Kisah Pak Ngadiman, 118 Kali Donor Darah, 34 Tahun Harus Melawan Rasa Takut

Sabtu, 14 November 2020 – 16:15 WIB
Pak Ngadiman. sopir ambulans dan sopir jenazah PMI Banjarnegara (ANTARA/HO - dok. pribadi)

jpnn.com, BANJARNEGARA - Mungkin tidak orang yang bisa seperti Pak Ngadiman (56).

Warga Desa Karangkemiri, Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah ini pengin setiap langkahnya dapat membawa arti terutama bagi kemanusiaan.

BACA JUGA: Sesuai Perintah KSAD, Sudah 271 Perwira Secapa AD Donor Plasma Darah

Menolong sesama merupakan sebuah panggilan bagi Ngadiman. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan donor darah.

Ngadiman sudah melakukan aksi donor darah sejak masih berusia muda, yakni 22 tahun.

BACA JUGA: Dijemput Intel Korem, NI Ngakunya Berpangkat Kapten TNI, Oh Ternyata

Tepatnya pada 1986, ketika Ngadiman muda menjalani pekerjaan sebagai sopir mobil ambulans dan mobil jenazah di PMI Kabupaten Banjarnegara.

Ada hal positif yang membuat Pak Ngadiman rutin melakukan donor darah selain kebanggaan bisa melakukan kebaikan.

BACA JUGA: Kritisi Habib Rizieq, Sekum Muhammadiyah Pakai Kata Semestinya dan Warga yang Baik

"Saya juga merasa tubuh menjadi enteng, merasa bugar dan sangat sehat setelah melakukan donor darah," ucap Ngadiman.

Sejak berusia 22 tahun itu Ngadiman melakukan donor darah secara rutin. Minimal tiga bulan sekali.

Hingga usianya saat ini menginjak 56 tahun, Ngadiman tercatat sudah 118 kali melakukan donor darah.

Dia berharap setetes darah yang dia donorkan dapat memberikan harapan bagi orang lain.

Takut Jarum Suntik

Inilah yang membedakan Ngadiman dengan kebanyakan orang yang melakukan donor darah. Ngadiman memiliki fobia terhadap jarum suntik.

Trypanophobia -istilah untuk fobia jarum suntik yang dialami Ngadiman ternyata tidak pernah hilang, meskipun dia sudah 118 kali melakukan donor darah.

Selama 34 tahun menjadi donor darah sejak usia 22 tahun, selama itu pula Ngadiman merasakan ketakutan.

Namun, ketakutan terhadap jarum suntik tidak menyurutkan niatnya menjalani aksi tersebut.

Atas aksi donor darah itu, Ngadiman bahkan pernah mendapatkan lencana dan piagam dari Presiden dan Ketua Umum PMI.

Penghargaan itu diberikan atas dedikasi dan pengorbanannya membantu sesama melalui donor darah.

"Saya senang sekali dan menjadi semakin semangat untuk donor darah, apalagi saat pandemi Covid-19, seperti sekarang ini," ucap Ngadiman.

Apalagi dia khawatir pandemi corona membuat jumlah donor darah berkurang, sehingga dia merasa perlu mengambil peran.

Sejak awal pandemi, Ngadiman juga terlibat aktif dalam aksi penyemprotan desinfektan, hingga menyosialisasikan program sosialisasi Covid-19 yang dilakukan oleh PMI Kabupaten Banjarnegara.

Ngadiman tetap bersemangat menjalani pekerjaan hingga aksi kemanusiaan, meskipun harus melawan rasa takut.

Apalagi di era pandemi, ketakutannya tidak hanya terhadap jarum suntik, tetapi juga tertular oleh virus corona.

"Saat donor masih merasa takut dengan jarum suntik dan saat mengendarai mobil ambulans atau mobil jenazah kadang juga merasa takut, misalkan takut terpapar Covid-19," kata Ngadiman.

"Atau juga takut saat dalam mobil yang dikendarai membawa jenazah yang merupakan korban hanyut atau tenggelam," lanjutnya.

Selama menjalani pekerjaan sebagai sopir ambulans dan mobil jenazah, Ngadiman sudah sering membawa korban kecelakaan.

Namun, ketika membawa jenazah korban tenggelam menimbulkan ketakutan tersendiri bagi Ngadiman. Walaupun, setiap ketakutan itu berusaha dia lawan.

Jadi Inspirasi

Humas PMI Banjarnegara M. Alwan Rifai mengatakan bahwa sosok Pak Ngadiman atau yang akrab dipanggil "Babeh" sudah dianggapnya sebagai ayah, panutan dan penyemangat bagi para sukarelawan lainnya.

"Pada usia yang tidak lagi muda, beliau masih aktif mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan, siang dan malam siap dipanggil untuk misi kemanusiaan," kata Alwan.

Menurutnya sosok Ngadiman juga telah menjadi inspirasi bagi generasi muda agar tetap berjuang untuk kemanusiaan, serta mengajarkan untuk selalu siap dan ikhlas menjadi donor darah sukarela.

Terlebih lagi pada awal pandemi ketika stok darah di PMI Banjarnegara sempat menurun hingga 90 persen setelah masyarakat diimbau untuk lebih banyak berada di rumah.

"Pada saat itu kegiatan donor darah keliling juga sempat terhenti dan lebih mengandalkan donor yang berasal dari sukarelawan yang ada. Untungnya pada hari ini ketersediaan darah sudah berangsur meningkat," jelasnya.

Persediaan darah perlu menjadi perhatian utama. Sebab, selain pandemi Covid-19, masyarakat juga dihadapkan pada ancaman demam berdarah dengue (DBD).

Kondisi tersebut membuat PMI semakin menggencarkan publikasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya donor darah.

PMI juga menyosialisasikan proses donor darah yang aman dan nyaman di saat pandemi Covid-19, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Selain itu, kisah Pak Ngadiman juga diharapkan bisa menginspirasi banyak orang untuk melakukan aksi donor darah, demi kepentingan kemanusiaan.(antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler