Kisah Pelaku Prostitusi Online, Ogah Layani Cowok ABG, Mengapa?

Minggu, 19 April 2015 – 06:45 WIB
Foto Ilustrasi. Dok Jawa Pos

jpnn.com - PELAKU bisnis prostitusi melakukan terobosan-terobosan baru. Salah satunya melalui media sosial.

”HY manis mw BO (booking, Red) besok ada slot?”. Itu adalah cuitan Prio Santoso melalui akun @santos06yoyo kepada beberapa akun vulgar via ponselnya. Cukup dengan kalimat yang singkat, gayung untuk memuaskan nafsu bersambut.

BACA JUGA: Mayat PNS Cantik Ditemukan Masih Kenakan Seragam

Tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi dengan datang ke lokalisasi atau panti pijat. Nahasnya, ”umpan” itu disambar @tataa_chubby dan berujung pada kematian.

Prostitusi secara online sebenarnya bukan hal baru. Cuma, belakangan ini menjual diri melalui media sosial, khususnya Twitter, sedang menjadi tren. Selain karena penggunanya banyak, memanfaatkannya cukup simpel.

BACA JUGA: Bunuh Pacar karena Cemburu

Hanya bermodal alamat e-mail, registrasi di media sosial microblogging itu bisa dilakukan dalam hitungan detik. Twitter juga punya kebijakan yang longgar soal posting materi vulgar. Berbeda dengan media sosial lain seperti Instagram dan Facebook yang relatif lebih ketat. Mengunggah foto atau video adegan orang dewasa membuat akun lebih cepat di-banned.

”Aku pakai Twitter karena simpel dan segmented,” ujar Vera, salah seorang teman dekat @tataa_chubby saat ditemui di apartemennya di kawasan Jakarta Timur. Segmented yang dia maksud adalah pasar di Twitter jelas dan lebih berduit. Dia juga bisa memfilter calon pelanggan.

BACA JUGA: Sudah 15 Perempuan Diperkosa

”Coba kalau di tempat prostitusi, siapa saja bisa pakai kita asal punya uang. Kalau kuli kan nggak mungkin Twitter-an,” imbuhnya.

Vera tergolong pilih-pilih terhadap calon klien. Dia lebih suka mendapatkan tamu berusia 25 tahun lebih ketimbang anak baru gede (ABG). Alasannya, emosi yang lebih stabil.

Karena itulah, saat ada yang mention akun Twitter-nya dan berujung pada komunikasi melalui WhatsApp, dia selalu meminta foto. Kalau tidak sreg, Vera biasanya mengabaikan komunikasi.

Malah sejak kejadian pembunuhan @tataa_chubby, dia dan teman-temannya lebih waspada. Mereka saling sharing foto calon pelanggan di grup WhatsApp. Tujuannya, jika terjadi sesuatu, teman-temannya tahu siapa yang terakhir bersama dia. ”Kami juga beli alat kejut listrik untuk jaga-jaga,” ujar Vera yang malam itu menggunakan gaun terusan tipis. (tim JP/c10/bersambung I)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubur Janin, Dua Karyawan Salon Dibekuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler