, jika ia mampu mengambil barang berharga atau dompet yang sedang berada dalam pelukan korban, itu ia sudah masuk ke level mahir. Dan itu ia buktikan, berhasil. Ketika ditanyakan apakah ia menggunakan ilmu hipnotis, Maman dengan tegas membantahnya. "Saya bahkan tidak menggunakan sedikit pun ilmu gaib," bantahnya. Artinya, ia meyakinkan, bahwa itu semata keterampilan mencopet.
Dengan kematangan ilmu copet yang dipelajarinya, King of the King ini mulai beraksi sendirian, tentunya Bukittinggi menjadi lokasi pertamanya untuk beraksi. Puas menjamah Bukittinggi pria bertato ini merambah provinsi tetangga yakni Riau, tepatnya di Pekanbaru.
Pekanbaru pun ternyata, sudah "lanyah" oleh aksi copet Maman ini. Kemahirannya mencopet, membuat ia lolos dari "tangkap tangan" korban atau orang, bahkan tak terendus polisi. Setelah itu, ia berpikir, ingin "buka praktik" di Padang.
Dan, di Padang satu persatu, mungkin telah ratusan orang, menjadi korban copet Maman, yang juga ternyata akhir-akhir ini punya kelompok. Puluhan, mungkin ratusan orang sebagai korban copet telah melapor ke Polresta Padang, tapi tak tahu siapa pelakunya. Saking banyaknya korban dia, ketika ditanya penyidik, Maman pun tak bisa mengingat telah berapa kali ia berhasil mencopet.
Di dunia "percopetan" ini pun Maman tampaknya tak hendak bermain tunggal. Ia ingin melebarkan sayap dan kiprahnya yang mebuat orang terpekik dan menangis itu. Akhirnya, ia mengajak dua rekannya, yang saat ia tertembak, rekannya melarikan diri.
Dalam beraksi mereka pun menggunkan kode-kode dan bahasa isyarat sehingga mudah mengambil barang korbannya.
Ia pun bagai membuat semacam penetapan mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, dan oleh siapa. Ada yang bertugas sebagai tukang rem, yaitu dengan cara mendekati korbannya hingga korbannya terdesak. Kemudian ada sebagai "tukang galeh", dengan petunjuk mengalihkan perhatian calon korban serta Maman sendiri adalah eksekutor, ia mengambil barang milik korbannya.
Untuk aksi di atas angkot, beda pula triknya. Jika di angkot salah seorang rekannnya pun bertingkah kasakkusuk dan sering menaruh tangan dikaca jendela, hal itu tentunya membuat korban risih.sedangkan rekan satunya juga ikut mengalihkan perhatian dan Maman sendiri bertugas mengeksekusi. Hebatnya walaupun dalam keadaan seperti itu, korban sama sekali tidak merasakan kalau dompet yang berada di dalam tas sudah digerayangi.
Ilmu copet tingkat mahir yang dia miliki dari gurunya itu, pun sudah ia ajarkan pula ke salah seorang di antara dua rekannya yang kini dalam pencarian polisi.
Dengan mata yang masih lembab, laki-laki kurus ini ingin uang halal untuk menghidupi keluarganya kelak. Selama ini, ia memenuhi kebutuhan keluarganya, ya dengan hasil mencopet itu, dibantu uang hasil berjualan kecil-kecilan istrinya. Ia ingin bekerja tanpa merugikan orang lain, tidak melakukan tindak kejahatan lagi. Profesi tukang parkir, selepas penjara, baru itu yang terbayang oleh laki-laki asal Kayu Gadang ini. Ia mulai menyadari, kejahatan akan berakhir buruk seberapa pun hebatnya.
Mengingat dua rekannya yang lari, ada kekecewaan membayang di raut muka Maman. Ia berpikir, ketika ia dirawat di rumah sakit, dan dipenjara, dan ia siap menanggung kesalahan ini sendiri. Tapi dengan catatan dua rekannya tetap setia padanya, setidaknya menyempatkan diri melihat anak dan istrinya selama ia mendekam di balik jeruji besi. Padahal, dalam pembagian hasil, ia selalu adil; bagi rata. Akhirnya ia pun memberitahu nama kedua rekannya tersebut kepada penyidik.
Kapolresta Padang AKBP Wisnu Andayana menyebutkan, sampai saat ini kasus Maman masih berada ditingkat penyidik Polresta Padang. Dua rekannya yang sudah dikantongi namanya dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polresta Padang terus diburu.
Bahkan alamat dari dua rekan Maman yang diperoleh sudah didatangi, namun keduanya sudah tidak berada di rumah. Diduga keduanya kabur dan telah meninggalkan Kota Padang. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Penyiram Air Keras Pada Siswi Binus
Redaktur : Tim Redaksi